BEST COUPLE

Selasa, 30 Agustus 2011

ALL ABOUT LOVE: Sinopsis Paradise Ranch Episode 10 Part 1

Dong Joo mengambil buku panduan wisata ke Jepang yang tanpa sengaja Da Ji tinggalkan di meja. Dong Joo teringat pada kata-kata Yun Ho yang mengatakan bahwa Yun Ho akan dinas ke Jepang selama 3 hari 2 malam. Dong Joo menatap Da Ji dengan tajam.
“Lee Da Ji....Apa kau akan pergi ke Jepang?”
Da Ji yang sudah di lantai atas terkejut mendengar pertanyaan Dong Joo itu.




Kontan saja ia berlari ke lantai bawah dan merebut buku panduan wisata itu dari Dong Joo.
“Mengapa kau sembarangan menyentuh barangku?!”
Dong Joo bertanya dengan dingin, ”Kau akan pergi dengan siapa ke Hokaido?”
”Pergi bersama siapa apa! Aku ke Hokaido karena ingin mengunjungi peternakan kuda yang terkenal di sana! Tapi... untuk apa aku menjelaskannya padamu? Aku pergi ke Jepang atau tidak bukankah itu kebebasanku? Kau sendiri yang bilang kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. ”

Dong Joo terdiam sesaat. Ia tidak ingin dianggap mencampuri urusan Da Ji sehingga mengalihkan pembicaraan mereka.
”Pekerjaan yang aku tawarkan barusan itu lumayan bagus.”
Da Ji menjawab dengan kasar, ”Tidak...!! Aku benar-benar tidak akan melakukannya!!”
”Tapi aku secara khusus merekomendasikanmu untuk pekerjaan ini! Jika kau menolaknya, apa yang harus aku lakukan!”
Da Ji serasa tidak percaya mendengar ucapan Dong Joo itu.
”Kau merekomendasikanku? Mengapa kau lakukan itu?” tanya Da Ji dengan suara pelan.
”Aku harus mencari sesorang karyawan yang berasal dari desa ini. Aku sangat malu untuk mengajak penduduk dari desa ini, makanya aku pikir kau lebih mudah didekati dan diajak untuk pekerjaan itu. Dan juga kau pasti bisa bekerja keras walaupun ini merupakan bisnis orang lain.”

Da Ji kesal, ”Aku mengerti... Apalagi yang bisa aku harapkan darimu?!”
Hati Dong Joo pun kesal, ”Apa kau pikir aku merekomendasikanmu karena tidak ada kandidat lain selain dirimu? Aku ini bukan anak SD yang harus mengatakan TERIMA KASIH dan MAAF padamu agar kau mengerti maksudku. Masalah kemarin... Aku minta maaf karena telah membentakmu dan juga terima kasih untuk obat dan bantal itu. Apa ini sudah cukup?!”
Da Ji tersenyum malu mendengar ucapan Dong Joo, ”Baiklah...”
Dong Joo berkata lagi, ”Lalu, apa kau bisa terima pekerjaan paruh waktu itu? Kau adalah kandidat yang terbaik.”
Setelah mengatakan itu Dong Joo pun beranjak pergi meninggalkan Da Ji yang masih bingung.

Da Ji dan Dae Eun sedang berada di kamar mereka. Da Ji sedang melihat dan melingkari tanggal untuk memastikan jadwal bekerjanya.
”Pertama, aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku hari Rabu. Setelah itu pekerjaanku di peternakan kuda selesai. Ya..., tapi aku harus menjadi pemandu wisata di peternakan itu nanti! Dae Eun... setelah kau pulang sekolah hari Rabu nanti, bisakah kau menggantikanku menjadi pemandu wisata di peternakan?”

Dae Eun balik bertanya, ”Mengapa kau terima pekerjaan paruh waktu itu jika kau tidak bisa mengatasinya?”
”Ini berbeda. Dong Joo secara khusus memintaku melakukan pekerjaan ini. Dia bilang aku adalah kandidat yang paling cocok untuk pekerjaan ini. Selain itu upah untuk pekerjaan ini 1 juta Won.”
Da Eun bertanya lagi, ”Apakah kau benar-benar akan pergi bersama Yun Ho Ahjussi?”
”Tentu saja. Ini bukan hanya perjalanan untuk bersenang-senang tapi juga untuk membahas pengobatan Paulist. Peternakan Hokkaido merupakan peternakan yang sangat terkenal dalam hal pengobatan kuda. Aku sudah melihat video yang memperlihatkan pengobatan kuda disana. Benar-benar sangat mengesankan.”

Da Eun berkata, ”Tapi ini bukan intinya sekarang! Pacarmu ingin pergi bersama denganmu. Hanya berdua saja selama 3 hari 2 malam!”
Da Ji membela diri, ”Hei... Kami kesana bukan untuk bersenang-senang. Ahjussi bilang dia kesana dalam rangka dinasnya. Dan ia sangat sibuk nanti.”
Da Eun dengan cepat berkata, ”Meski sangat sibuk, apa kau tau semua bisa berubah dengan cepat! Ketika seorang pria mengajakmu untuk pergi berlibur bersama kau langsung setuju saja! Bahkan jika Unnie......!”
Da Ji langsung memukul kepala Dae Eun lalu memarahinya, ”Kau ini...,anak kecil sepertimu tidak boleh mengatakan sesuatu yang tidak diketahui!”
Dae Eun tentu saja kesal, ”Unnie... kau menikah disaat usiamu sama seperti usiaku Sekarang ini!”

Da Ji semakin kesal, ”Apa maksudmu mengatakan hal ini?”
”Saat ini kau malah hidup satu atap dengan mantan suamimu. Bahkan sekarang kau masih mau pergi jalan-jalan dengan pacarmu? Apakah kau bisa menjamin kau tidak akan melakukan apa-apa disana? Aku tidak akan membantu dalam pekerjaan paruh waktumu itu!!”
Dae Eun segera beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Da Ji yang masih kesal.

Da Ji dan Yun Ho bertemu di bawah pohon tempat mereka sering janjian untuk bertemu. Yun Ho memberikan kamera untuk merekam Paulist kepada Da Ji. Yun Ho mengatakan bahwa di Hokkaido ada sebuah villa yang bagus dan Assistennya merekomendasikan villa itu untuk penginapan mereka. Da Ji kaget dan menolak untuk menginap di villa.
Yun Ho bertanya, “Kau tidak ingin tinggal bersamaku? Mengapa kau terlihat takut? Jika kita pergi bersama-sama, tentu saja kita harus tidur bersama. Apa kau ingin kamar terpisah? Apakah kamu takut satu kamar denganku?”
Da Ji kaget dan berusaha menenangkan diri, ”Bukan begitu..., Bagaimana bisa kau mengatakn hal itu dengan jelas?”
Yun Ho tersenyum, ”Baiklah...kita akan memesan kamar yang terpisah. Villa itu dekat peternakan dan memiliki banyak kamar”

Da  Ji tersenyum lalu berkata, ”Ahjussi.. Kau merupakan orang yang baik. Aku ingin memahami semua tentangmu perlahan-lahan.”
”Baiklah...Tapi kau tidak boleh melakukan sesuatu seperti kejadian lalu. Tidak boleh mabuk dan tertidur begitu saja di kamarku. Bagaimanapun aku ini adalah pria yang bisa hilang kendali.”
Da Ji tersenyum malu, ”Aku tidak akan melakukannya lagi...”
Yun Ho tertawa melihat reaksi Da Ji kemudian berkata, ”Aku kira kau sudah dewasa, namun ternyata kau masih seperti anak-anak.”
Mereka pun tertawa. Da Ji lalu memberitahu Yun Ho bahwa ia menerima tawaran kerja paruh waktu dari Dong Joo. Yun Ho mengerti dan mengatakan bahwa ia sudah tau. 

Dong Joo sedang tertidur di meja kerjanya dan Da Ji yang memakai topeng kuda datang membangunkannya. Begitu Dong Joo terbangun ia sangat kaget. Da Ji tertawa melihat Dong Joo kaget dan ia segera melepaskan topengnya.
“Tema untuk pacuan kuda sudah ditentukan.”
“Hei... Apa yang kau lakukan?” Dong Joo terang saja kesal karena Da Ji sudah mengagetkannya.
Da Ji berkata dengan semangat, ”Tema untuk pacuan kuda kali ini adalah Festival Keluarga. Ini merupakan Festival yang sangat keren. Kompetisi sejati antara kuda-kuda. Orang-orang akan menggunakan topeng kuda seperti ini. Bukankah sangat bangus?”
Dong Joo bertanya, ”Bukankah itu terlalu kekanak-kanakan? Apa mungkin orang dewasa mau menggunakan topeng seperti itu?”

Da Ji menjelaskan, ”Inilah  kunci utamanya. Setelah kau memakai topeng seperti ini maka daya untuk melawanmu akan keluar. Seperti ini. (Da Ji memperagakan cara melawan yang ia maksud. Da Ji menunjuk Dong Joo). Hei Han Dong Joo...Apa kau pikir kau benar-benar ahli dalam bermain gitar!! Membaca buku orang sembarangan merupakan tindakan kejahatan! Aku mohon agar kau jangan memakai pakaian dalam yang sama sepanjang hari!!”
Da Ji melepaskan topengnya lalu berkata, ”Seperti itu. Bagaimana??”
Dong Joo terlihat masih bingung.

Da Ji dan Dong Joo pergi ke kandang babi. Da Ji sedang berlari menangkap seekor anak babi. Dong Joo hanya memperhatikan tingkah Da Ji itu dengan tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah berhasil menangkapnya,  Da Ji menghampiri Dong Joo.
”Di festival itu kita adakan permainan menangkap babi bersama ibu masing-masing.”
Terang saja Dong Joo menolak, ”Ini adalah festival untuk Resort. Apakah kau pikir hal ini pantas diadakan?”
Da Ji menjawab, ”Kalau tidak bisa dengan ibu, dengan ayah pun bagus juga.”

Da Ji dan Dong Joo sedang makan di sebuah rumah makan. Da Ji makan dengan lahap sekali.
“Makanan merupakan hal terpenting dibanding apa pun. Kita harus menyediakan makanan khas pulau Jeju yang terbaik kepada para anggota Resort. (Da ji kembali melahap makanan sampai mulutnya penuh). Beberapa makanan khas seperti ini sangatlah menarik.”
Dong Joo hanya terdiam dan menatap Da Ji dengan pandangan jijik. 

Setelah itu Da Ji mengajak Dong Joo ke daerah perkebunan untuk menunjukkan ide-idenya tentang kegiatan yang harus dilakukan Resort. Da Ji menunjukkan pada Dong Joo bagaimana membajak sawah. Dong Joo hanya menatap tingkah Da Ji itu dengan lemah.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Dong Joo.
”Hanya ingin mencoba bagaimana rasanya membajak sawah. Orang-orang dari kota tidak pernah melakukan ini. Jadi mereka kelak bisa mencoba ini dalam kegiatan ’Keluarga Bertani’.”
”Keluarga Bertani?” Dong Joo semakin bingung dengan ide Da Ji itu.

”Iya benar. Ini bukan hanya acara Resort yang bisa dilihat oleh orang-orang saja.  Tapi juga mereka bisa terjun langsung dan saling bekerjasama. Bagaimana? Bukankah sangat menarik?”
Dong Joo kurang setuju dengan ide Da Ji itu, ”Apa kau pikir kegiatan ini adalah kegiatan berlibur untuk bertani? Pengunjung Resort hanya datang kesini 2-3 kali dalam setahun. Bagaimana mungkin mereka mau melakukan hal konyol seperti itu?!”





Mendengar ucapan Dong Joo, Da Ji pun mengusulkan hal lain, ”Bagaimana jika memetik hasil panen tanaman. Atau menanam jeruk juga bagus?”
Dong Joo berkata, ”Daerah ini akan dibangun sebagai tempat pusat olahraga.”
”Pusat olahraga? Tapi dibandingkan dengan pusat olahraga, pembangunan daerah ’Keluarga Bertani’ merupakan hal yang lebih baik. Pusat olahraga, lapangan golf.... semuanya itu sudah umum. Di bandingkan dengan resort-resort lain, bukankah membangun resort yang menunjukkan keaslian daerah lokal itu jauh lebih baik”, saran Da Ji.
Dong Joo terdiam dan memikirkan saran Da Ji itu. 

Para pengurus Resort sedang mengadakan rapat. Da Ji pun mengikuti rapat itu.
Usulan Da Ji untuk membangun Resort yang menunjukkan kekhasan daerah lokal disampaikan oleh Dong Joo, namun ide itu ditolak oleh Yun Ho.
”Aku pikir ide ini tidak bagus karena tidak cocok dengan misi Resort. Mayoritas orang-orang yang berkunjung ke Resort ini adalah orang yang menginginkan pelayanan kelas tinggi.”
Seorang pengurus Resort pun mendukung pendapat Yun Ho.
”Benar, di daerah pertanian keluarga itu telah direncanakan pembangunan pusat olahraga tahun depan. Ini atas perintah dari Presiden Direktur Resort. Jadi bagaimana mungkin kita mengubahnya...” Kata-kata orang itu terhenti ketika melihat tatapan Dong Joo. 

Da Ji pun kecewa mendengar usulannya ditolak. Ia pun bergumam pelan, ”Apakah para pengunjung Resort harus mendapatkan pelayanan yang mewah?”
Dong Joo mendengar gumaman Da Ji sehingga ia pun berkata kepada para peserta rapat, “Bukankah gaya mewah merupakan gaya yang sudah kuno? Resort kita harus berbeda. Itu sebabnya, pelayanan Resort kita harus diisi dengan sentuhan manusia. Bukankah ide ini sangat bagus? Anak-anak perkotaan bisa datang kemari dan menemukan pengalaman bagaimana rasanya hidup di desa yang damai. Selain itu, orang tua mereka pun pasti akan senang. Resort kita ini harus memiliki kekhasan yang berbeda dari resort-resort yang lain. Berhentilah menganggap bahwa hal  ini sesuatu  yang tidak layak. Cobalah pikirkan lagi mengenai hal ini.”
Da Ji tampak senang karena ternyata Dong Joo sangat mendukung idenya.

Yun Ho pun tersenyum mendengar penjelasan Dong Joo itu, ”Pengalaman yang hanya bisa didapat di Pulau Jeju. Saya rasa ini ide yang sangat menarik.”
Dong Joo lalu berkata, ”Hal ini merupakan sebuah perencanaan awal. Semuanya harap memikirkan ide ini lagi. Kita akan membahas ini dirapat berikutnya.”

Dong Joo segera beranjak dari tempat duduknya. Ia menoleh ke arah Da Ji. Da Ji mengacungkan jempolnya. Dong Joo tersenyum.  

Setelah rapat selesai Da Ji keluar dari ruangan. Yun Ho menyusulnya.
“Sepertinya kita tidak banyak memiliki waktu untuk bertemu lagi karena kau pasti akan sibuk menyiapkan rencanamu itu. Idemu itu sangat bagus.”
Da Ji berkata, “Ahjussi, sepertinya tadi kau tidak terlalu menyukai ideku itu.”
Yun Ho berkata, “Ah... bagaimana aku menjelaskannya. Resikonya terlalu besar. Ini adalah gagasan yang bisa mendapatkan 0 poin atau 100 poin.
Da Ji berpikir sesaat lalu berkata, “Tapi rapat ini benar-benar membuatku cemas dibandingkan saat aku melakukan penelitian. Menanti keputusan YA atau TIDAK membuatku merasa gelisah dan juga lapar.”
Yun Ho tersenyum.

Dong Joo dan Assisten Lee keluar dari ruangan rapat dengan wajah senang. Namun ketika melihat Da Ji sedang asyik mengobrol dengan Yun Ho, Dong Joo terlihat kurang senang.
“Gadis itu tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan”, gerutu Dong Joo. 

Assisten Lee menghampiri Da Ji yang masih asyik mengobrol dengan Yun Ho. 
“Nona Lee Da Ji, Direktur Han Dong Joo memintamu ke ruangannya untuk menyiapkan bahan-bahan rapat."

(Hm... di episode ini baru tau kalo Han Dong Joo adalah Direktur Resort, bukan Manajer. Di episode-episode sebelumnya aq selalu nulis Dong Joo sebagai Manajer. Maaf ya... Mian....)







Da Ji sedang mengetik bahan-bahan untuk rapat di ruangan Dong Joo. Begitu pula Dong Joo sibuk dengan berkas-berkas persiapan rapat.
Sesaat Dong Joo bertanya, ”Apa yang kau bicarakan dengan Seo Yun Ho?”
”Tidak banyak. Mengapa?”
”Itu.... Karena aku pikir Seo Yun Ho menentang proposal kita. Karena itu kau harus bisa membedakan antara Utara dan selatan, putih dan hitam. Jangan membocorkan informasi apapun kepadanya!”

Da Ji bingung mendengar ucapan Dong Joo itu, ”Kita ini bekerja dalam satu perusahaan. Kenapa kau membedakan antara MEREKA dan KITA? Dan ada lagi, sepertinya pekerjaan ini tidak terlalu mendesak. Apakah kita harus menyiapkan berkas-berkasnya sekarang?”
Dong Joo menjawab dengan kesal, ”Apa kau tidak ingat saat rapat tadi? Para pengurus Resort tampak ingin memakanmu hidup-hidup. Untuk membuat mereka diam, kita harus menyiapkan semuanya secara menyeluruh. Orang-orang yang selalu meremehkan kemampuanku... Aku akan menunjukkan kepada mereka siapa sebenarnya BOSS itu!”

HP Dong Joo tiba-tiba berdering. Dong Joo menatap Da Ji dan terlihat ragu mengangkat telpon itu.
”Angkat saja”, kata Da Ji.
”M.. Jin Young.. Baiklah aku tau. Aku akan segera kesana.”
Dong Joo menutup telpon itu dan pamit pada Da Ji bahwa ia harus segera pergi. Tentu saja itu membuat Da Ji kesal.

Da Ji keluar dari ruangan Dong Joo dengan perut keroncongan. Ia menggerutu kesal.
”Aku kelaparan karena Dia memintaku mempersiapkan semuanya dan mengatakan pekerjaan ini sangat mendesak. Namun setelah menerima telpon dari pacarnya Dia langsung pergi begitu saja.”

Da Ji terus saja melangkah keluar... Tiba-tiba ia bertemu dengan Dong Joo yang sedang bergandengan tangan dengan Jin Young. Wajah Da Ji tampak kesal.
”Nona Da Ji... Lama tidak bertemu”, sapa Jin Young.
Da Ji tersenyum, “Apa kabar?”
“Kami ingin pergi makan. Mari kita pergi makan bersama. Dong Joo bilang dia tau restoran yang menyediakan mie daging yang sangat enak.”
Da Ji berusaha menolak, ”Ah... Aku harus ke peternakan untuk bekerja paruh waktu.”
”Tapi kau harus makan siang dulu. Ayo kita makan bersama”, ajak Jin Young.
Da Ji berpikir. Namun sesaat Dong Joo pun mengajaknya, ”Ayo kita makan bersama.”

Da Ji dan Dong makan mie daging dengan lahap. Jin Young hanya diam menatap mereka dan tidak memakan mie nya.
”Kenapa, apa ini tidak sesuai seleramu”, Dong Joo bertanya pada Jin Young karena ia belum menyentuh mie nya sama sekali.
Jin Young tersenyum, ”Ah... tadi aku pikir mie daging itu seperti mie biasa, ternyata seperti ini.”
Da Ji berkata, ”Mie daging pulau Jeju memang seperti ini.  Memiliki rasa spesial. Rasa daging babinya pun berbeda dari rasa daging babi biasa.”

Dong Joo berkata, “Ah.. aku lupa kalau kau tidak makan daging babi. Jangan dimakan. Nanti kita makan makanan yang lain saja.”
”Tidak apa-apa, aku akan memakannya. Ini makanan mie spesial pulau Jeju jadi harus dicoba.”
”Apa tidak apa-apa?” tanya Dong Joo memastikan.
Jin Young tersenyum.
Dong Joo mengambil daging babi dari mie Jin Young, ”Daging babinya jangan dimakan. Kau makan mie saja. 

Jin Young tersenyum melihat sikap Da Ji itu lalu berkata, ”Kalian berdua terlihat sangat akrab. Orang bisa cemburu melihat kedekatan kalian ini.”
Da Ji kaget mendengar ucapan Jin Young itu sehingga mie yang sedang ia makan menyembur keluar dan mengenai Dong Joo (hahahahahaha....). Tentu saja hal ini membuat Dong Joo marah.
”Hei... Benar-benar menjijikan... Kau meludahi wajahku!!!”
”Ma... Maaf....” Da Ji merasa bersalah dan segera mengambil tisu untuk membersihkan wajah Dong Joo. Namun Jin Young sudah terlebih dulu membersihkan wajah Dong Joo.

Jin Young membersihkan wajah Dong Joo sambil tersenyum kemudian berkata, ”Ah.. Dia tidak meludahi seluruh wajahmu.”
Jin Young lalu bertanya pada Da Ji, “Apakah kau terkejut karena mengatakan orang bisa cemburu melihat kedekatan kalian?”
”Ah... tidak. Hanya saja kami selalu silang pendapat dan sering bertengkar. Tapi kau malah mengatakan kami sangat akrab.”
Jin Young tersenyum. Dong Joo menggerutu kesal, ”Jika kita dekat itu pasti karena kita dipaksa dibawah ancaman pisau.”
Jin Young tersenyum lalu berkata, ”Kenapa? Apa benar-benar tidak ada perasaan? Namun aku merasa walaupun kalian sering bertengkar kalian terlihat sangat dekat.”

Tiba-tiba HP Jin Young berdering. Ia pun permisi pergi mengangkat telpon itu. Setelah Jin Young pergi mengangkat telponnya, Dong Joo betkata dingin pada Da ji, ”Aku tau akhirnya pasti akan seperti ini. ”
Da Ji kesal mendengar ucapan Dong Joo itu sehingga ia memesan 1 porsi mie lagi (wkwkwkk.. perut Da Ji karet kali ya...)

Dong Joo masuk ke ruangannya. Assisten Lee mengejarnya dan mengatakan bahwa Dong Joo di minta menghubungi Presiden Direktur untuk membicarakan masalah pacuan kuda.
Dong Joo menolak, ”Ah... Kau cari alasan saja. Katakan bahwa aku rapat atau pun sedang sibuk. Dan Juga tolong carikan gambar-gambar kuda untuk iklan.”
”Baiklah...”

Assisten Lee menyerahkan berkas pada Dong Joo dan berkata, ”Ini adalah hasil survey keputusan para pengurus Resort. Wakil Direktur Seo akan mengadakan perjalanan ke Jepang sehingga kita harus melakukan survey sebelum dia berangkat.”
Dong Joo melihat isi berkas itu dan bertanya, ”Untuk  apa Tuan Seo melakukan perjalanan ke Jepang?”
”Ia akan menghadiri acara pembukaan Resort temannya Di Hokkaido.”
Dong Joo terdiam sesaat mendengar kata Hokkaido lalu bertanya lagi.
”Hokkaido..Hokkaido.. Apa dia akan pergi ke Hokkaido?!!” (Hahahahaha... Dong Joo baru tau kalau Da Ji dan Yun Ho akan pergi ke Hokkaido bersama)

Dae Eun baru pulang membeli baju untuk Da Ji. Di melihat mobil Yun Ho terparkir di depan rumah mereka.
Ia senang dan berlari menuju mobil itu. Di dalam mobil, Assisten Yun Ho sedang tertidur. Dae Eun mengetuk kaca mobil sehingga Assisten Yun Ho pun terbangun dan membuka kaca mobil itu.
Dae Eun bertanya, “Apakah Yun Ho Ahjussi benar-benar sudah bercerai? Aku takut kakakku tertipu lagi.”
Assisten Yun Ho tersenyum mendengar pertanyaan Dae Eun lalu menjawab, “Benar.”
Dae Eun tersenyum lalu membicarakan topik lain lagi, “Ahjussi...Apakah mobil ini bisa melaju cepat? Bisakah kelak memberikanku tumpangan sekali-kali?”
Assisten Yun Ho tersenyum kemudian berniat menutup kaca mobil itu tapi Dae Eun menghalanginya.

“Mengapa Ahjussi selalu mengabaikan SMS ku? Hari ini aku sudah mengirimimu lebih dari 5 SMS.”
”Pelajar.....”
Dae Eun dengan cepat berkata, ”Namaku Lee Dae Eun. Lee Dae Eun!”
Assisten Yun Ho berkata lagi, ”Pelajar... Jangan bersikap seperti ini padaku. Aku sangat sibuk.”
Dae Eun balas berkata, “Aku bersikap begini padamu bukan karena aku memiliki banyak waktu luang. Aku memiliki perasaan yang tulus padamu, Ahjussi...”
Assisten Yun Ho memotong ucapan Dae Eun, “Aku sudah MENIKAH.”
Dae Eun terlihat sangat kecewa.
Yun Ho dan Da Ji sedang di peternakan merekam Paulist. Tuan Yang juga berada di peternakan itu. Da Ji memberitahu Tuan Yang bahwa ahli psikolog kuda di Jepang akan membantu pengobatan untuk Paulist sehingga kelak Paulist bisa berlari dan melompat lagi. Tuan Yang  meminta jaminan pada Da Ji, apabila Paulist tidak bisa berlari dan melompat lagi sebelum kompetisi pacuan kuda maka Da Ji harus membayar semua perawatan Paulist. Yun Ho menyanggupinya sehingga itu membuat Da Ji kaget.
”Mengapa Ahjussi mau membayarnya”, tanya Da ji.
Yun Ho tersenyum, “Bukankah KITA yang telah membeli kuda ini. Jadi kita harus bertanggungjawab dan membuatnya bisa berjalan dan melompat lagi.”
“KITA?”
Da Ji dan Yun Ho pun tersenyum dan melanjutkan merekam Paulist. 

Dong Joo baru pulang dan mendapati kebersamaan Da Ji dan Yun Ho. Dong Joo terlihat sangat tidak senang.

Da Ji sedang membereskan pakaian yang akan digunakannya saat di Hokkaido nanti. Ia terlihat senang sekali dan berkata-kata sendiri mengenai liburannya nanti. Dae Eun datang dengan wajah muram.
“Kau baru pulang. Mengapa pulang terlambat?” tanya Da Ji.
Bukannya menjawab, Dae Eun malah balik bertanya, “Apakah kau kenal Baek In Soon Ahjussi?”
“Baek In Soon. Siapa Dia?” tanya Da Ji.
Dae Eun menjawab dengan wajah sedih, “Assisten Yun Ho Ahjussi. Mengapa aku pikir kau tau tentang dia? Pakaian ini kau pakai saat kau berlibur nanti. Ini hadiah...” Dae Eun menyerahkan bingkisan yang baru saja ia beli pada Da Ji kemudian masuk ke kamar.

Dong Joo keluar dari kamarnya dan duduk di depan Da Ji. Ia menatap tajam pada Da Ji yang terlihat senang. Da Ji membuka bingkisan itu. Dong Joo terus menatap Da Ji. Da Ji heran dan bertanya, “Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku? Kenapa terus menatapku seperti itu?”
Dong Joo berkata, ”Kau cepat sekali menyiapkan proposal itu.”
Da  Ji bertanya, ”Kenapa, bukankah kau bilang ini sangat mendesak? Apakah ada yang salah dengan proposal itu?”
”Ah.. tidak....”
Bingkisan yang sudah di buka Da Ji belum sama sekali dilihat oleh Da Ji. Dong Joo lah yang pertama kali melihatnya. Dong Joo kaget dan berkata dengan kesal.
”Hei... Itu apa?!!”
Da Ji melihat bingkisan itu dan ia pun kaget karena isi bingkisan itu adalah pakaian dalam wanita.
”Aish... Dae Eun.....!!”

Dong Joo berkata sinis pada Da Ji, ”Adikmu itu benar-benar memiliki selera yang aneh. Apakah dia pikir barang-barang itu cocok untuk kau pakai sehingga membeli pakaian seperti itu!”
Da Ji kesal mendengar ucapan Dong Joo, ”Apakah kau pernah melihat aku memakai pakaian seperti ini sehingga kau mengatakan hal itu! Aku pasti cocok memakai ini!! Apa ada yang salah!!”
Da Ji segera masuk ke kamarnya meninggalkan Dong Joo yang masih kesal. 

Dong Joo masuk ke kamarnya dengan kesal. Ia Membayangkan Da Ji dan Yun Ho tidur di kamar yang sama dan melakukan hal yang tidak-tidak. (hahahahaha.....)
Dong Joo sangat kesal, ”Apakah aku sudah gila? Sebelumnya dia tidak pernah mengizinkanku untuk melihatnya dan sekarang dia akan memperlihatkan semuanya pada orang lain. Apa ini!!!”

Da Ji mengetik proposal sepanjang malam. Dae Eun terbangun karena suara ketikan Da Ji. Dae Eun kesal. Da Ji meminta maaf dan mengatakan bahwa dia harus menyelesaikan proposal itu sebelum pergi. Dae Eun merebahkan badannya kembali ditempat tidur dan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun kata-kata Assisten Yun Ho terus terngiang ditelinganya.
“Aku sudah menikah....”
Ia sangat sedih dan tidak bisa tidur.
”Kakak...Apakah keluarga itu sangat penting?”
Da Ji bingung, ”Apa yang kau katakan?”
Dae Eun menangis kemudian berkata, ”Benar.. keluarga memang sangat penting....”

Pagi hari Da Ji dan Yun Ho sedang mengobrol bersama di bawah pohon sambil berpegangan tangan. Mereka membicarakan hal yang akan mereka lakukan saat liburan nanti. Da Ji melihat jari-jari tangan lalu berkata, ”Ahjussi, jari-jari tanganmu sangat cantik. Apakah kau tau jika jari kelingking pria ukurannya sama dengan jari manis wanita maka mereka benar-benar ditakdirkan untuk menjadi pasangan.”
Yun Ho membandingkan jari kelingkingya dan jari manis Da Ji.
”Jari kita ukurannya tidak sama.”
”Itu hanya mitos”, ucap Da Ji.
Yun Ho menatap Da Ji, “Kau terlihat sangat lelah.”
Da Ji mengangguk dan berkata, ”Karena aku mempersiapakan proposal kompetisi pacuan kuda sepanjang malam.”

Da Ji menyerahkan proposal yang ia buat sepanjang malam. Dong Joo langsung menolaknya.
Da Ji kecewa, “Cobalah baca sekali lagi.”
“Apa yang bisa saya dapat dari proposal itu. Apakah bagimu perusahan hanya tempat untuk  percobaan. Semua grafik yang kau buat berantakan. Melihatnya saja aku benar-benar pusing.”
Da Ji berusaha menjelaskan proposal itu agar Dong Joo bisa menerimanya. Namun Dong Joo bersikeras menolak.
“Apa kau tau kompetisi pacuan kuda ini sangat penting bagiku? Kau tau, semua orang menentang ini tapi aku bersikeras melakukannya. Jika aku tidak mempersiapkannya dengan sebaik mungkin bagaimana dirapat nanti... Cepat kau buat sebaik mungkin lagi! Ulang dari awal!”
Mendengar itu Da Ji sangat kesal.

Yun Ho sedang melihat kalung di took perhiasan. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Da Ji.
” Apakah kau tau jika jari kelingking pria ukurannya sama dengan jari manis wanita maka mereka benar-benar ditakdirkan untuk menjadi pasangan.”
Yun Ho tersenyum lalu ia mencoba memakaikan cincin wanita di jari manisnya. 

Sepulang sekolah Da Eun pergi ke sebauh cafe bersama dengan Jong Dae. Jong Dae sangat senang karena akhirnya ia bisa pergi ke cafe bersama Dae Eun. Dae Eun masih tidak bisa menerima Jong Dae dan tidak mau percaya begitu saja kalau Assisten Yun Ho itu sudah menikah. Ia ingin mencari tau sendiri. (Kasihan Jong Dae... selalu diabaikan ne...)

Da Eun pun pergi ke kantor Yun Ho dan bertanya pada Yun Ho.
“Apakah dia benar-benar sudah menikah?”
“Sejauh yang aku tau dia belum menikah”, jawab Yun Ho.
Dae Eun tersenyum, “Sudah kuduga pasti seperti ini. Apakah dia mempunyai kekasih?”
“Sepertinya tidak punya.”
“Dia begitu tampan. Bagaimana mungkin dia masih sendiri tanpa memiliki kekasih? Jangan-jangan dia menyukai laki-laki!”
Yun Ho tertawa mendengar kata-kata Dae Eun.
Dae Eun kesal, ”Ahjussi... Ini bukan saat yang tepat untuk tertawa. Berkaca dari hubungan Ahjussi dan Kakakku, maka aku harus mengetahui dengan jelas semua yang berhubungan dengan orang yang aku sukai.”
Dae Eun pamit pada Yun Ho dengan menundukkan kepalanya. Yun Ho hanya tertawa melihat sikap adik Da Ji itu. 

Di ruangannya, Dong Joo sedang berusaha menelpon seseorang tapi HP orang itu tidak aktif. Dong Joo lalu melihat proposal yang dibuat oleh Da Ji. Ia pun berkata pada dirinya sendiri, “Walaupun dikerjakan dalam waktu yang singkat ternyata proposal ini cukup mengesankan. Aku harus menemukan jalan agar dia membatalkan perjalanannya ke Jepang.”

Hahahaha... makin seru aja. Apa yang akan dilakukan Dong Joo untuk menghalangi kepergian Da Ji ke Jepang ya?

Temukan di Sinopsis Paradise Ranch Episode 10 Part 2