BEST COUPLE

Sabtu, 20 Agustus 2011

ALL ABOUT LOVE: Sinopsis Paradise Ranch Episode 9 Part 1

Hye Mi mendatangi Da Ji yang sedang bekerja menyewakan kuda-kuda di pantai. Da Ji kaget melihat kedatangan Hye Mi. Hye Mi terus saja menatap Da Ji tanpa mengatakan sepatah katapun.

Dong Joo, Yun Ho, Assisten Dong Joo, Assisten Yun Ho dan beberapa orang yang bekerja di Resort sedang melakukan rapat bersama. Dong Joo terlihat tidak terlalu peduli pada rapat itu. Ia malah mencoret-coret kertas materi rapat. Assisten Lee melihat tingkah Dong Joo itu dengan kesal. Yun Ho bertanya pada Dong Joo mengenai balap kuda yang akan diadakan di daerah Resort itu sebagai festival sehingga penduduk setempat bisa berpartisipasi. Dong Joo diam dan tampak berpikir. Assisten Lee dengan cepat menjawab bahwa mengadakan festival balap kuda itu ide yang bagus untuk melibatkan masyarakat karena hal itu bisa meningkatkan citra Resort. Dong Joo menatap Assistennya itu dengan kesal sehingga membuat Assisten Lee segera terdiam.

Dong Joo berkata pada Yun Ho, “Masalah ini perlu dirundingkan lagi. Aku tidak yakin bahwa kau memahami penduduk di sini. Penduduk di sini kebanyakan sibuk mengurus kuda masing-masing setiap hari. Bagi kita festival ini merupakan hal bagus, tapi di sisi lain hal ini kemungkinan bisa jadi lelucon bagi mereka.”
Yun Ho mengangguk, ”Iya, kemungkinan saja begitu.”
Dong Joo berkata pada Assistennya, ”Kalau ingin mendapatkan simpati dari mereka, berikanlah mereka alat-alat pertanian yang berkualitas dan makanan untuk kuda mereka. Ini merupakan cara yang bagus untuk membantu mereka.”
Dong Joo memarahi Assisten Lee, ”Kenapa semakin hari semakin membuat orang merasa tidak tenang.”
Yun Ho hanya terdiam mendengar ucapan Dong Joo itu. 
Mil Hye terus saja menatap Da Ji. Da Ji merasa tidak nyaman dengan hal itu. Ahjumma menghampiri Da Ji, ia heran melihat wanita itu terus menatap Da Ji.
“Siapa Wanita itu? Dia terus saja menatapmu tanpa beranjak sedikitpun dari tempat duduknya selama 1 jam. Apa kau mengenal dia?”
Da Ji bukannya menjawab ia malah memberanikan diri menghampiri Mil Hye.


Da Ji bertanya, “Apakah ada yang ingin kau katakan padaku?”
Mil Hye menjawab, “Tidak ada.”
Da Ji bertanya lagi, ”Begitu, tapi kenapa kau menatap orang seperti itu? Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan saja.”
”Aku hanya ingin melihat saja seperti apa wanita yang disukai suamiku,” Mil Hye menjawab dengan dingin.
Ahjumma kaget mendengar hal itu.  Mil Hye manatap Da Ji dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Mil Hye berkata lagi, ”Sejujurnya, kau tidak memiliki daya tarik apapun. Sungguh mengecewakan.”
Da Ji mencoba tenang, ”Pernikahanmu bukankah sudah berakhir? Kenapa kau masih saja memanggilnya suami?”
Mil Hye balik bertanya dengan dingin, ”Apakah aku harus menjawab pertanyaanmu itu? Mungkin gadis kecil seperti kau ini menganggap pernikahan dan perceraian adalah hal yang gampang.”
Mil Hye beranjak dari tempat duduknya dan  pergi. Namun ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Da Ji, kemudian berkata, ”Lemon yang kau buat itu lumayan. Tidak manis juga tidak asam. Tapi sayang sekali orang yang kau buatkan itu tidak menyukai lemon.”
Mil Hye tersenyum sinis pada Da Ji kemudian pergi begitu saja. Da Ji hanya terdiam.
Ahjumma dengan cepat menghampiri Da Ji, “Da Ji, sebenarnya apa yang wanita itu katakan?” Da Ji hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Ahjumma. 
Da Ji mengantarkan barang ke gudang.Dalam gudang ia menyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
“Ini bukan masalah. Bukankah dia(Yun Ho) sudah mengatakan bahwa semua sudah berakhir. Baiklah... semua akan baik-baik saja.”
Da Ji duduk dengan lesu dan ia merasa sebenarnya ia sekarang dalam keadaan yang tidak baik. 
Ahjumma memberi tahu Tuan Yang tentang Yun Ho yang masih mempunyai istri. Da Ji yang baru keluar dari gudang menyapa mereka, “Ada hal apa?”
Tuan Yang berkata dengan nada kecewa, “Da Ji Ah... Apakah kau ingin membuat Ayahmu bahagia karena hubunganmu dengan Tuan(Yun Ho) itu. Aku sudah menganggapmu keluarga makanya mengatakan ini. Dalam kehidupan ini, kesedihan dan kesenangan hanya sementara saja. Jika orang ketiga masuk dalam kehidupan orang yang sedang bahagia, maka kebahagiaan orang itu akan rusak.”
Da Ji berusaha membela diri, “Bukan seperti itu.”

Ahjumma dengan cepat berkomentar, “Kalau kau sudah tau, lalu kenapa kau masih berpacaran dengannya? Da Ji, karena kau sudah tau sebaiknya kau akhiri saja hubunganmu itu sebelum gosip menyebar.”
Da Ji hanya terdiam mendengar ucapan Ahjumma itu.
Tuan Yang lalu berkata, “Ah...Da Ji, aku dengar minggu depan kau akan menemui nenek di Yudo. Ini ada lagu yang disukai nenek, berikan padanya.”
Tuan Yang menyerahkan kotak itu pada Da Ji.
Da Ji dengan cepat mengambil kotak itu dan berkata, “Tidak. Aku tidak akan pergi minggu depan. Aku akan pergi besok.”
Da Ji sedang bekerja di peternakan kuda Resort. Ketika sedang sibuk bekerja Yun Ho menghampirinya dan tersenyum, “Kenapa begitu serius? Rapatku baru saja selesai. Apakah kau sibuk?”
Da Ji menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Yun Ho berkata lagi, “Begitu ya, tapi kenapa kau tidak mengirimiku satu SMS pun?”
Da Ji tersenyum lalu berkata, “Besok aku akan pergi ke Yudo. Ada seorang Nenek yang dulunya tinggal di desa ini, sekarang ia tinggal sendiri di sana. Kadang aku menemuinya dan mengobrol dengannya. Selain itu aku juga harus melihat kuda di sana.”
Yun Ho bertanya, “Apa kau tidak ingin menemuiku sehingga sengaja pergi ke sana? Oh... Wajahmu memerah. Sepertinya ini benar.”
“Tidak...tidak seperti itu..” Da Ji menjawab dengan cepat.
Yun Ho hanya tersenyum lalu bertanya, “Apakah kau suka steak sapi? Aku berencana membalas budi padamu. Aku ingin menunjukkan kemampuanku padamu.”
“Wah.. pasti sangat enak”
“Tentu saja. Lihat saja siapa yang membuatnya.”
Dong Joo sedang melihat berkas-berkas dengan serius. Assisten Lee terus saja melihat jamnya. Ia pun mengingatkan Dong Joo saatnya untuk makan siang.
Dong Joo menjawab bahwa sekarang bukan saatnya untuk makan karena harus bekerja keras untuk rencana yang diajukan oleh Seo Yun Ho. Dong Joo menyuruh Assistennya makan sendiri saja. Dan sehabis makan harus mendapatka ide yang bagus. Assisten Lee terdiam dengan lemas mendengar ucapan Dong Joo itu.
Jin Young datang dan masuk ke ruangan Dong Joo. Ia membawa Sushi. Assisten Lee senang karena Jin Young datang pada saat yang tepat membawa Sushi. Namun Assisten Lee kecewa karena Sushi itu hanya untuk Dong Joo. Ia pun segera beranjak dari ruangan itu dengan lemas, ”Baiklah, aku akan mencari ide tanpa makan siang.
Yun Ho mengajak Da Ji masuk ke kamar Resortnya untuk membuatkanya steak. Namun di dalam kamar itu sudah ada Mil Hye yang duduk di sofa sambil minum wine. Mil Hye berkata dengan sinis, “Aku pikir kau(Yun Ho) hanya main-main saja. Ternyata kau benar-benar mengajaknya kemari. Sepertinya kalian sudah pernah tidur bersama. Kita bertemu lagi. Sepertinya dia(Da Ji) tidak memberitahumu bahwa aku sudah menemuinya tadi.”
Yun Ho kesal, ”Apa yang kau lakukan di sini?”
Mil Hye menjawab, ”Aku sudah katakan bahwa kita belum berakhir. Makanya aku menunggumu di sini.”
Da Ji merasa tidak enak, ”Aku harus pergi.”
Yun Ho menahannya, ”Mengapa kau harus pergi? Yang harus pergi itu buka kau.”
Mil Hye menatap Yun Ho dengan dingin, ”Jadi, maksudmu yang harus pergi itu aku?”
Yun Ho menjawab, ”Besok saja kita bicarakan hal ini lagi.”
Mil Hye berkata lagi, ”Aku sekarang sudah tau perasaanmu ketika dulu aku berusaha mengejar laki-laki lain. Ternyata seperti ini rasanya.”
Yun Ho sangat marah, ”Ji Mil Hye!!”
Da Ji kaget mendengar Yun Ho membentar Mil Hye.
”Ahjussi... Besok aku akan menelponmu.”
Da Ji meninggalkan kamar itu. Yun Ho menatap Mil Hye dengan kesal dan berkata, ”Sebenarnya kau ini wanita seperti apa!!” Setelah mengatakan itu Yun Ho pergi mengejar Da Ji. 
“Da Ji... Aku bingung bagaimana menjelaskan ini padamu.”
”Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke kamar, dengar apa yang ingin dikatakannya. Bukankah tadi dia bilang bahwa ada yang ingin dikatakan padamu. Aku pergi.”
Yun Ho menarik tangan Da Ji, “Aku antar kau pulang.”
Da Ji menolak, “Aku pulang sendiri saja.”
Yun Ho menarik Da Ji ke pelukannya kemudian berkata, ”Jika kau bilang kau tidak apa-apa, itu semakin membuatku merasa bersalah. Jika kau sedih dan tidak suka sebaiknya kau katakan padaku saja.”
Da Ji menangis dalam pelukan Yun Ho.
Mil Hye dari atas ternyata melihat Yun Ho dan Da Ji sedang berpelukan. Ia terlihat terpukul.
Mil Hye sedang melihat album foto saat dia masih menjadi model. Selain foto-fotonya, ia juga melihat beberapa foto-fotonya dengan Yun Ho. Kemudian Mil Hye meraih surat perceraian yang diberikan Yun Ho kemudian menyobeknya. 
Da Ji sedang berada di ruang tengah. Ia duduk dengan muka lesu. Dong Joo yang baru saja pulang melihat Da Ji sedang duduk menyendiri. Ia menghela nafas dan tanpa menegur Da Ji, ia segera menuju kamarnya. Melihat Dong Joo yang tanpa menegurnya Da Ji sangat kesal.
“Apa aku ini bukan orang hingga melewatiku begitu saja?”
Dong Joo tidak menghiraukannya. Ia terus saja melangkah masuk ke kamarnya.
Da Ji semakin kesal, “Dulu kamu tidak mau bertemu aku. Ketika itu aku sibuk mempersiapkan kuliahku. Tapi aku selalu mencarimu ke kampus dan kau tetap saja mengabaikanku. Sama seperti sekarang.”
Dong Joo terhenti mendengar ucapan Da Ji itu. Ia berbalik dan menatap Da Ji dengan kesal.
Da Ji melanjutkan ucapannya, ”Meskipun sekarang sangat aneh untuk mengatakan ini padamu. Tapi kaulah yang pertama mengajukan perceraian itu.”
Dong Joo menjawab dengan kesal, ”Kau ini sangat lucu. Setelah enam bulan menikah, kau merasa tidak bisa bernafas bersamaku. Dengan wajah sedih kau mengatakan padaku bahwa kau akan kuliah ke luar negeri selama empat tahun. Lagipula kau sangat berharap aku  melakukan hal itu!!”
Da Ji membela diri, ”Waktu itu aku merasa hal itu adalah yang terbaik untuk kita berdua. Mungkin setelah berpisah sementara hubungan kita akan jadi lebih baik seperti semula. Bukan... Mungkin saat itu aku mencoba melarikan diri. Aku selalu saja sibuk di tempat penelitianku. Aku merasa bersalah padamu karena terus menungguku. Kau sangat menderita karenaku. Aku selalu saja menemani para seniorku di tempat penelitian. Saat itu aku merasa bersalah padamu. Itu sungguh waktu yang melelahkan. Kita selalu bertengkar setiap hari karena hal itu. Sebenarnya saat itu aku tidak ingin berpisah darimu karena aku terlalu mencintaimu...”
Da Ji merasa keceplosan mengatakan kata mencintaimu di depan Dong Joo. Ia terdiam sesaat lalu menatap Dong Joo.

Da Ji melanjutkan ucapannya, ”Meskipun saat itu kita menikah atas dasar cinta. Namun akhirnya  kita malah  saling menyakiti. Sebenarnya aku tidak ingin seperti ini. Kau yang mengatakan bahwa kita berakhir jika aku pergi.”
Dong Joo bertanya dengan kesal, ”Jadi kau pikir ini adalah salahku?”
Da Ji berkata, ”Mungkin ini adalah pilihan yang terbaik untuk kita. Karena saat itu kita masih terlalu muda. Aku tidak tau jika aku tidak boleh melakukan sesuatu sesuai keinginanku saja. Aku juga belum mengerti jika dua orang hidup bersama haruslah saling bekerja sama dan saling memahami. Itulah yang terpenting. Perpisahan kita itu adalah kesalahan kita berdua.”
Dong Joo tentu tidak terima, ”Orang yang mengatakan ingin kuliah ke luar negeri dan meninggalakan rumah adalah kau.”
Da Ji berkata, ”Orang yang pertama mengatakan ingin bercerai adalah kau.”

Da Ji berdiri lalu berkata, ”Meskipun kau tidak ingin bicara denganku, kau harus tetap makan. Aku sudah memasak nasi. Jika kau tidak memakannya maka hanya akan menjadi sia-sia.”
Kemudian Da Ji pergi meninggalkan Dong Joo yang masih terdiam mendengar kata-kata Da Ji.
Ayah Dong Joo pulang dengan keadaan mabuk dan mendapati Ibu Dong Joo sedang tidur di kamar. Ia ingin keluar namun niat itu pun ia urungkan, “Kenapa aku harus keluar? Wanita ini...”
Ayah Dong Joo perlahan naik ke ranjang dan langsung memeluk istrinya itu. Ibu Dong Joo yang masih belum terlelap tentu saja kesal dan langsung mendorong tubuh suaminya itu. Ayah Dong Joo terjatuh dan berteriak kesakitan, ”O... pinggangku...”
”Apa kau hilang ingatan... Cepat keluar...!” Ibu Dong Joo berkata dengan kesal
”Istri... Bagaimana dengan pinggangku ini,” Ayah Dong Joo masih meringis kesakitan.
Bukannya kasihan Ibu Dong Joo malah terus mengusir Ayah Dong Joo keluar dari kamar itu. Ayah Dong Joo berkata, “Kata siapa aku akan tidur di sini. Dasar...”
Ayah Dong Joo keluar dari kamar itu sambil terus mengomel. Di ruang tengah ia bertemu dengan Kakek Dong Joo. Kakek tentu sangat kesal melihat Ayah Dong Joo yang sedang mabuk itu. Ia pun mengomeli Ayah Dong Joo. 
Da Ji dan Dong Joo sedang bekerja di Restoran Ahjumma.
Da Ji berkata kepada Ahjumma, “Ahjumma, bisakah membuat sayur acar. Nenek sangat menyukai sayur itu.”
”Aku sudah menyiapkannya,”jawab Ahjumma.
”Lebih baik besok naik kapal jam 7 pagi saja”, saran Ahjussi.
Dong Joo yang mendengar perkataan mereka bertanya, ”Mau pergi kemana?”
Ahjumma menjawab dengan dingin, ”Kenapa ingin tahu? Apa kau ingin ikut kesana?”
Dae Eun datang ke restoran. Jong Dae berusaha untuk menahannya.
Dae Eun berkata dengan marah pada Da Ji, ”Aku dengar Yun Ho Ahjussi sudah beristri! Ahjumma mengatakan bahwa istrinya itu datang menemuimu di pantai!”
Dong Joo kaget mendengar hal itu. Ahjumma pun kaget, ia menghampiri Jong Dae dan langsung memukulnya, ”Dasar bocah bodoh... Kamu ini lelaki. Tapi kenapa tidak bisa menyimpan rahasia. Bukankah sudah kukatakan jangan beritahukan pada siapapun!!”
Dae Eun menyodorkan HP pada Da Ji, ”Cepat telpon Ahjussi.. Katakan hubungan kalian sudah berakhir!”
Da Ji berusaha menjelaskan, ”Bukan seperti itu. Nanti aku akan menjelaskan semuanya padamu di rumah. Kau pulanglah dulu.”
Dae Eun kesal, ”kau bilang bukan seperti itu? Kau terlalu mudah mempercayai orang lain sehingga muda ditipu orang!”
Da Ji terdiam sesaat kemudian berkata, ”Aku mau membereskan barang-barang. Jadi aku mau pulang duluan.”
Da Ji segera beranjak pergi.
Dae Eun mengejarnya, “Kau mau pergi kemana?! Berikan aku no HP Ahjussi!”
Tiba-tiba Dong Joo membentak Dae Eun, ”Dae Eun... Hentikan!! Ini bukan masalah yang harus kau urus. Kakakmu bukanlah anak kecil lagi. Saat ini harusnya kau disisi dia dan membantunya.
Da Ji menghentikan langkahnya sebentar mendengar kata-kata Dong Joo itu kemudian  pergi begitu saja. 
Dong Joo diam sesaat kemudian menatap Ahjumma dan Jong Dae, ”Ada lagi, jangan menyebarkan luaskan masalah orang lain.”
Ahjumma berkata, ”Sepertinya aku sudah melihat Dong Joo yang dulu lagi. Selalu membela Da Ji.”

Dae Eun terpana mendengar kata-kata Dong Joo lalu bertanya pada dirinya sendiri, ”Kenapa tiba-tiba dia terlihat sangat keren? Tunggu dulu... ada sedikit yang aneh.”
Paginya, Da Ji keluar dari rumah dan hendak pergi ke pelabuahan. Ia mendapati Dae Eun dan Dong Joo sedang mengangkat barang-barangnya ke dalam bagasi mobil Dong Joo.
“Sedang apa?” Tanya Da Ji.
”Dong Joo Oppa akan mengantarmu ke pelabuhan.”
”Oppa?” Da Ji heran mendengar Dae Eun memanggil Dong Joo dengan Oppa.
Dae Eun berkata pada Dong Joo, ”Mohon padamu Dong Joo Oppa.”
Dong Joo senang mendengar Dae Eun memanggilnya Oppa.
Dong Joo mengantar Da Ji ke pelabuhan dan membantu Da Ji menurunkan barang-barang Da Ji. Barang-barang yang dibawa Da Ji banyak sekali sehingga ia tidak bisa mengambil tiket kapal yang ada di saku celannya.
Ia meminta bantuan Dong Joo, “Tiket kapalku ada di saku belakang celana. Tolong ambilkan, cepat!”
Dong Joo nervous mengambil tiket itu. Ia kesulitan mengambilnya.
“Pake celana yang ukurannya pas. Celanamu ini terlalu ketat. Tanganku susah mengambil tiket itu.”
Da Ji kesal, ”Hei.. ukuran celana ini adalah ukuran celana yang pas denganku....!”
Dong Joo menyumpal mulut Da Ji dengan tiket kapal itu sehingga Da Ji tidak bisa berkata-kata lagi.
Dong Joo berkata lagi, ”Harusnya kau menambah satu size lagi untuk ukuran celanamu itu. Celanamu terlihat seperti mau  sobek karena terlalu ketat.”
Da Ji berkata kesal dengan sumpalan tiket kapal di mulutnya, ”Apa yang kau katakan? Sudahlah.. Aku pergi dulu.”
Dong Joo segera pulang dan masuk ke dalam mobilnya. Ia melihat ke arah jok belakang mobilnya dan mendapati barang Da Ji yang tertinggal.
Da Ji sudah di pulau Yudo dan bertemu nenek. Da Ji tau barangnya tertinggal di mobil Dong Joo sehingga menelpon Dong Joo di wartel.
“Kapal yang berangkat jam setengah 8 sudah berangkat. Aku harap kau bisa naik kapal yang jam 8. Kalau tidak bisa naik kapal yang jam setengah 9 saja.”
Dong Joo bertanya, ”Kenapa aku harus melakukan itu.”
Da Ji berusaha melembutkan suaranya, ”Jika bukan kau, siapa lagi yang bisa membantuku. Karena tadi kau sudah membantuku jadi aku mohon bantuanmu lagi kali ini.”
Dong Joo berkata, ”Kamu biarkan nenek menunggumu seperti itu. Lihat apa yang sedang kau lakukan. Kau masih saja tidak berubah.”
Da Ji kaget karena Dong Joo tau nenek sedang menunggu di luar wartel. Ia membalikkan badannya dan mendapati Dong Joo sudah di pulau Yudo.
Da Ji kaget, ”Kenapa kau bisa di sini?”
”Tentu saja aku naik kapal yang jam setengah 8, Dokter hewan Lee Da Ji.”
Nenek yang melihat kedatangan Dong Joo itu bertanya pada Da Ji, “Laki-laki tampan ini siapa?”
Dong Joo tersenyum lalu menyapa nenek.
“Apa kabar, nek? Saya Han Dong Joo.”
Da Ji menjelaskan pada nenek, ”Dia adalah temanku. Syukurlah dia mengantarkan barang ini.”
Dong Joo berkata dengan dingin pada Da Ji, ”Saat pulang nanti harap lihat baik-baik barangmu.”
Dong Joo pamit pada nenek, ”Nenek, jaga kesehatan. Aku  pergi dulu.”
Nenek berkata, ”Mau pergi kemana? Kita pergi bersama saja.”
”Nenek, Dong Joo harus naik kapal selanjutnya.” Da Ji menjelaskan.
Nenek berkata lagi, ”Barang-barang ini sangat banyak. Lalu siapa yang akan membantu membawa semua ini? Kau masih muda harus menolong yang tua. Lagipula tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki selama 10 menit sudah sampai.”
Setelah mengatakan itu nenek pergi begitu saja. Da Ji mengejar nenek dan meninggalkan barang-barangnya sehingga mau tidak mau Dong Joo yang membawanya. 
Di ruang rapat....
Yun Hoo dan Assistennya sedang menunggu kedatangan Dong Joo. Assissten Dong Joo masuk ke ruang rapat itu dan meminta maaf karena Dong Joo menunda rapat mereka.
”Sebenarnya ada apa?” tanya Yun Ho.
“Manajer Han mempunyai  urusan penting di Pulau Yudo.”
Yun Ho diam, ia tau bahwa Da Ji juga ada di pulau Yudo.
Da Ji dan Dong Joo sedang merapikan rumah nenek. Dong Joo memasang wallpaper.
“Pasang baik-baik”, kata Da Ji
”Bukannya berterima kasih karena sudah ditolong malah masih menyuruhku seperti ini.” omel Dong Joo.
”Sudah 2 tahun kakek meninggal hingga nenek sekarang hidup sendirian di sini.”
Dong Joo berkata dengan kesal, ”Kau bilang agar aku membantumu mengantarkan tas itu. Kau sengaja meninggalkan barang itu kan?”
”Jangan mengomel lagi. Pasang saja wallpaper itu baik-baik. Hei... Kau salah memasangnya!!”
”Apanya yang salah. Ini sudah bagus.” Dong Joo kesal.
“Lihat... Pola ini tidak cocok di sini. Sudah berapa kali aku memberitahumu. Wallpaper ini lagi-lagi rusak!!”
Tentu saja Dong Joo marah, “Sudah cukup... Kalau kau bisa, kau kerjakan sendiri saja!!”
Da Ji tersenyum dan berusaha membujuk Dong Joo.
Nenek datang dan berkata, “Bagaimana, rumah ini terlalu rapuh sehingga atapnya pun bocor?”
Dong Joo berusaha menahan amarahnya, “Baiklah nek, saya akan memperbaikinya.”
Dong Joo berkata pada Da Ji, “Setiap kali aku bersamamu aku selalu saja mendapat kesulitan. Kau pasang sendiri saja!”
Dong Joo pergi meninggalkan Da Ji. Da Ji berusaha memasang wallpaper itu sendiri. Namun ia sangat kesulitan. 
****************************************************
Crack....
“Ah.........!!”
Da Ji kaget mendengar suara itu. Ia segera berlari keluar. Ia melihat kaki Dong Joo terperosok di atas atap yang bocor dan hampir terjatuh.
Da Ji panik.....
Continue to Sinopsis Paradise Ranch Eps 9 Part 2....

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan jadi Silent Reader ya...Please kasih commentnya, tapi yang positive-positive aja ya. And Jangan Lupa Follow me. Terima Kasih.