BEST COUPLE

Kamis, 29 September 2011

Sinopsis Wedding Dress Movie

Film korea yang satu ini merupakan film korea favorit aku. Keren... Sedih... dan aku suka banget liat akting si cilik Kim Hyang Gi. Ya...walapun film ini merupakan film lama produksi 2010, namun gak ada salahnya donk  kalau kita mengulas sedikit tentang film ini. Bagi sobat-sobat yang belum nonton film ini aku saranin untuk nonton film ini deh. Bakalan gak nyesal karena TOP banget. And siap-siap tissue aja kalo mau nonton coZ film ini sedih banget. Jadi bagi sobat-sobat yang mau berkelana menonton sad movie korea.... di jamin movie yang satu ini bakalan menjadi pilihan yang tepat. (Kalo ada waktu... aku berniat buat sinopsis drama ini. Mudah-mudahan gak sibuk ya ^_^)

Main Cast 

Song Yoon-ah 송윤아sebagai Seo Go Eun(엄마서고운), Ibu SoRa

Song Yoon Ah berperan sebagai single parent yang berprofesi sebagai perancang gaun pengantin. Kesibukannya sebagai wanita karir membuat anaknya (SoRa) menjadi seorang anak yang tertutup. Namun ia berusaha membesarkan anaknya dengan sebaik mungkin dan berusaha membuatnya bahagia. Saat ia tau dirinya mengidap kanker lambung, ia berusaha tetap tegar di depan SoRa dan terus memberikan kasih sayang pada SoRa. 

Kim Hyang-gi 김향기sebagai SoRa, Jang SoRa (<장소라) 
Kim Hyang Gi gadis cilik yang lucu banget berperan sebagai SoRa yang merupakan anak pendiam, tertutup dan tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya. Sumpah... aku suka banget liat aktingnya di movie ini. Dia mampu memerankan seorang anak yang dewasa dan mandiri karena ibunya yang sangat sibuk. Selain itu ia tetap berusaha tegar saat mengetahuinya ibunya ternyata mengidap kanker lambung dan sewaktu-waktu bisa meninggal. 


Movie: Wedding Dress
Revised romanization: Wedingdeureseu
Hangul: 웨딩드레스
Director: Hyeong-jin Kwon
Release Date: January 14, 2010
Genre: Drama, Family
Production: Road Pictures
Distribution: Sidus
Language: Korean
Country: South Korea

Other Casts :
Lee Ki-woo (<이기우) As Ji-hoon (지훈)
Jeon Mi-seon (전미선) As Ji-hye (지혜)

Jumat, 23 September 2011

ALL ABOUT LOVE: Sinopsis Paradise Ranch Episode 13 Part 2

Akhirnya Dong Joo pun ikut makan malam di rumah Da Ji. Ia makan dengan sangat lahap. Da Ji menegurnya dan memintanya untuk makan pelan-pelan. Melihat sikap Da Ji dan Dong Joo yang terlihat saling perhatian, Dae Eun pun berkata, “Saat makan pun kalian masih saja berdebat. Tidak apa-apa. Melihat kalian seperti ini sangatlah bagus.”

Mendengar itu Da Ji dan Dong Joo salah tingkah. Dengan cepat Da Ji memukul kepala Dae Eun dan memarahinya. Da Ji juga kesal karena Dae Eun telah mengirim SMS pada Dong Joo. Dae Eun pun balik marah pada Da Ji karena kepalanya dipukul. Ia paling benci kalau kepalanya dipukul... Namun diluar dugaan, Dong Joo malah membela Da Ji dan menyalahkan Dae Eun karena berkata dengan berteriak-teriak pada Da Ji.

Melihat Dong Joo membela Da Ji, Dae Eun pun sangat kesal. Dae Eun lalu mencari alasan agar Dong Joo tidak bisa tinggal lagi di kamar Ayahnya yang dipakai oleh Dong Joo.
“Sebelum ujian ini, aku ingin belajar keras. Jadi aku akan menggunakan kamar Ayah untuk belajar. Kamar itu tidak ada yang menempatinya lagi jadi tidak apa-apa jika aku menggunakannya.”
Mendengar permintaan Dae Eun itu, tentu saja Da Ji dan Dong Joo kaget. Namun mereka pun terpaksa menyetujuinya.
”Baiklah”, ucap Da Ji pelan.
“Jika kau sudah selesai makan pergilah... Ini sudah malam”, Dae Eun merasa di atas angin. Dae Eun lalu mengambil HP nya dan berniat menelpon Ayahnya (menakuti Da Ji dan Dong Joo hehe..)
Dengan cepat Da Ji merebut HP itu dari tangan Dae Eun, “Apa yang kau lakukan? Ayah pasti hidup dengan baik!”
Dong Joo pun terpaksa beranjak dari tempat duduknya. Da Ji berusaha menahannya.
“Apa kau akan pergi sekarang? Setidaknya habiskan lah dulu makananmu baru pergi.”
Dong Joo menggelengkan kepalanya dan melangkah keluar rumah.

Di luar rumah, Dong Joo mengomel kesal karena sikap Dae Eun yang secara tidak langsung sudah mengusirnya...

Pagi harinya....
Penyeleksian kuda yang akan berpartisipasi dalam kompetisi pacuan kuda pun mulai diadakan.... Da Ji sebagai MC acara itu dan terlihat sangat semangat. Dong Joo dan Assisten Lee menghampirinya. Dong Joo memarahi Da Ji yang mengikutsertakan Ahjumma dan Jong Dae dengan kudanya yang tidak masuk kriteria. Da Ji pun kaget melihat Ahjumma yang ternyata ikut dengan membawa kuda yang tidak sesuai kriteria itu. Akhirnya kuda ahjumma pun terpaksa  dieliminasi  oleh Dong Joo untuk kompetisi itu. 

Ayah Dong Joo datang ke perusahaan Ayah Jin Young dan mereka pun mengobrol.
Ayah Jin Young angkat bicara, “Aku dengar belakangan ini perusahaan Dong In merupakan perusahaan yang besar di bidangnya.”
“Terima kasih atas pujian anda. Tapi dibandingkan dengan perusahaan anda, Dong In hanyalah perusahaan yang kecil.”
Ayah Jin Young berkata lagi, ”Belakangan ini aku berpikir untuk melakukan investasi. Tapi aku ingin orang yang bertanggung jawab untuk investasi ini adalah Han Dong Joo.”
Ayah Dong Joo kaget mendengar itu namun ia terpaksa setuju.

Yun Ho sedang melihat kuda miliknya berlari. Kuda itu dirawat oleh Da Ji. Ia tiba-tiba ingat saat ia menemui  Da Ji yang sedang merawat kuda itu. Ia pun tersenyum sendiri.
Assisten Baek menghampiri Yun Ho dan melaporkan perusahaan Dong In yang sepertinya sedang mengadakan kontrak dengan perusahaan asing. Yun Ho meminta Assistennya itu terus mengawasi perusahaan Dong In. Assisten Baek lalu mengomentari penampilan Yun Ho yang terlihat lelah. Yun Ho hanya tersenyum dan berkata mengenai kudanya.
”Hyung, Kuda ini sudah tumbuh besar. Kuda ini dulunya hanya berdiam diri di pojok kandang. Sekarang kuda ini sudah kuat berlari dan juga makannya sangat banyak. Ini semua karena ia telah dilatih oleh pelatih yang baik (Da Ji).”

Da Ji dan Dong Joo berada di ruangan Dong Joo melihat data-data kuda yang ikut dalam kompetisi. Punggung Da Ji gatal dan Da Ji berusaha menggaruk punggungnya. Dong Joo yang melihat itu pun langsung berkata, ”Makanya kau harus sering mandi!”
”Ini karena tanganku yang sebelah tidak boleh kena air makanya jadi seperti ini. Tiap hari aku selalu mandi”, bela Da Ji.
Dong Joo pun membantu menggaruk punggung Da Ji dengan pensil.

Dong Joo kembali melihat data-data kuda. Ia keget melihat data Kuda nomor 11 yang sudah mengikuti kompetisi sebanyak 93 kali dan ternyata itu milik Ahjumma. Dong Joo tidak mengizinkan kuda itu ikut dalam kompetisi. Dong Joo mengatakan bahwa kuda itu mirip Da Ji yang terlihat setengah laki-laki setengah wanita (wkwkwkwk...)

Sesaat HP Dong Joo berdering. Dong Joo terlihat enggan mengangkatnya namun Da Ji meminta Dong Joo untuk mengangkat telpon itu. Dong Joo pun terpaksa mengangkatnya. Ternyata itu adalah telpon dari Ayah Dong Joo yang meminta Dong Joo kembali ke perusahan pusat. 

Kakek Dong Joo dan Ayah Da Ji makan bersama di sebuah restoran. Kakek lalu bertanya  mengenai Da Ji.
“Da Ji saat ini bagaimana? Apa kau ingin membiarkannya terus sendiri disana? Dia pasti sangat menderita hidup sendiri. Apa saat ini dia mempunyai kekasih?” tanya Kakek.
“Iya..”
“Jadi kau sudah mengetahuinya?” tanya Kakek lagi (kayaknya Kakek berpikir kalau yang jadi kekasih Da Ji itu adalah Dong Joo.)
Kakek terlihat sangat senang.

Ayah Da Ji berkata, “Awalnya aku tidak suka melihat dia menjalin hubungan lagi. Namun setelah dilihat-lihat sepertinya orang itu sangat baik. Dia memiliki usaha sendiri yang cukup sukses dan sepertinya dia tidak akan menipu Da Ji.”
Kakek dengan cepat berkata, “Itu sangat bagus.”
Ayah Da Ji tersenyum, ”Walaupun dia orang Korea yang besar di Amerika...  jika nanti mereka ingin tinggal di Amerika, aku tidak keberatan.”
Mendengar itu Kakek terkejut dan perlahan-lahan senyumnya hilang.
”Besar di Amerika? Siapa?” tanya Kakek.
”Kekasih Da Ji”, jawab Ayah Da Ji.
Kakek terlihat kecewa....

Da Ji baru keluar dari kamar mandi. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik untuk mengunci pintu rumah. Setelah mengunci pintu, Ia lalu berpikir sesaat... kemudian membuka kunci pintu itu lagi karena ia takut Dong Joo akan pulang ke rumah.
Da Ji lalu berkata sendiri, ”Jika di mutasikan ke perusahaan pusat... Apakah itu artinya dia akan kembali ke Seoul?”
Da Ji melihat HP nya, namun SMS atau panggilan dari Dong Joo tidak ada, ia pun kecewa.

Seoul....
Dong Joo pulang ke rumah sambil memapah Ayahnya yang mabuk. Ibu Dong Joo yang melihat itu kaget lalu menghampiri mereka. Dong Joo lalu membawa Ayahnya duduk di sofa.
Dong Joo bertanya, “Ayah... Kau memutasikanku ke perusahaan pusat. Aku harus bekerja di kantor cabang.”
Ayah Dong Joo yang mabuk menjawab, ”Meskipun kau harus bekerja di perusahaan pusat, tapi kau tetap harus bertemu Jin Young. Kau tau hari ini aku bertemu siapa? Ayah Jin Young!”
”Bertemu Ayah Jin Young?” Dong Joo kaget.
Ibu Dong Joo pun kaget, ”Kau bertemu dengan Ayah Jin Young? Sadarlah...., Aku akan membuatkanmu teh madu.”

Ibu Dong Joo membalikkan badannya dan berniat melangkah menuju dapur, namun langkahnya terhenti melihat kehadiran  Kakek.
Melihat kehadiran Kakek, Dong Joo pun langsung bertanya, ”Kakek, Ayah bilang aku akan dimutasikan ke perusahaan pusat. Apa itu benar?”
Kakek berkata, ”Ini sudah malam. Kau tidur saja.”

Da Ji sedang duduk makan ditaman. Da Ji mengomel kesal pada Dong Joo karena Dong Joo sama sekali tidak menghubunginya.

Yun Ho pun sedang berjalan ditaman itu. Begitu melihat Da Ji ia pun segera menghampiri Da Ji. Yun Ho duduk di samping Da Ji. Melihat Yun Ho, Da Ji pun kaget. Yun Ho bertanya mengenai keadaan Paulist. Da Ji justru balik bertanya pada Yun Ho apakah orang tua Paulist benar-benar telah memenangkan banyak kompetisi karena Paulist sama sekali tidak sehebat orangtuanya.
Yun Ho tersenyum, “Apa kau tidak mempercayaiku?”
Da Ji menjawab, “Bukan seperti itu, hanya saja ini sudah 3 bulan namun ia masih belum bisa berlari. Aku hanya berpikir, di negara asing aku hanya di jahili oleh pria yang baru pertama kali bertemu denganku hingga aku membeli kuda itu. Namun aku berpikir juga bahwa aku ini sudah mendapatkan apa yang sudah aku bayar.”

Yun Ho tersenyum lalu berkata, “Kuda itu kembalikan saja padaku.”
“Kenapa harus mengembalikannya padamu? Paulist itu bukan barang. Memikirkan masalah hidupku, aku pasti akan berusaha lebih baik lagi.”
“Kau pasti sangat sibuk menyiapkan kompetisi pacuan kuda itu?”
Da Ji mengangguk, ”Iya, aku diminta untuk mengemban tugas ini.”

Yun Ho berkata lagi, ”Direktur Han sepertinya sudah dimutasi ke perusahaan pusat. Apakah semua urusan dipeternakanmu sudah diselesaikan?”
Da Ji terdiam sesaat kemudian berkata, ”Rupanya itu benar. Aku tidak tau jika dia sudah dimutasikan.”
“Bagaimana dengan peternakan”, tanya Yun Ho.
“Jika semua surat persetujuan masyarakat sudah didapatkan maka Dong Joo akan mengurus hal ini lagi. Meskipun dia bukanlah orang yang bisa diandalkan namun dia bukanlah orang yang hanya bisa berkata omong kosong.”
Yun Ho menatap Da Ji dan  terdiam mendengar perkataan Da Ji itu.

Dong Joo berjalan mengendap-endap sambil menenteng koper kecil keluar rumah melewati beberapa penjaga. Ia melompati pagar rumah dan akhirnya berhasil keluar dari gerbang rumahnya.
”Walaupun penjaganya 10 orang, jangan kira aku tidak bisa keluar dari rumah ini”, gerutu Dong Joo.
Namun tiba-tiba seseorang menahan Dong Joo dengan stick golf. Dong Joo membalikkan badannya dan ternyata itu adalah Ayahnya.

Ayah Dong Joo membuka koper yang akan dibawa oleh Dong Joo dan ternyata di dalamnya berisi uang dan emas. Kakek dan Ibu Dong Joo hanya terdiam melihat itu. Ayah Dong Joo sangat marah. Ia pun meminta Dong Joo untuk bekerja diperusahaan pusat, jika tidak Ayah Dong Joo akan membekukan semua kartu kredit Dong Joo. Dong Joo menolak dan tetap ingin kembali ke pulau Jeju karena dia harus menangani masalah kompetisi pacuan kuda dan juga masalah peternakan. Ayah Dong Joo mengatakan bahwa banyak orang di Resort yang akan mengatasi masalah itu dan Ayah Dong Joo akan mencari pengganti Dong Joo sebagai Direktur di Resort. Namun Dong Joo tetap bersikeras untuk kembali ke pulau Jeju. Ayah Dong Joo terus memaksa dan meminta Dong Joo untuk bertanggung jawab atas investasi perusahaan Xi Lin (perusahaan Ayah Jin Young). Dengan begitu Dong Joo bisa lebih dekat dengan Ayah Jin Young. Ayah Dong Joo menganggap itu adalah kesempatan yang baik. Dong Joo tetap tidak terima.

Ibu Dong Joo menengahi keduanya dan mencoba memberi pengertian pada Dong Joo untuk bekerja di perusahaan pusat. Dong Joo tetap menolak dan berusaha meminta bantuan Kakek. Kakek hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun. 

Dong Joo langsung masuk ke kamarnya... Ia kesal karena tidak ada satupun yang membelany.  Ia melihat brosur kompetisi pacuan kuda.... dan semakin bingung harus melakukan apa.

Sepeninggalan Dong Joo, Kakek mengatakan pada Ayah Dong Joo agar mengizinkan Dong Joo kembali ke pulau Jeju. Kakek berpikir hubungan Dong Joo dan Jin Young masih terlalu dini. Namun Ibu Dong Joo dengan cepat mengatakan bahwa Dong Joo sangat menyukai Jin Young. Dan mereka pun sangat menyukai Jin Young (sepertinya Ibu Dong Joo takut kalau Dong Joo jatuh cinta lagi sama Da Ji makanya dia tidak ingin Dong Joo kembali ke pulau Jeju). Ayah Dong Joo pun menambahkan bahwa Direktur perusahan Xi Lin (Ayah Jin Young) sangat menyukai Dong Joo dan berharap suatu saat Dong Joo bisa menjadi Direktur perusahaan Dong In nantinya. Dan merupakan satu kebanggaan untuk mereka jika perusahaan mereka bisa bekerjasama dengan perusahaan Ayah Jin Young. Kakek pun hanya terdiam mendengar itu.

Jin Young dan rekan kerjanya melihat ruangan Resort yang mereka tangani dan membicarakannya. Rekan kerja Jin Young tiba-tiba menyarankan Jin Young untuk kembali ke Seoul menemui Dong Joo karena mereka sudah lama tidak bertemu. Jin Young tersenyum. Sesaat kemudian HP Jin Young berdering. Ia berharap itu panggilan dari Dong Joo. Namun ia kecewa karena itu bukanlah panggilan dari Dong Joo dan itu merupakan panggilan dari Sekretaris Ayahnya yang meminta Jin Young menemui Ayahnya untuk membicarakan hubungan Jin Young dan Dong Joo. Jin Young tentu saja kaget karena ternyata Ayahnya sudah pernah bertemu dengan Dong Joo. 

Di kamarnya....
Dong Joo melakukan video call dengan Assisten Lee untuk membicarakan masalah kompetisi pacuan kuda. Assisten Lee menunjukkan beberapa kuda yang akan diikutsertakan dalam kompetisi pacuan kuda untuk diseleksi oleh Dong Joo. Namun satu kuda pun yang ditunjukkan oleh Assisten Lee tidak ada yang cocok dimata Dong Joo. Assisten Lee pun sangat kesal.  Dong Joo mengatakan dia hanya sementara berada di Seoul dan akan bertanggung jawab mengenai masalah kompetisi itu. Kakek tiba-tiba masuk ke kamar Dong Joo dan dengan cepat Dong Joo memutuskan telponnya. 

Kakek mendorong koper besar keluar rumah. Ketika 2 orang bodyguard melihat itu, dengan cepat mereka membantu Kakek mendorong koper itu.
“Hati-hati ini koper mahal”, kata Kakek pada 2 bodyguard itu. 

Sesampainya diluar gerbang rumah Kakek meminta bodyguard itu kembali ke dalam rumah. Kemudian Kakek membuka koper itu. Dan ternyata di dalam koper itu adalah Dong Joo. Dong Joo dengan cepat keluar dari koper itu kemudian berkata, ”Hanya Kakek saja yang selalu berdiri dipihak ku.”
Kakek berkata, ”Kakek berpikir kemanapun kau pergi itu sudah takdirmu. Baik itu peternakan atau pun Resort, asal kau mau melakukan yang terbaik dan harus tetap berusaha keras. Jangan sampai menyesal nantinya. Paham?”
Dong Joo tersenyum, ”Tentu saja. Aku pergi dulu Kakek.”
Dong Joo berlari dengan semangat. Kakek hanya bisa melihat punggung Dong Joo dengan senyuman. 

Di ruang kerjanya, Yun Ho sedang menonton video Paulist semasa kecilnya. Assisten Baek datang dan bertanya apa yang sedang Yun Ho lakukan.
Yun Ho berkata, “Aku sedang menonton video Paulist semasa kecilnya. AKu meminta pada peternakan asal Paulist untuk memberikan video ini padaku. Mereka mengatakan umumnya kuda tidak mau berlari lagi karean masalah psikologinya. Aku berharap video ini bisa membantu.”
Assisten Baek hanya menatap Yun Ho tidak mengerti.
Yun Ho tersenyum lalu berkata lagi, ”Kenapa menatapku seperti itu? Paling tidak inilah yang bisa aku lakukan untuk membantunya (Da Ji).”

Tuan Yang berniat membawa Paulist keluar dari peternakan dan membawanya pada ahli kuda yang bisa melatih Paulist. Da Ji menghalanginya dan meminta Tuan Yang untuk tidak membawa Paulist karena ia akan mengikutsertakan Paulist dalam kompetisi pacuan kuda. 

“Aku akan bertanggungjawab....” Tiba-tiba Dong Joo datang dan menghampiri mereka.
Tentu saja Da Ji kaget, “Kenapa kau bisa disini?”
Dong Joo berkata, ”Aku akan bertanggungjawab. Biarkan kuda ini mengikuti kompetisi itu.”
”Melepaskan kuda ini lagi. Bagaimana aku bisa percaya lagi?”
”Apakah kau ingin aku menuliskan surat jaminannya? Baiklah kalau begitu aku akan menulis surat jaminan ”ucap Dong Joo.
Tuan Yang dan Da Ji terdiam mendengar ucapan Dong Joo itu.

Da Ji berusaha dengan sekuat tenaga menarik Paulist agar berjalan namun kuda itu tetap tidak bergerak.
Dong Joo yang melihat sikap Da Ji itu pun berkata, “Apa kau ingin jatuh lalu mencium rumput? Aku tau pasti akan seperti ini. Kuda ini tidak memiliki tenaga jadi bagaimana mungkin bisa berlari?”
“Jadi kita harus bagaimana? Kompetisi itu akan segera dimulai. Terima kasih atas bantuanmu hari ini. Aku tidak ingin menyusahkanmu lagi”, ucap Da Ji.
Dong Joo berkata, “Dokter kuda akan datang kemari. Dia sangat ahli dalam mengurus kuda. Jadi serahkan saja Paulist kepadanya.”
”Kenapa kau membuang-buang uangmu untuk mengurus hal ini? Apa kau tidak mempercayaiku bisa mengatasi masalah ini?” tanya Da Ji.
”Bagaimanapun juga ini adalah jalan keluarnya.”
Da Ji marah, ”Pelatih Paulist itu adalah aku. Jadi kau jangan pedulikan masalah ini lagi!”
Dong Joo pun tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat Da Ji keras kepala seperti itu. 

Da Ji menghampiri Paulist dan berbicara dengan sedih pada kuda itu, ”Jika kau terus seperti ini, tidak bisa berlari maka aku tidak bisa melindungimu lagi. Kau tau ahli kuda itu.. Dia melatih kuda dengan sangat kejam. Kenapa kau membuatku sedih? Aku mohon... berlarilah....”
Da Ji pun menangis kemudian berlalu meninggalkan kuda itu. Sepertinya Paulist mengerti kata-kata Da Ji dan saat Da Ji berjalan menjauh dari Paulist, kuda itu pun berjalan. Melihat itu Dong Joo sangat kaget dan memberitahu Da Ji. Da Ji membalikan badannya dan mendapati kuda itu berlari di peternakan. Dong Joo dan Da Ji terlihat sangat senang dan berlari mengikuti Paulist.

”Paulist... kau benar-benar hebat!! Kamu bisa berlari dengan cepat!”
Dan karena terlalu senang Da Ji pun tanpa sadar memeluk Dong Joo. Yun Ho ternyata datang ke peternakan itu untuk memberikan video rekaman Paulist. Yun Ho melihat Da Ji yang memeluk Dong Joo dari dalam mobilnya. (patah hati.com....)

Sebuah bis berhenti dan Ayah Da Ji pun keluar dari dalam bis itu... (masalah besar ni....). Ia berjalan dengan senang menuju rumah. 

Da Ji terlihat sangat senang. Ia sedang membereskan pakaian di ruang tengah sambil menonton dan bernyanyi-nyanyi senang. Dae Eun dari lantai atas heran melihat kegembiraan Kakaknya itu. Dae Eun mengira Da Ji senang karena Dong Joo sudah kembali ke rumah mereka.
Da Ji terang saja mengelak, “Hei.. bukan seperti itu. Aku sedang menonton TV dan hanya ikut bernyanyi saja.”
Dae Eun pun berkata, ”Baiklah... aku juga turut gembira.”
Dae Eun lalu ikut bernyanyi sebentar dengan maksud mengolok-olok Da Ji. 

Dong Joo ternyata kembali lagi ke rumah Da Ji. Da Ji penasaran dengan apa yang dilakukan Dong Joo di kamar, lalu ia pun menghampiri kamar Dong Joo dan memanggilnya. Dong Joo tidak menjawab hingga Da Ji pun memberanikan diri masuk ke kamar itu. Da Ji melihat Dong Joo yang tertidur tanpa menggunakan selimut. Da Ji mengambil selimut dan menyelimutkannya pada Dong Joo.

Da Ji duduk di samping Dong Joo dan menatap wajah Dong Joo.
“Dia terlihat sangat lelah.”
Da Ji mendekati wajah Dong Joo dan melihat bulu mata Dong Joo yang panjang.
”Bulu matanya sangat panjang sama seperti wanita.”
”Apa aku sangat tampan?” Tiba-tiba Dong Joo berkata sambil memejamkan matanya membuat Da Ji sangat kaget.
”Seberapa tampan pun aku, namun aku tidak bisa melihat seperti yang bisa kau lihat”, lanjut Dong Joo. 


Da Ji marah karena Dong Joo hanya pura-pura tidur saja.
Dong Joo duduk lalu berkata, “Kau sangat berisik, bagaimana aku bisa tidur? Sepertinya kau gembira sekali karena aku kembali. Kau bahkan bernyanyi dengan suara nyaring.”
“Tidak seperti itu... Ini karena kau pergi tanpa mengatakan apa pun”, elak Da Ji.
”Aku akan terus tinggal disini hingga mendapatkan surat persetujuan masyarakat itu. Dan juga aku masih harus menangani masalah kompetisi pacuan kuda.”
”Aku berpikir... bagaimana saat kau nanti mendapat surat persetujuan masyarakat itu kemudian pergi. Tanpamu yang setiap hari selalu bertengkar denganku... aku pasti akan merasa bosan. Dan aku pasti penasaran dengan keadaanmu.”

Setelah mengatakan itu, Da Ji berniat keluar dari kamar Dong Joo. Namun langkahnya terhenti oleh kata-kata Dong Joo.
”Aku juga merasa penasaraan saat tidak bertemu denganmu. Penasaran dengan keadaanmu apakah kau membuat masalah dan ditipu oleh orang lain lagi.”
Mendengar itu Da Ji kesal, ”Kenapa kau membuat orang yang mendengar perkataanmu menjadi sangat marah padamu?”
Dong Joo bangun dari duduknya dan beranjak keluar kamar, ”Aku akan membantumu bekerja. Jangan memaksakan tanganmu yang baru sembuh itu.”
Da Ji bergumam, ”Sebentar membuat orang marah.. sebentar lagi membuat orang berterima kasih padanya. Benar-benar susah dimengerti.”


Di peternakan...
Da Ji sedang naik di atas gerobak dan Dong Joo mendorongnya. Namun ditengah peternakan Dong Joo menjatuhkan Da Ji karena mulut Da Ji yang tidak bisa diam. Da Ji kesal..
Da Ji ternyata menduduki kotoran kuda. Melihat itu Dong Joo tertawa. Da Ji mengambil kotoran kuda itu dan berniat melempari Dong Joo dengan kotoran kuda itu. Melihat itu Dong Joo pun berlari menghindar dari Da Ji. 

Da Ji terus mengejar Dong Joo. Namun langkah Da Ji terhenti dan wajahnya panik. Dong Joo bingung dengan wajah Da Ji yang mendadak panik.  Dong Joo lalu membalikkan badannya dan ia pun kaget ternyata Ayah Da Ji sudah berdiri di depan mereka.
“Ayah....”
“Kenapa... kenapa kau bisa disini?” tanya Ayah Da Ji pada Dong Joo. 

Dong Joo dan Da Ji terdiam.... Mereka bingung bagaimana menjelaskannya.

Bersambung