Dong Joo datang dan menarik Da Ji ke pelukannya. Da Ji pun selamat dari tabrakan itu. Sesaat Da Ji sadar lalu menjauhkan tubuhnya dari Dong Joo. Ia lalu menatap Dong Joo. Dong Joo yang sangat khawatir pun marah pada Da Ji.
”Kau belum juga sadar!! Berapa lama lagi kau akan membuat orang-orang khawatir padamu? Bagaimana kau bisa seperti ini? Sangat menyedihkan... Apakah perlu kau menunjukkan bahwa kau ini benar-benar patah hati? Apakah kau pernah berpikir bahwa adikmu itu sangat khawatir padamu karena kau tidak mau makan dan tidak tidur dengan nyenyak!!”
Da Ji terdiam.
Sesaat HP Da Ji berdering dan itu adalah panggilan dari Ayahnya. Ayahnya mengatakan bahwa Dae Eun ada bersama Ayahnya. Tentu saja Da Ji terkejut mendengar itu.
Ayah Da Ji pun lalu menghampiri Da Eun yang sedang menunggunya di bawah pohon. Ayah bertanya kenapa Dae Eun pergi mengunjunginya, apakah ia bertengkar dengan Da Ji. Ayah mengatakan bahwa Da Ji sangat mengkhawatirkan Dae Eun. Da Ji demi keluarga mereka rela melepaskan sekolahnya. Jadi Dae Eun harus menghargai Da Ji dan sekolah baik-baik. Ayah meminta Dae Eun kembali ke pulau Jeju dengan pesawat selanjutnya.
Dae Eun berkata dengan mata berkaca-kaca, “Ayah, apa yang harus kita lakukan agar Unnie bahagia? Dia sangat menderita tapi aku tidak bisa membantunya. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuknya.”
“Apa yang terjadi?” tanya Ayah khawatir.
Dae Eun menjawab, “Tidak ada. Aku hanya sedih.”
Ayah Da Ji lalu memukul kepala Dae Eun, “Hanya karena kakakmu memarahimu lalu kau langsung kabur dari rumah. Jangan melakukan hal yang membuatnya khawatir seperti ini lagi, maka itu akan membuatnya bahagia. Kakakmu sangat marah jadi jika pulang nanti belikan sedikit makanan yang enak untuknya. Ayo kita pergi.”
Dae Eun mengejar langkah Ayahnya dan merangkul lengannya, “Ayah, bisakah meminta Unnie untuk tidak memarahiku?”
Ayahpun merangkul Dae Eun, “Putri bungsu Ayah ini, kapan bisa dewasa?”
Dong Joo, Da Ji dan Jong Dae menunggu Dae Eun di Bandara. Begitu Dae Eun keluar, Jong Dae langsung berlari menghampirinya dan mengatakan bahwa ia sangat mengkhawatirkan Da Eun.
Dae Eun marah, “Kau kenapa? Berhentilah bersikap seperti ini! Aku sangat membencimu!!”
Mendengar itu Jong Dae sangat kecewa lalu pergi begitu saja. (patah hati lagi... ckckckckkk)
Dae Eun berjalan takut-takut kearah Da Ji dan Dong Joo. Da Ji menatap kesal pada Dae Eun. Dae Eun langsung menyodorkan makanan pada Da ji. Da Ji menolaknya hingga makanan itu terjatuh.
“Siapa bilang aku ingin makan makanan ini!! Kau tidak ke sekolah. Malah mengemasi barang-barangmu lalu pergi begitu saja! Kau pikir kau sedang melakukan apa!!”
Dae Eun memungut makanan yang jatuh itu lalu menatap Da Ji.
Da Ji makin kesal, “Kau... setelah melakukan ini kau masih berani menatapku seperti itu! Apakah kau ingin aku benar-benar memberimu pelajaran?!”
Dae Eun berkata dengan keras, “Aku melakukan ini karena aku tidak ingin melihat Unnie tidak mau makan dan tidak bisa tidur!!”
Da Ji memelankan suaranya, “Unnie akhir-akhir ini seperti itu karena sangat lelah...”
Dae Eun dengan cepat berkata lagi, “Kenapa seperti itu lagi? Ketika kau berpisah dengan kakak ipar (Dong Joo) , kau juga seperti itu. Selama 2 bulan Unnie hanya bisa berbaring seperti mayat hidup tanpa makan dan tidur. Unnie hanya bisa menangis!! Setelah kita kehilangan rumah dan juga setelah aku mengalami kecelakaan, baru Unnie bisa bersemangat kembali!”
Dong Joo kaget mendengar itu.
”Jadi Kau tidak pergi kesekolah dan sulit dihubungi hanya untuk membuatku khawatir? Tidak bisakah kau menjagaku untuk sementara waktu ini?. Unnie sangat lelah dan juga patah hati. Unnie membutuhkan sedikit waktu untuk menyembuhkan rasa sakit ini. Apakah kau ingin menambah rasa sakit ini?”
Da Ji dan Dae Eun pun menangis... Dong Joo hanya terdiam.
Dong Joo sedang membersihkan Restoran sendiri. Ia duduk terdiam sambil memikirkan kata-kata Dae Eun dan Da Ji siang tadi.
De Eun: ”Kenapa seperti itu? Ketika kau berpisah dengan kakak ipar (Dong Joo) , kau juga seperti itu. Selama 2 bulan Unnie hanya bisa berbaring seperti mayat hidup tanpa makan dan tidur. Unnie hanya bisa menangis!!”
Da Ji: ” Tidak bisakah kau menjagaku untuk sementara waktu ini?. Unnie sangat lelah dan juga patah hati. Unnie membutuhkan sedikit waktu untuk menyembuhkan rasa sakit ini...”
Da Ji berjalan menuju pohon tempat ia dan Yun Ho sering bertemu. Langkahnya terhenti ketika Da Ji melihat Yun Ho sudah duduk menyendiri disana. Yun Ho kaget melihat kedatangan Da Ji. Mereka terlihat canggung satu sama lain.
”Apakah kau baik-baik saja”, tanya Yun Ho.
”Apa yang Ahjussi lakukan malam-malam disini?
”Sudah malam, aku antar kau pulang.Ayo kita pergi”, Yun Ho berjalan mendahului Da Ji. Namun langkahnya tertahan mendengar pertanyaan Da Ji.
”Ahjussi... Apakah hubungan kita benar-benar berakhir?”
Yun Ho membalikkan badannya dan melihat Da Ji yang sedang menahan tangis.
Da Ji berkata kembali dengan mata berkaca-kaca, ”Apakah ada jalan yang membuatmu bisa kembali ke sisiku? Beberapa hari ini... aku tidak bisa berhenti memikirkan Ahjussi. Aku tidak bisa melupakanmu walaupun aku sering mencobanya. Maaf karena sudah mengatakan kata-kata ini di depanmu.”
Airmata Da Ji akkhirnya tertumpah. Ia menangis sejadi-jadinya di depan Yun Ho. Yun Ho bingung melihatnya.
Da Ji berada di kamarnya. Ia memasukan barang-barang pemberian Yun Ho dalam sebuah kotak. Sebelum dimasukkan, satu persatu barang itu di lihatnya kemudian ia mencoba untuk tersenyum.
Da Ji berbaring di samping Dae Eun dan ia tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Ternyata Dae Eun belum tidur dan melihat Da Ji yang sedang menangis.
”Maaf... Biarkan aku menangis untuk sekali ini saja.”
Dae Eun kasihan melihat Da Ji hingga ia pun ikut menangis kemudian memeluk Da Ji.
(Wah nyaman juga ya kalo punya saudara cwe... bisa nangis sama2 hehehe…)
Sementara itu Yun Ho melangkah ke kamar Resort nya. Di depan pintu kamar, langkahnya terhenti. Ia terdiam sesaat kemudian menangis (dilema....)
Pagi harinya....
Dong Joo yang baru bangun keluar rumah berniat membantu Da Ji. Ternyata Dae Eun terlebih dulu bangun darinya dan sedang membawa rumput untuk makanan kuda. Dong Joo mengambil alih kerjaan Dae Eun dan mengatakan bahwa biar dia saja yang akan membantu Da Ji. Tiba-tiba Da Ji datang menghampiri mereka dan mengatakan bahwa ia sudah memberi makan kuda. Da Ji dengan semangat mengajak Dong Joo dan Dae Eun masuk ke rumah untuk sarapan bersama. Tentu saja Dong Joo dan Dae Eun heran melihat Da Ji yang sudah baikan alias pulih dari patah hatinya (mujarab juga tak tik Dae Eun kabur dari rumah hohoho...)
Mereka bertigapun sarapan bersama. Da Ji terlihat senang dan makan dengan lahap. Dae Eun dan Dong Joo masih menatapnya heran.
“Bagaimana mungkin kita makan makanan ini di pagi hari?” tanya Dae Eun.
Da Ji menjawab, ”Agar bisa bekerja keras sepanjang hari maka kita harus makan makanan yang sehat di pagi hari.”
Da Ji menatap Dong Joo dan menyuruhnya makan. Dong Joo menolak.
Da Ji berkata lagi, ”Manusia perlu makan untuk hidup. Akhir-akhir ini aku mengabaikan diriku sendiri dan membuat kalian tidak nyaman. Sebagai permintaan maaf tulus ku, maka makanlah ini...”
Da Ji menyodorkan makanan pada Dae Eun dan Dong Joo. Mereka pun terpaksa memakannya.
Da Ji lalu menanyakan kapan penutupan pendaftaran kompetisi pacuan kuda pada Dong Joo karena ia ingin mendaftarkan Paulist.
”Itu sudah diurus. Kenapa kau tanyakan ini?” tanya Dong Joo.
”Apakah aku masih belum diberhentikan? Benarkah??” tanya Da Ji.
Dong Joo tidak menjawabnya. Ia kesal karena makanan yang diberikan Da Ji itu pedas. Da Ji segera memberikannya minuman. Dae Eun hanya terdiam melihat mereka.
Ibu Dong Joo baru bangun dari tidurnya. Ia melangkah keluar kamar namun ia begitu terkejut mendapati Ayah Dong Joo tertidur dilantai karena mabuk (hahaha... kayak gelandangan aja)
Kakek sedang duduk minum di ruang tengah. Ia teringat kata-kata Ibu Dong Joo mengenai Dong Joo yang tinggal bersama Da Ji. Ibu Dong Joo menghampiri Kakek dan mengajaknya sarapan,
Kakek lalu bertanya, “Menantu, Apa yang sebaiknya dilakukan... Jika dia (Dong Joo) benar-benar tidak memiliki perasaan lagi pada Da Ji, tinggal di rumahnya. Apa ini tidak apa-apa?”
Ibu Dong Joo menjawab, “Dong Joo sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melupakan Da Ji. Dia sudah memiliki orang yang disukai sekarang. Aku tidak suka melihat dua orang ini tinggal bersama.”
Mil Hye masuk ke ruang tamu dan melihat Yun Ho sedang meminum lemon. Mereka pun saling menyapa. Yun Ho lalu pamit pada Mil Hye. Setelah kepergian Yun Ho, Mil Hye melihat air lemon itu dan berkata pada dirinya sendiri, “Sampai sekarang, dia tetap meminum air lemon itu...”
Di Resort...
Da Ji dan Jin Young tanpa sengaja bertemu. Jin Young ingin membantu Da Ji membawa barang-barang yang dibawa oleh Da Ji. Namun Da Ji menolak.
Jin Young lalu berkata, “Akan sangat aneh jika kita bergaul dekat satu sama lain. Sampai jumpa.”
Da Ji hanya terdiam mendengar ucapan Jin Young itu.
Di ruangan Resort, Da Ji kembali melihat Jin Young. Seseorang sedang diminta oleh Jin Young untuk memasang lampu menggunakan tangga. Da Ji lalu membandingkan dirinya dan Jin Young. Da Ji merasa minder karena ia bukan siapa-siapa dibanding Jin Young. Tiba-tiba tangga yang dinaiki oleh pekerja tadi goyang dan hampir terjatuh menimpa rekan kerja Jin Young. Dengan cepat Da Ji berlari mendorong tubuh rekan Jin Young itu. Dan Da Ji lah yang akhirnya tertimpa oleh tangga itu.
Yun Ho masuk ke ruangan rapat. Ia melihat Poster tentang kompetisi pacuan kuda, kemudian tersenyum karena teringat kata-kata Da Ji yang memintanya untuk berpartisipasi dalam kompetisi itu. Dong Joo pun masuk ke ruangan itu dan dia tidak begitu senang melihat Yun Ho. Tiba-tiba Assisten Lee masuk juga ke ruangan itu dan menyampaikan bahwa Lee Da Ji terluka karena mencoba menyelamatkan pekerja lain. Mendengar itu Yun Ho berniat pergi namun Dong Joo menahannya dan mengatakan bahwa Dong Joo lah yang akan pergi dan Yun Ho diminta untuk memimpin rapat itu.
Dong Joo tampak cemas dan berlari masuk ke rumah sakit. Dong Joo menanyakan kamar Da Ji ke bagian informasi. Kehadiran Jin Young di rumah sakit pun tidak Dong Joo sadari karena begitu panik.
Dong Joo berlari menuju kamar Da Ji. Dan ketika ia membuka kamar Da Ji ia begitu terkejut mendapati Da Ji yang sedang makan dengan lahap disuapi oleh Dae Eun. Dong Joo pun langsung memarahi Da Ji yang sudah sok pahlawan menyelamatkan pekerja lain dan justru Da Ji lah yang harus terluka.
Dong Joo lalu bertanya pada Dae Eun mengenai makanan yang dibelinya, apakah sudah dapat izin dari dokter atau belum.
Dae Eun menjawab, “Belum... Unnie yang menginginkan makanan ini makanya aku beli.”
Da Ji berkata, “Itu tidak masalah. Aku tidak perlu di operasi. Cederaku tidak begitu serius.”
Dong Joo lalu berkata kesal, “Kau masih bisa mengatakan bahwa cederamu itu tidak serius, padahal kau menggunakan penyangga leher?”
Dae Eun tersenyum senang melihat Dong Joo sangat mengkhawatirkan Da Ji.
Jin Young pun datang menjenguk Da Ji. Mereka pun terlihat canggung satu sama lain. Apalagi Dong Joo terlihat sangat mengkhawatirkan Da Ji.
Dae Eun melihat Dong Joo yang sedang mengantarkan Jin Young dari jendela. Dae Eun kesal melihat itu. Sementara Da Ji terus makan dengan lahap.
Dae Eun berkata, “Kakak Ipar(Dong Joo) terlihat sangat khawatir. Unnie kau harus mengurangi porsi makanmu. Kau harus tampil lebih cantik di mata Kakak Ipar.”
Da Ji berkata kesal, “Siapa Kakak Iparmu? “
“Lalu aku harus memanggilnya apa? Memanggilnya Kakak Ipar saja. Kalau memanggilnya Oppa terdengar sangat aneh. Atau haruskah aku memanggilnya Dong Joo ssi (Tuan Dong Joo)?”
Da Ji menjawab, ”Terserah... yang penting jangan Kakak Ipar!”
Dae Eun berkata lagi, “Itu...., mengenai Kakak Ipar, tidak kah kau lihat dia sangat perhatian padamu hari ini? Di depan kekasihnya bahkan dia pun terlihat sangat mengkhawatirkan Unnie. Ini sangat aneh...”
”Dia bersikap seperti itu karena aku terluka.”
Dae Eun menggelengkan kepalanya, ”Tidak.. dia terlihat bersimpati. Inilah saatnya untuk mendapatkannya kembali!”
Da Ji benar-benar kesal, ”Aku ini sedang sakit... jangan berbicara lagi padaku!”
Di depan Resort....
Yun Ho terlihat sangat khawatir pada Da Ji dan menunggu kabar dari Assistennya. Begitu Assistennya datang ia segera menghampirinya. Assistennya mengatakan bahwa cedera Da Ji tidak begitu serius hanya lengan kanan dan lehernya perlu dipasang gips. Da Ji harus tinggal di rumah sakit selama 1 minggu untuk mendapatkan perawatan. Mendengar itu Yun Ho pun sedikit lega.
Ayah Dong Joo masih terbaring akibat mabuk yang dialaminya tadi malam. Ibu Dong Joo membawakannya minuman. Ia memarahi Ayah Dong Joo dan menyuruhnya cepat bangun untuk bekerja. Tiba-tiba Ayah Dong Joo sadar ia sedang berbaring di kamar tidur mereka dan bertanya kenapa ia bisa tidur disana. Ibu Dong Joo memarahinya karena Ayah Dong Joo mabuk makanya masuk begitu saja ke kamar mereka.
Ayah Dong Joo bertanya dalam hatinya, “Apakah kami berdua hanya tidur saja?”
Da Ji dan Dong Joo melangkah keluar rumah sakit. Da Ji meminta Dong Joo membawakan barang dan makanan untuknya dari rumah. Dong Joo menolak karena mereka bisa membeli yang baru.
”Kenapa harus membelinya kalau barang-barang itu ada di rumah. Ini pertama kalinya aku masuk rumah sakit. Aku tidak pernah berpikir bisa memakai pakaian seperti ini. Ini pasti akan menjadi pengalaman yang menarik.”
Dong Joo berkata, ”Aish... Kau benar-benar akan menikmatinya... Sudahlah kau harus kembali ke dalam. Disini berangin.”
Da Ji lalu bertanya, ”Apakah kau sangat mengkhawatirkanku? Kau terlihat panik tadi.”
Dong Joo menjawab, ”Karena kecelakaan ini terjadi di Resort makanya aku sangat khawatir. Aku adalah orang yang harus bertanggungjawab di Resort.”
Da Ji bertanya lagi, ”Apakah aku tidak mendapat uang kompensasi karena kecelakaan ini terjadi saat aku bekerja?”
Dong Joo menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung pergi menuju mobilnya. Da Ji pun mengejarnya.
”Direktur... Kenapa kau tidak menjawab?!”
Dong Joo lalu berkata, ”Apa yang ingin kau makan? Aku akan membelikannya untukmu.”
Da Ji lalu meminta Dong Joo membelikannya bermacam-macam makanan... Dong Joo menutup telinganya karena tidak tahan mendengar permintaan Da Ji itu. Da Ji semakin berteriak menyebutkan makanan-makanan itu (hahahaha... perut karet..)
Dan ternyata Kakek bersama Assisten Lee sejak tadi melihat Da Ji dan Dong Joo dari dalam mobil.
Kakek lalu berkata, “Kau tidak memberitahu Han Dong Joo kan jika aku datang kesini?”
Assisten Lee mengiyakan dan mengatakan bahwa selama ini Dong Joo sering membatu Da Ji.
Kakek bertanya, “Menolong para Ahjumma nelayan mengganti lokasi pesta, itu juga karena Lee Da Ji, kan?”
Assisten Lee menjawab, “Iya, sejujurnya aku berterima kasih pada Nona Lee Da Ji karena membantu mendapatkan surat persetujuan masyarakat. Namun karena Dia jugalah Direktur(Dong Joo) sering dimarahi oleh Presiden Direktur (Ayah Dong Joo).”
Kakek terdiam mendengar itu.
Di ruangan Resort Jin Young dan rekan kerjanya sedang mengobrol. Rekan Jin Young lalu bertanya apakah Jin Young dan Dong Joo sedang bertengkar karena mereka sekarang jarang ketemu. Rekan Jin Young (sampe sekarang gak tau namanya siapa) meminta Jin Young menelpon Dong Joo terlebih dulu.
Jin Young menolak, “Aku bisa menebak apa yang dilakukannya saat ini. Aku hanya takut saja makanya tidak ingin menelponnya.”
Da Ji sudah keluar dari rumah sakit namun tangannya masih memakai gips.
Dong Joo sedang membantunya memandikan Paulist. Da Ji sendiri hanya berdiri menggunakan topeng kuda sambil terus memberi perintah pada Dong Joo. Melihat Da Ji memakai topeng kuda, Dong Joo sangat kesal. Ia menyuruh Da Ji diam saja dan melepaskan topeng itu. Da Ji pun terpaksa melepaskan topeng itu namun terus memerintah Dong Joo.
Tiba-tiba HP Dong Joo berdering dan itu panggilan dari Assisten Lee yang bertanya mengapa Dong Joo tidak mengangkat telpon Ayahnya. Dong Joo kesal dan meminta Assisten Lee mengatakan pada Ayahnya bahwa ia saat ini sedang mengadakan rapat penting. Kemudian Dong Joo menutup panggilan Assistennya itu.
Da Ji berkata, ”Jika kau ada urusan yang sangat penting maka kau pergi saja. Aku bisa melakukan ini.”
Dong Joo berkata, ”Urusan penting apa?” Dong Joo melanjutkan memandikan Paulist.
Melihat itu, Da Ji tersenyum, ”Dulu kau bilang tidak ingin berada dekat-dekat kuda. Sekarang kau malah memberikan makanan pada kuda dan memandikannya. Apa kau baik-baik saja?”
Dong Joo menggerutu kesal, ”Tunggu sampai kau melepaskan gips itu. Apakah aku masih mau membantumu melakukan ini!”
Da Ji berkata lagi, ”Sepertinya sakit bukan hal yang buruk. Karena aku bisa memerintah Han Dong Joo. Gips ini minggu depan bisa dilepas. Haruskah aku memakainya gips ini lebih lama lagi?”
Dong Joo hanya menatap Da Ji kesal. Da Ji lalu menggaruk kepalanya yang gatal dengan kayu. Dong Joo yang melihat itu langsung bertanya, ”Hei... Kapan kau terakhir kali mencuci rambutmu itu?”
”Itu... 3 hari yang lalu”, jawab Da Ji.
Lalu Dong Joo pun membantu mencuci rambut Da Ji. (hahahahahaha..... ya walaupun Dong Joo mencucinya dengan kasar membuat Da Ji kesakitan...)
Setelah selesai, Dong Joo lalu mengeringkan rambut Da Ji dengan handuk. Da Ji memejamkan matanya... Dong Joo pun jadi deg-deg an melihat wajah Da Ji itu. Dong Joo berusaha mengendalikan perasaannya. Karena perasaannya tak menentu, ia pun berhenti mengeringkan rambut Da Ji.... dan akhirnya meminta Da Ji mengeringkan rambutnya sendiri.
Sebenarnya...
Apa yang terjadi pada Dong Joo...
Apakah dia masih memiliki perasaan pada Da Ji...
Bersambung ke Paradise Ranch Episode 12 Part 2
Thanks sinopsisnya renny.
BalasHapusUdah lama nungguin lanjutan sinopsisnya.. akhirnya update juga.
BalasHapusThanks Renny ^_^
Thanks juga D_secret n Princess_Tinny udh nungguin sinopsis PR.
BalasHapus