BEST COUPLE

Jumat, 02 September 2011

ALL ABOUT LOVE: Sinopsis Paradise Ranch Episode 10 Part 2

Di ruang kerjanya Dong Joo melihat proposal yang dibuat oleh Da Ji. Ia pun berkata pada dirinya sendiri, “Walaupun dikerjakan dalam waktu yang singkat ternyata proposal ini cukup mengesankan. Aku harus menemukan jalan agar dia membatalkan perjalanannya ke Jepang.”
Tiba-tiba HP Dong Joo berdering dan itu adalah telpon dari Ayahnya. Dong Joo terpaksa mengangkat telpon itu.
Hei... Kau bocah!! Siapa yang mengizinkanmu membuat iklan seperti ini”, Ayah Dong Joo mengomel lalu menghempaskan koran yang memuat iklan festival pacuan kuda.
”Kau tidak tau apa-apa. Kau ingin mengizinkan para penduduk secara bebas mengikuti Festival Keluarga Resort!!!” lanjut Ayah Dong Joo.

Dong Joo mencoba menjelaskan, ”Aku juga akan mengundang para pengunjung Resort.”
”Kau hanya bisa menyajikan hiburan pada para tamu Resort. Apakah itu bisa menghasilkan uang?! Kau.. berikan saja proyek ini pada wakil Direktur Seo Yun Ho.”
Tentu saja perintah Ayah Dong Joo itu membuatnya kesal.
”Mengapa aku harus menyerahkannya pada Seo Yun Ho? Direktur Resort ini adalah AKU!”
”Jika kau seorang Direktur harusnya kau bersikap layaknya seorang Direktur. Kenapa kau selalu melakukan hal yang tidak berguna!!”
”Ayah... Kau tidak percaya pada kemampuanku. Lalu kenapa kau tidak memberitahuku apa yang harus aku lakukan sekarang?!!”
”Hei.. Aku akan segera ke sana  untuk memberikan perintah langsung apa yang harus kau lakukan! Kau tidak perlu melakukan apapun. Cukup duduk dan jangan menyentuh apapun! Apakah Kau mengerti!!”
Dong Joo benar-benar kesal karena merasa tidak dihargai oleh Ayahnya. Ia pun mematikan HP nya. 

Sementara itu, Jin Young duduk lemas dengan tatapan kosong di sofa apartemannya. Seorang wanita datang meletakkan makanan di meja.
”Silakan makan...”
Jin Young bertanya lemas, ”Apakah ada para bodyguard di depan pintu? Apakah ini perintah Ayahku? Apakah dia yang menyuruh mengambil HP ku dan tidak membiarkanku pergi kemanapun? Ayahku bahkan menyuruh Sekretaris Kim untuk melakukan ini.”
Wanita itu hanya tersenyum kemudian pergi begitu saja. 

Malamnya Da Ji sudah menyelesaikan proposal yang diminta Dong Joo. Ketika Dong Joo pulang Da Ji segera menyerahkan proposal itu kepada Dong Joo.
”Aku sudah menyelesaikannya dan mengubah dari awal lagi. Aku juga sudah membuat catatan kecil tentang proposal ini agar ketika para pengurus menanyakan ini kau bisa mengerti. Lihatlah baik-baik”, kata Da Ji.
Dong Joo menerima proposal itu lalu bertanya, ”Apakah kau ingin aku melihatnya?”
”Tentu saja. Kau bilang bahwa pekerjaan ini sangat penting bagimu. Aku beberapa malam ini tidak tidur demi menyelesaikan proposal ini.”
”Kau bergadang demi aku. Benarkah itu?” tanya Dong Joo.
Apa yang kau katakan? Bagaimana mungkin kau tidak bisa melihat ketulusan orang lain. Lupakanlah... Aku lelah bertengkar denganmu sekarang. Jadi baca saja proposal itu baik-baik.”
Dong Joo lalu bertanya pada Da Ji, ”Apakah Seo Yun Ho benar-benar sudah bercerai?”
“Mengapa kau tanyakan hal itu?”
”Kau harus memastikan apakah dia benar-benar sudah bercerai!”
Da Ji mulai kesal, ”Tentu saja. Ahjussi sudah mengatakan bahwa ia sudah bercerai dengan istrinya.”
Dong Joo bertanya sinis, “Apakah kau sudah melihatnya? Melihat surat perceraian dengan mata kepalamu sendiri?”
“Ahjussi mengatakan bahwa mereka sudah bercerai!”
”Bagaimana kau bisa percaya begitu saja padanya?!”
Akhirnya Da Ji terpancing juga untuk bertengkar, ”Aku percaya padanya!”
”Kau selalu percaya pada semua kata-katanya yang seorang playboy itu!”
”Ahjussi bukan playboy!”
”Sebelum dia bercerai dia sudah berpacaran dengan wanita lain. Apa itu bukan playboy!!”
”Karena dia begitu tampan makanya banyak wanita yang menyukainya.”

Dong Joo berkata lagi, ”Baiklah.. tidak masalah bagimu jika dia itu playboy dan kau tidak peduli dengan perceraiannya. Kau bahkan akan melakukan perjalanan bersamanya!!”
Da Ji kaget karena Dong Joo mengetahui rencananya itu, ”Bagaimana kau bisa tau?”
”Bagaimana aku tau itu tidak penting!!”
”Kau jangan terlalu berpikiran jauh. Kami ke Jepang untuk pengobatan Paulist. Kau... jangan-jangan karena kau tau aku akan ke Jepang bersamanya lalu kau  sengaja memberiku tugas yang banyak. Kau benar-benar tidak ingin aku pergi dengannya...?”
Dengan cepat Dong Joo menjawab, ”Benar... Aku tidak suka kau pergi dengannya. Itu sebabnya aku sengaja memberimu tugas yang banyak. Apa tidak bisa? Bagaimana kau bisa seperti ini, Dia memintamu datang kau langsung datang. Dia mengajakmu pergi bersama kau malah langsung setuju. Aku sangat bodoh kenapa bisa mengkhawatirkanmu. Mengapa aku harus pusing-pusing? Aku sendiri tidak bisa menjelaskannya pada diriku sendiri!!”
Dong Joo segera beranjak dari hadapan Da Ji. Da Ji bingung mendengar kata-kata Dong Joo itu. 

Malam itu Dong Joo langsung pergi ke kolam renang Resort.  Dong Joo tidak mengerti dengan sikapnya yang mengkhawatirkan Da Ji.
Ia berkata pada dirinya sendiri, ”Han Dong Joo.. Apa yang kau lakukan?”
Kebetulan Yun Ho pun pergi ke kolam renang itu.
”Kenapa kau bisa ke sini?” tanya Dong Joo.
”Aku merasa sedikit bosan. Senang bertemu denganmu di sini. Bagaiman denga rencana kompetisi pacuan kuda?”
Dong Joo menjawab dengan dingin, ”Apa aku harus melaporkannya padamu?”
Yun Ho tersenyum lalu berkata, ”Aku hanya ingin tau. Aku bertanya pada Da Ji, tapi dia tidak mengatakan apapun padaku.”
Dong Joo berkata, “Ini masih sebuah rencana. Jadi aku tidak terlalu yakin.”
Yun Ho tersenyum, “Aku tidak sabar melihatnya setelah kembali dari perjalananku nanti.”
“Baiklah... Lihat saja nanti”, ucap Dong Joo dingin.

Sementara Da Ji sedang mengemasi pakaiannya. Sesaat ia teringat kata-kata Dong Joo.
” Bagaimana kau bisa seperti ini, Dia memintamu datang kau langsung datang. Dia mengajakmu pergi bersama kau malah langsung setuju. Aku sangat bodoh kenapa bisa mengkhawatirkanmu. Mengapa aku harus pusing-pusing? Aku sendiri tidak bisa menjelaskannya pada diriku sendiri!!”

Paginya Yun Ho bersiap berangkat ke Jepang dan memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Ia meraih kotak perhiasan yang akan diberikan pada Da Ji, lalu menatap kalung dan cincin di dalamnya. Yun Ho mengambil cincin lalu memakaikannya di jari kelingkingnya. Ia tersenyum.

Sesaat HP Yun Ho berdering dan itu merupakan panggilan dari Da Ji.
“Apa kau sudah bersiap-siap?” tanya Yun Ho.
Da Ji berkata, “Ahjussi... Aku akan ke tempatmu.”
“Tidak perlu. Masih banyak waktu. Aku akan menjemputmu nanti.”
“Itu... Ada yang ingin aku katakan padamu jadi aku akan kesana untuk memberitahumu.”
“Baiklah... Kau datang saja ke sini.”

Yun Ho melepaskan cincin dijarinya dan menaruhnya kembali dikotak perhiasan. Tiba-tiba HP nya berdering dan Yun Ho mengangkatnya, “Iya...”
“Sayang... Bantu aku”, ternyata itu Mil Hye sedang menelpon di rumah sakit.
Mil Hye menangis, “Aku mohon kesinilah dan bantu aku.”

Da Ji menuju Resort untuk menemui Yun Ho dan berpapasan dengan Dong Joo dan Assisten Lee didepan pintu masuk. Da Ji melambaikan tangannya menyapa Dong Joo. Namun Dong Joo tidak menggubrisnya dan langsung pergi begitu saja. 

Da Ji sampai di depan kamar Yun Ho. Namun sesaat Assisten Yun Ho keluar dari kamar itu.
Da Ji bertanya, ”Ahjussi dimana?”

Sementara Yun Ho sendiri sedang berada dalam pesawat saat itu. Ia akan menemui Mil Hye karena ditelpon tadi Mil Hye terdengar menangis dan membutuhkan bantuannya. Yun Ho terlihat sangat dilemma.

Dong Joo masuk ke ruangannya. Ia heran karena mendapati Da Ji duduk di sofa ruangannya dan menyiapkan bahan untuk rapat.
“Hei.. Kenapa kau masih di sini?”
Da Ji melihat jam tangannya lalu berkata, ”Masih ada waktu 30 menit sebelum pertemuan dimulai. Tapi kau bahkan belum menyiapkan apapun. Kau ini bagaimana?”
Dong Joo duduk di depan Da Ji dan terlihat masih bingung, ”Apa kau tidak jadi pergi?”
”Aku takut jika aku tidak ikut rapat ini kau akan menghancurkan segalanya. Jadi aku putuskan untuk tidak pergi dan tetap bekerja hari ini. Aku juga takut kau akan memotong gajiku dan tidak memberiku 1 juta won lagi. Apa kau puas?”
”Jadi kau hanya takut aku akan memotong gajimu?”
Da Ji menjawab, ”Bukan hanya itu. Kau mengkhawatirkanku, aku juga sangat mengkhawatirkanmu. Ini akan jadi berita besar jika kau bisa berhasil. Kita harus saling mendukung. Ini hal yang baik. Benar tidak?”
Dong Joo berkata, ”Mendengar perkataamu itu, kau terlihat seperti peduli padaku.”
Da Ji meluruskan, ”Jangan stress... Selalu berpikir positif... Itu yang aku maksud. Mengerti? Kau harus baca materi rapat ini. Kau ini tidak terlalu cerdas, apa yang akan kita lakukan jika kau membuat kesalahan dalam rapat nanti?”
Dong Joo kesal mendengar ucapan Da Ji itu, ”Apa yang kau katakan? Aku tidak cerdas? Aku ini cerdas!!”
”Benarkah? Tapi aku tidak yakin”, olok Da Ji.
Dong Joo mengalihkan pembicaraan, ”Tapi.. Kenapa akhir-akhir ini aku tidak melihatmu berusaha mendapatkan surat persetujuan masyarakat?”
”Setelah menyelesaikan pekerjaan ini, aku akan berusaha mendapatkan surat persetujuan itu lagi.”
”Lakukan dengan benar!”
Da Ji berkomentar, ”Sejauh ini, aku selalu melakukan yang terbaik.”
Dong Joo menatap Da Ji diam-diam. Ia tersenyum senang karena Da Ji tidak jadi pergi. 

Ayah Jin Young sedang makan dan Jin Young duduk dimeja yang sama.
Ayah Jin Young berkata, “Jangan keras kepala lagi. Pulanglah ke rumah. Jika tidak ingin menikah setidaknya kau belajar bisnis dariku.”
“Aku punya kekasih. Dia orang yang sangat baik.”
Ayah Jin Young terdiam sesaat mendengar pengakuan putrinya itu, lalu berkata, “Jika tidak menyukai bidang renovasi, kau pindah ke bidang Arsitektur saja.”
Jin Young dengan cepat berkata lagi, “Aku bilang aku punya kekasih.”
Ayah Jin Young berdiri berniat pergi lalu berkata, ”Sekretaris Kim akan mengatur semuanya untukmu.”

Jin Young menahannya, ”Apa kau pikir kau bisa seenaknya pada Sekretaris Kim? 10 tahun sudah berlalu. Sudah saatnya dia mengubah alamat tempat tinggalnya. Maafkan aku, karena ini masalah aku dan Ayah jadi melibatkan Sekretaris Kim.”
”Kau ini tetap sama. Tidak pernah mau mendengarkan kata-kata Ayah!”
Ayah Jin Young duduk kembali lalu bertanya, ”Baiklah.. Siapa orang yang kau bicarakan tadi?”
”Aku tidak seperti dulu yang selalu mendengarkan pendapat Ayah baru bicara. Aku tidak akan pergi tanpa alasan. Kau hanya perlu memberikan kesempatan kepadaku.”
Jin Young segera beranjak dari duduknya dan hendak pergi.
”Aku datang ke sini karena ingin memberitahumu bahwa aku ini bukan Oppa (Abang Jin Young) yang harus patuh padamu. Aku tidak ingin menyesal.”
Setelah mengatakan itu Jin Young pergi. 

Di kamarnya, Da Ji mengeluarkan pakaian yang sudah dikemasnya dari dalam tas. Ia tampak lesu. Ia teringat kata-kata Assisten Yun Ho tadi pagi.
”Karena ada hal yang mendesak, dia tidak bisa pergi ke Jepang. Dia mungkin akan pergi selama 1 minggu atau bahkan lebih.”
”Apa ada berita buruk?” tanya Da Ji saat itu.
”Tidak. Dia bilang, dia akan menghubungimu segera.”
Da Ji mengambil HP nya dan mencoba menghubungi Yun Ho. Ternyata HP Yun Ho tidak aktif. 

Ternyata Ibu Mil Hye meninggal. Yun Ho menemani Mil Hye menerima para tamu yang melayat ke rumah duka. Mil Hye terlihat sangat berduka dan meneteskan airmata. Yun Ho kasihan melihat keadaan Mil Hye itu. 

Di peternakan depan rumah Da Ji, Tuan Yang sedang berusaha membuat Paulist berjalan. Ia kesal karena usahanya itu sia-sia. Da Ji keluar dari rumahnya dan melihat Tuan Yang. Da Ji mencoba menghindari Tuan Yang karena ia tidak jadi pergi ke Jepang. Pelan-pelan ia keluar dari rumah dan menutupi wajahnya. Namun tetap saja ketahuan.
”Hei... Kenapa kau masih di sini? Bukankah kau bilang kau akan ke Jepang untuk mengobati kuda ini?”
”Aku... Aku ada sedikit masalah sehingga tidak jadi pergi ke Jepang.”
Dong Joo keluar dan menghampiri mereka dan melihat kemarahan Tuan Yang.
Tuan Yang sangat marah dan ia mengatakan akan menjual Paulist.
”Ahjussi atau siapa pun dia... Di mana dia sekarang?” tanya Tuan Yang kesal.
”Dia tidak di pulau Jeju sekarang”, jawab Da Ji lemas.
“Lalu siapa yang akan bertanggung jawab pada kuda ini?”
“Aku akan membelikan kuda untukmu nanti”, Dong Joo mencoba menenangkan Tuan Yang.
“Aigoo... Beberapa waktu lalu bersama pria yang lain. Sekarang bersama pria yang ini. Kau terlalu percaya diri memiliki banyak pria yang bisa membantumu. Da Ji Ah... Kau benar-benar mempunyai kemampuan memikat.”
Dong Joo berkata pada Da Ji, ”Kenapa masih berdiri di sini. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Mari pergi sekarang.”
Dong Joo menarik tangan Da Ji dan membawanya pergi. (Hahaha... selamat deh Da Ji dari amukan Tuan Yang).
Tuan Yang ditinggalkan begitu saja mengomel, ”Hei.. Apa kau pikir aku masih bisa percaya kata-katamu? Sebenarnya pesona apa yang dimiliki gadis ini sehingga banyak orang yang tergila-gila padanya? Apa dia cantik?”

Kakek Dong Joo mengunjungi peternakan di Seoul. Ayah Da Ji melihat Kakek sehingga ia menghampiri Kakek. Kakek terkejut melihat Ayah Da Ji. Namun ia senang karena sudah lama mereka tidak bertemu. Ibu Dong Joo ternyata datang ke peternakan itu juga. Mereka bertiga pun mengobrol.

Kakek Dong Joo berkata bahwa ia agak sesak jika di rumah sehingga ia pergi ke peternakan. Ia juga mengatakan bahwa ia sudah banyak membebani menantunya.
Ayah Da Ji tersenyum, “Kau tampak sehat, Ahjussi.”
Kakek berkata, “Walaupun akhirnya anak-anak berpisah, aku tidak menyangka kita masih bisa bertemu seperti sekarang ini. Sepertinya takdir kita masih belum berakhir.”
Ayah Da Ji bertanya, “Bagaimana kabar Dong Joo sekarang?”
“Dia sangat terpuruk beberapa tahun lalu. Tapi dia mulai bangkit sekarang. Bagaimana dengan Da Ji. Apa yang sedang di lakukannya?”
”Dia bekerja sebagai dokter hewan di Pulau Jeju.”
Kakek terkejut, ”Di pulau Jeju? Di mananya?”
Ibu Dong Joo hanya diam, karena ia sudah tau Da Ji dan Dong Joo sudah pernah bertemu di pulau Jeju.

Ayah Da Ji belum sempat menjawab karena ia dipanggil oleh seseorang sehingga harus pamit. Pria yang memanggil Ayah Da Ji sangat marah karena Ayah Da Ji tidak mengizinkan kuda pria itu ikut berkompetisi karena masih sakit. Orang itu sangat marah sampai-sampai menarik kerah baju Ayah Da Ji.
“Kau pikir kau ini siapa? Kau bukan dokter hewan. Kau hanya pelatih kuda yang merepotkan. Apa hak mu tidak mengizinkan kudaku mengikuti kompetisi. Kau dipecat jadi pelatih kudaku!!”
Kakek dan Ibu Dong Joo sangat kaget melihat Ayah Da Ji dibentak seperti itu. 

Da Ji dan Dong Joo sedang berada di lahan perkebunan. Da Ji membantu para petani memanen hasil perkebunan mereka. Dong Joo berdiri saja sambil membersihkan celana dan jas nya dari debu. Melihat itu Da Ji kesal.
“Hei.. Cepat Bantu!!”
Dong Joo menolak dan bergegas pergi.

Da Ji mengejar Dong Joo dan membujuknya.
“Apa kau tidak ingin mendapatkan surat perjanjian masyarakat?”
”Apa hubungannya ini dengan surat perjanjian masyarakat itu? Lalu untuk apa kau bawa brosur Festival itu ?” tanya Dong Joo kesal.
”Apa kau tidak pernah mendengar pepatah, ”membunuh 2 burung dengan 1 batu’? Kita bisa mendapatkan surat persetujuan masyarakat itu dan juga kita bisa memberikan brosur acara festival pada mereka. Ini adalah kesempatan emas kita.”
Dong Joo masih bingung.
”Tentu saja kau harus memasang tampang ramah penuh senyum. Cepat bantu aku!!”, lanjut Da Ji.
”Membantu dengan pakaian ini? Pakaian ini sangat mahal!” kata Dong Joo tidak rela.
Seorang Ahjumma lewat dengan membawa keranjang, Da Ji langsung mengambil keranjang itu dan memberikannya kepada Dong Joo.
”Ahjumma, jika ada yang ingin kau lakukan lagi, suruh pria ini saja melakukannya.”
Dong Joo sangat kesal.
Dong Joo akhirnya melepas jas nya dan membantu mengangkat batu-batu. Sementara para petani dan Da Ji sedang makan bersama. Dong Joo melihat ke arah Da Ji dan menggerutu kesal.
”Aigoo... Dia benar-benar reinkarnasi hantu yang kelaparan.”
Da Ji sendiri mengambil kesempatan itu untuk membagikan brosur Festival yang akan diadakan Resort dan mengajak para petani untuk menyaksikannya. Merasa taktik nya berhasil, Da Ji melihat ke arah Dong Joo dan mengancungkan jempolnya. Dong Joo hanya tersenyum melihatnya. 

Mil Hye duduk di kursi ayunan depan rumahnya. Dia terlihat sangat sedih dan perlahan-lahan air matanya mengalir.
Yun Ho menemukan banyak obat tidur di kotak penyimpanan obat dalam kamar Mil Hye dan ia membuangnya.
Yun Ho berkata pada Assistennya, ”Jika dia  meminta obat tidur padamu jangan pernah kau berikan padanya.”
”Iya, kau harus kembali. Aku yang akan menjaganya di sini”,  jawab Assisten Yun Ho.
Yun Ho terdiam sejenak lalu berkata, ”Pastikan ia makan tepat waktu. Dan jangan biarkan dia minum-minum lagi. Aku menyerahkannya padamu.”

Yun Ho menghampiri Mil Hye. Ia membawa selimut dan menyelimutkannya pada Mil Hye.
“Walaupun ini sangat sulit, tapi kau harus tetap makan.”
Mil Hye berkata lemas, ”Aku hanya melakukan apa yang bisa aku lakukan. Kau berada di sini membuatku tidak nyaman. Tolong tinggalkan aku.”
”Biaya rumah sakit dan operasi sudah kutangani. Ini akte kematiaan. Pihak asuransi dan juga pihak rumah sakit tidak akan menghubungimu lagi karena aku sudah mengurus semuanya.”
”Ini benar-benar menyedihkan, bukan? Aku tidak bisa melakukan apa pun dan sering memberikan kesulitan padamu. Aku hanya ingin dia menjalani operasi di Korea. Sebenarnya aku tidak ingin kembali lagi ke sini. Selama 31 tahun ini, aku benar-benar tidak tau apa yang sudah aku lakukan.”
Mil Hye kembali meneteskan air mata.
Da Ji dan Dong Joo sedang berada di ruangan kerja Dong Joo menyusun surat persetujuan masyarakat yang hari itu mereka dapatkan. Da Ji mengatakan bahwa mereka pasti akan mendapatkan surat persetujuan masyarakat sebelum kompetisi pacuan kuda dimulai. Dan itu baik bagi mereka karena mereka kelak tidak akan bertemu lagi. Dong Joo hanya terdiam mendengar perkataan Da Ji itu. Da Ji lalu bertanya mengenai Yun Ho pada Dong Joo.

”Itu.. Yun Ho Ahjussi, kapan ia mulai bekerja lagi?” tanya Da Ji.
Dong Joo menjawab sinis, ”Kapan pacarmu mulai bekerja? Mengapa kau harus menanyakan itu padaku?”
Da Ji kesal dengan jawaban Dong Joo itu. Da Ji bertanya lagi.
”Lalu bagaimana dengan pacarmu? Akhir-akhir ini kau jarang menghubunginya? Apakah dia pergi ke suatu tempat?”
Dong Joo menatap Da Ji kesal, ”Kau benar-benar bisa membalikkan pertanyaan.”
Dong Joo beranjak pergi dari ruangan itu. Karena takut sendirian di ruangan itu, Da Ji pun mengejar Dong Joo. 

Sementara itu, Jin Young di bandara mencoba menelpon Dong Joo, namun tidak ada jawaban karena HP Dong Joo tertinggal di meja ruangan kerja Dong Joo. 

Da Ji dan Dong Joo bersama melangkah menuju parkiran. Da Ji meminta kunci mobil agar dia yang mengemudi karena Dong Joo sudah meminum anggur. Tentu saja Dong Joo menolak karena Da Ji belum memiliki SIM.
“Aku sedang dalam proses mendapatkan SIM. Tapi aku sudah ahli mengemudi. Meskipun sebelum ini aku belum pernah mengemudi”, kata Da Ji.
”Lebih baik kita jalan kaki saja”, Dong Joo memainkan kunci mobil dengan tangannya.
”Jangan khawatir, aku akan mengemudi pelan-pelan. Aku tidak ingin kau yang mengemudi karena kau di bawah pengaruh minuman keras”, Da Ji meyakinkan Dong Joo.
”Aku tidak akan mengemudi. Kita jalan kaki saja.”
Da Ji merebut kunci dari tangan Dong Joo dan berlari ke arah parkiran mobil Dong Joo. Dong Joo kesal dan langsung mengejar Da Ji. 

Da Ji terus berlari menghindari kejaran Dong Joo. Ternyata di parkiran itu Yun Ho pun baru tiba. Da Ji dan  Dong Joo kaget melihat kedatangan Yun Ho. Yun Ho tersenyum lalu menyapa Dong Joo, “Maaf karena aku sudah pergi dalam waktu yang lama.”
Dong Joo hanya mengangguk. Yun Ho lalu menatap Da Ji dan tersenyum padanya. Da Ji pun membalas senyum Yun Ho. 

Yun Ho dan Da Ji akhirnya mengobrol di kamar Yun Ho di Resort.Yun Ho mengambil 2 gelas lemon dan memberikan 1 gelas pada Da Ji.
“Ahjussi, kau suka minum lemon?” tanya Da Ji.
”Awalnya aku tidak menyukai lemon. Tapi seseorang membuatkan lemon spesial untukku. Minum 1 gelas lemon meningkatkan semangatku.”
Da Ji tersenyum dan menatap Yun Ho, ”Kau tampak sangat lelah.”
Yun Ho tersenyum lalu bertanya, ”Apakah kau baik-baik saja?”
Da Ji mengangguk lalu berkata lagi, ”Apa kau sangat sibuk? Kau tidak mengangkat telponku. Aku mengkhawatirkanmu.”
Yun Ho tidak menjawab ia berkata, ”Aku sangat merindukanmu.”
Yun Ho menghela nafas lalu merebahkan dirinya dipangkuan Da Ji.
”Biarkan seperti ini sebentar. Hanya sebentar...”
Tentu saja Da Ji bingung dengan sikap Yun Ho itu. 

Jin Young menatap dirinya di cermin dan berbenah diri di depan cermin. Teman kerjanya menghampirinya dan bertanya, “Setelah menghilang beberapa hari... Pekerjaan kita sangat menumpuk. Kau ingin pergi kemana lagi?”
Jin Young tersenyum, ”Aku ingin pergi melamar. Aku akan pulang terlambat jadi kau jangan menungguku.”
Teman Jin Young heran mendengar perkataan Jin Young itu.

Dong Joo menunggu Da Ji di depan rumah dengan muka kesal. Saat melihat Da Ji datang, Dong Joo menghampirinya lalu berkata, ”Kau bilang kau akan mengemudi karena aku sudah banyak minum. Ketika Seo Yun Ho datang, kau malah pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.”
”Setelah kepergiannya selama 1 minggu ini, aku tidak bisa menghubunginya. Ini pertama kalinya aku melihatnya lagi.”

Dong Joo berkata sinis, ”Jadi, kau sepenuhnya berada di bawah kendali Seo Yun Ho? Awalnya dia berencana pergi bersama denganmu, tapi ternyata dia malah pergi sendirian dengan alasan ada masalah yang penting. Bahkan dia tidak pernah menghubungimu.”
”Kau berpikiran seperti itu?”
Dong Joo berkata lagi, ”Kau bilang karena rapat itu maka kau tidak jadi pergi bersamanya. Rupanya itu hanya alasanmu.”
”Sudahlah, kita jangan membahas ini lagi. Kau tidak peduli dengan apa yang aku katakan karena kau selalu punya pendapat lain. Kau selalu keras kepala.”

Dong Joo bertambah kesal, ”Jadi jika kau memang merasa hebat, lalu kenapa kau selalu saja mau dipermainkan oleh Seo Yun Ho? Aku pernah bilang, Pria tidak suka wanita gampangan! Hanya dengan satu kata, kau langsung saja berlari ke arahnya. Ketika dia mengajakmu pergi liburan bersama kau langsung saja setuju. Dan dia masih mempermainkanmu dengan membatalkan perjalanan kalian itu. Kau terlalu mudah ditipu!!”

Akhirnya emosi Da Ji terpancing juga mendengar kata-kata Dong Joo. Mata Da Ji berkaca-kaca.
”Kau ini pria tidak berperasaan... Pria jahat!! Mengapa bisa kau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan! Karena aku sudah tidak tahan lagi mendengar ucapanmu yang kejam sehingga aku memutuskan bercerai darimu! Bagaimana bisa kau mengatakan kata-kata yang hanya membuatku terluka!

Tanpa Da Ji dan Dong Joo sadari, Jin Young sudah datang untuk menemui Dong Joo. Ia pun melihat pertengkaran itu.

Dong Joo berkata dengan keras, “Apa kau pikir ini semua salahku?  Dan kau pikir kau hanya satu-satunya korban? Kau sama sekali tidak tau apa kesalahanmu sendiri. Aku tidak tahan dengan sikapmu yang tidak tau malu itu. Makanya aku memilih bercerai darimu!!  Apakah itu terlalu menyakitkan? Apa kau terluka karena aku?  Aku tidak peduli jika kau hanya dipermainkan oleh Seo Yun Ho. Tapi setidaknya aku mengkhawatirkanmu. Apa kau paham? Baiklah.. cukup sampai disini saja. Kita benar-benar harus mengakhiri ini...”

Dong Joo mengakhiri pertengkaran itu dan berniat meninggalkan Da Ji. Ia membalikkan badannya dan terkejut melihat Jin Young. Jin Young pun sangat terkejut mendengar pertengkaran Dong Joo dan Da Ji yang menyebut kata CERAI.
“Jin Young Ah.....”
Da Ji pun menoleh dan kaget melihat kehadiran Jin Young.

Bersambung.......

1 komentar: