Da Ji dan Dong Joo sangat terkejut melihat kedatangan Jin Young. Begitu pula Jin Young, ia tampak bingung melihat Da Ji bersama Dong Joo di rumah itu.. Dong Joo bingung menjelaskannya pada Jin Young. Da Ji secepat mungkin menjelaskannya pada Jin Young, ”Oh..., aku bekerja di sini. Membersihkan rumah, mencuci dan juga memasak. Dong Joo hanya terdiam mendengar kata-kata Da Ji. Jin Young langsung merespon ucapan Da Ji, ”Pekerjaanmu begitu banyak. Kapan kau bisa bertemu dengan Yun Hoo Oppa?” Da Ji tersenyum malu lalu menjawab, ”Hanya meluangkan waktu sedikit”.
Beberapa saat kemudian Jin Young berkata, ”Aku mencium aroma masakan yang sedap”. Da Ji dengan cepat berkata kepada Jin Young, ”Ah itu.., Aku memasak bubur kerang. Makanlah dulu di sini sebelum pergi, aku memasak banyak”. Namun Jin Young menolak. Kemudian Jin Young bertanya kepada Dong Joo, ”Di mana kamarmu? Apa di ujung sana” Da Ji dan Dong Joo panik. Dong Joo pun berusaha mengelak, “Bukan, di sana adalah dapur...., Mm... Jin Young ayo kita pergi sekarang. Aku harus pergi kerja sambilan”. Jin Young heran mendengarnya, “Bekerja sambilan?” Da Ji yang masih tampak panik hanya tersenyum mendengarnya.
Dong Joo dan Jin Young pun pergi ke restoran milik Ahjumma dan Ahjussi. Jin Young duduk sambil memperhatikan Dong Joo yang sedang bekerja. Ia tersenyum melihat Dong Joo sedang bekerja mengantar makanan kepada para tamu. Sementara itu, Da Ji pun ikut bekerja di restoran itu. Dia masih sedikit panik. Ahjumma datang menghampiri Da Ji, kemudian berkata, “Berani sekali dia membawa wanita kemari!” Apa kau baik-baik saja?” Da Ji dengan cepat menjawab, “Kenapa? Dong Joo dan aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi”. Ahjumma berkata, “Walaupun begitu, dia tidak seharusnya membawa pacarnya kemari!”
Tiba-tiba dari arah pintu terdengar seseorang memanggil Da Ji. Da Ji menoleh ke arah pintu itu dan ia kaget. Ternyata yang memanggilnya itu adalah Yun Ho, "Ahjusshi!" yun Ho segera masuk ke dalam restorant itu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Dong Joo. Yun Ho dan Dong Joo pun saling menyapa dengan menundukkan kepala.
Restoran sudah sepi. Da Ji, Yun Ho, Dong Joo dan Jin Young duduk si salah satu meja restoran itu. Ahjumma, Ahjusshi dan Jong Dae memperhatikan mereka. Ahjumma berkata, “Kenapa dalam situasi ini mereka membawa pasangan masing-masing kemari?” Ahjussi dengan cepat memotong kata-kata Ahjumma, “Sudah cukup, jangan mengatakan apa-apa lagi. Kembali ke dapur dan cucilah piring!” Lalu Ahjussi menarik Ahjumma dan membawanya ke dapur.
Jin Young berkata pada Da Ji, "Nona Da Ji banyak melakukan pekerjaan. Itu pasti sangat melelahkan." Da Ji tersenyum lalu menjawab, "Tidak juga, karena Ini sudah menjadi bagian dalam hidupku sehari-hari". Jin Young berkata kembali, "Kau pasti takut jika pulang larut malam sendiri. Nona Da Ji tinggal dimana?" Dong Joo kaget mendengar itu. Da Ji bingung menjawabnya, sementara Yun Ho yang sudah tau apa yang sebenarnya terjadi pun hanya tersenyum. Dong Joo pun dengan cepat berkata, ”Rumah yang kau datangi tadi sebenarnya itu adalah rumah Da Ji. Aku tinggal di sana sampai aku mendapatkan surat persetujuan masyarakat”. Jin Young pun bingung dan bertanya, ”Bukankah kau bilang dia hanya bekerja di sana?” Dengan cepat Dong Joo menjawab, ”Aku tidak tinggal dan makan gratis di sana. Satu hari 50.000 won. Walaupun tidak makan, aku juga harus membayar biaya makan itu 30.000 won”. Da Ji tidak terima, ia pun dengan kesal berkata, ”Itu..Da Eun yang mengatakannya!! Mm...Adikku yang menghitung biaya itu”. Dong Joo lalu berkata dengan kesal, ”Adikmu sangat baik menghitung biaya itu. Walaupun aku tidak makan, aku harus tetap membayar 30.000 won”. Mendengar itu Yun Ho tertawa, kemudian berkata pada Dong Joo, ”Walaupun kau tidak makan kau harus tetap membayarnya. Kau pasti merasa tidak rela”. Jin Young bingung karena Yun Ho sudah tau bahwa Dong Joo tinggal di rumah Da Ji, dengan nada sedikit kesal ia pun bertanya pada Yun Ho ”Kenapa...Oppa sudah tau tentang semua ini?” Yun Ho hanya tersenyum.
Tiba-tiba HP Yun Ho berbunyi memecah kesunyian dan dia pun permisi untuk mengangkat telpon itu. Setelah menerima panggilan telpon itu Yun Ho pun kembali duduk di kursi dan berkata kepada Dong Joo, ”Barusan Direktur Han(Ayah Dong Joo) menelpon. Dia bilang bahwa pesta pembukaan itu harus tetap diadakan di atas kapal”. Da Ji kecewa mendengar itu. Yun Ho kembali berkata, ”Kemungkinan para pengunjuk rasa dari para nelayan akan semakin banyak”. Dong Joo dengan cepat berkata, ”Pesta pembukaan itu tetap dilaksanakan di Resort. Sehingga para warga tidak akan berunjuk rasa menentang kita di atas kapal”. Jin Young memuji Dong Joo, ”Inilah gaya pemimpin yang sesungguhnya!”Kemudian Jin Young menyuapi Dong Joo. Da Ji tampak sedikit cemburu melihat kedekatan Dong Joo dan Jin Young. Yun Ho mendukung keputusan Dong Joo, ”Aku akan membantu semampuku. Mari bersulang..!”
Beralih ke scene lain..
Da Ji tampak selesai berkemas di rumahnya. Dong Joo baru pulang dan mereka berdua pun saling bertemu di ruang tengah. Da Ji bertanya kepada Dong Joo, “Apakah kau baru pulang mengantar Nona Jin Young? Aku minta maaf karena tadi mengatakan sesuatu yang keterlaluan”. Dong Joo menjawab dengan dingin, “Mulai sekarang jangan mengucapkan kata ‘terima kasih dan maaf’ padaku. Setelah mengatakan kata terima kasih dan maaf padaku, kau selalu saja mengejekku dari belakang”. Setelah mengatakan itu Dong Joopun pergi ke kamarnya meninggalkan Da Ji.
Da Ji pun kembali ke kamarnya. Beberapa detik kemudian HP nya berbunyi dan ternyata itu telpon dari Yun Ho. Da Ji pun mengangkat telpon itu dan berbicara sangat pelan karena dia takut adiknya terbangun. Yun Ho dari seberang telpon tersenyum mendengar suara Da Ji. Ia tampak melukis sesuatu. Yun Ho bertanya, ”Kau suka warna apa?” Da Ji tersenyum kemudian menjawab, ”Warna biru. Saat melihatnya suasana hatiku menjadi lebih baik, Kalau ahjussi? Yun Ho menjawab, ”Tidak usah mengungkit warna karena mendengar suaramu saja perasaanku menjadi jauh lebih baik. Apakah aku mengganggu tidurmu?” Da Ji menjawab dengan cepat, ”Tidak. Masih terlalu awal untuk tidur. Aku senang bisa mengobrol dengan Ahjussi seperti ini”. Yun Ho kembali bertanya, ”Apakah kau lelah. Kau terlalu banyak bekerja”. Da Ji menjawab, ”Terkadang.., aku sudah menerima gaji pertamaku dari pekerjaanku di peternakan. Aku akan membelikan sesuatu untukmu”. Yun Ho kembali tersenyum mendengar itu, ”Baru lewat sebulan, kita sudah mengalami banyak hal”. Da Ji pun ikut tersenyum, ”Benar, sudah sebulan berlalu. Aku lupa bagaimana dulu aku melewati hari-hariku”. Yun Ho berkata, ”Da Ji.... Aku sungguh menyukaimu...”. Da Ji tersenyum bahagia mendengar itu.
”Selamat malam”
”Selamat malam juga, Ahjussi”
Setelah menutup telpon, Da Ji terlihat sangat senang. Ia memeluk Da Eun yang sudah terlelap dan mencium pipi adiknya itu. Adiknya yang sudah terlelap berontak mencoba melepaskan pelukan Da Ji (Hahahahahaha...... )
Di kantornya, Dong Joo sedang menerima telpon ayahnya. Ayah Dong Joo sangat marah pada Dong Joo karena masalah pesta pembukaan Resort. Ia mengatakan bahwa Dong Joo harus kembali ke perusahaan mereka di Seoul. Namun Dong Joo menolak dan mengatakan bahwa ia akan tetap tinggal di pulau itu selama 2 bulan lagi. Kemudian Dong Joo mematikan telpon itu dan langsung mengeluarkan baterai HP nya.
>Ayah Dong Joo yang kesal pada sikap Dong Joo terus mengomel di rumah. Ia mengatakan Kalau Dong Joo itu benar-benar keterlaluan karena tidak mau mendengarkan ucapan ayahnya. Kakek yang sedang bermain catur bersama ibu Dong Joo pun menyindir ayah Dong Joo, ”Anakku yang hampir berusia 60 tahun pun tidak pernah mendengarkan kata-kata ayahnya”. Ayah Dong Joo berkata, ”Ayah.. ini bukan waktunya untuk bermain catur”. Ibu Dong Joo langsung memarahi suaminya itu, ”Jangan berteriak-teriak. Apakah kau tidak tau, Ayah butuh ketenangan?” Ayah Dong Joo semakin kesal, ”Iya, aku tidak tau. Ada banyak hal yang tidak aku tau!!” Kakek membela Ibu Dong Joo, ”Kenapa pagi-pagi sudah mencari masalah dengan menantuku yang tidak bersalah ini, hah...?!” Ayah Dong Joo berkata dengan kesal, "Karena Dong Joo, Resort sekarang sedang dalam masalah. Bertindak semaunya saja. Dia bahkan mengganti rencana sekretaris untuk memakai seafood dalam acara itu. Aku sudah setuju untuk mengadakan pesta itu di atas kapal pesiar. Aku sungguh malu pada Direktur Seo. Bahkan aku sudah mengatakan kepada tamu-tamu VIP bahwa pesta itu diadakan di atas kapal pesiar. Tapi tiba-tiba saja dia mau mengganti tempat pesta itu menjadi di resort saja”. Kakek berusaha menenangkannya, ”Dia mungkin memiliki alasan akan hal ini”. Ayah Dong Joo semakin kesal, ”Ayah.. kau selalu memanjakannya. Itulah sebabnya dia menjadi seperti ini. Dia tidak takut pada apapun. Ini tidak bisa lagi. Aku akan mengambil alih urusan ini. Masalah peusahaan bukanlah permainan”. Tiba-tiba HP ayah Dong Joo berbunyi. Dia pun mengangkatnya, ”Ada masalah apa? Wawancara? Apa maksudnya itu?”
Sementara itu, Dong Joo dan Jin Young sedang berjalan melihat-lihat ruangan yang akan dijadikan tempat pesta pembukaan Resort. Dong Joo meminta bantuan Jin Young agar membantunya mendekorasi ruangan itu. Namun Jin Young tampak bingung karena sebelumnya ia tidak pernah mendekorasi ruangan khusus untuk pesta, ditambah lagi ia sedang sibuk mengerjakan pekerjaan lain. Sehingga Jin Young pun menolaknya. Dong Joo meminta maaf karena sudah menyusahkan Jin Young dan mengatakan tidak apa-apa jika Jin Young tidak bisa membantunya.
Da Ji sedang berada di pantai bersama kudanya. Ia sedang mengangkat perlengkapan kuda. Tiba-tiba Yun Ho datang dan langsung membantu Da Ji mengangkat perlengkapan itu. Kontan saja Da Ji terkejut melihat Yun Ho datang membantunya, ”Oh... Bagaimana bisa tau kalau aku ada di sini?” Yun Ho menjawab, ”Karena aku ada assisten yang hebat”. Da Ji melihat assisten Yun Ho datang sambil tersenyum, Da Ji pun melambaikan tangan dengan semangat pada assisten Yun Ho. Yun Ho segera memegang tangan Da Ji lalu berkata, “Jangan sembarangan menyapa pria lain seperti ini. Semua pria adalah serigala”. Da Ji hanya tersenyum mendengarnya. Yun Ho mengajak Da Ji untuk jalan-jalan namun Da Ji menolak karena akan ada beberapa turis yang akan datang. Yun Ho mengatakan bahwa ia sudah membawa pengganti Da Ji yaitu assistennya. Kemudian ia menarik tangan Da Ji dan membawanya pergi. Da Ji merasa tidak nyaman pada assisten Yun Ho.
Namun saat akan pergi meninggalkan pantai, mereka berpapasan dengan Da Eun dan Jong Dae. Yun Ho berkata pada Da Eun, “Aku pinjam kakakmu selama 3 jam”. Da Eun yang mendengarnya pun tersenyum dan berkata, “Pinjam apa? Bawa saja pergi”. Yun Ho tersenyum mendengar itu. Mereka berdua pun pergi meninggalkan pantai itu.
Da Eun sangat senang melihat assisten Yun Ho sedang menjaga kuda titipan Da Ji di pantai. Jong Dae bertanya, “Siapa dia?” Da Eun menjawab, “Oppa tidak perlu tau siapa dia”. Kemudian dengan semangat Da Eun menghampiri assisten Yun Ho dan tanpa malu-malu langsung meminta no HP nya. Assisten Yun Ho tertawa, lalu berkata, “Kenapa meminta no HP ku?” Da Eun menjawab, ”Aku hanya ingin tau saja”. Lalu asssiten Yun Ho berkata lagi, ”Maaf aku tidak memberikan no HP ku ke sembarang orang”. Kemudian assisten Yun Ho pergi meninggalkan begitu saja. Walaupun jelas-jelas sudah di tolak, Da Eun tetap saja senang.
Yun Ho membawa Da Ji ke sebuah tempat dan sepertinya ia ingin memberikan kejutan pada Da Ji sehingga ia menutup mata Da Ji dengan kedua tangannya. Da Ji penasaran dan bertanya pada Yun Ho tempat apa itu. Sesampainya di tempat itu, Yun Ho melepaskan tanganya dari mata Da Ji. Ternyata Yun Ho membawa Da Ji ke tempat yang ada pohon besar dan rindang. Dan dulu Da Ji pernah memperlihatkannya tempat itu pada Yun Ho. Yun Ho sudah menyiapkan sebuah kursi panjang di bawah pohon itu yang khusus di buat Yun Ho untuk Da Ji. Da Ji begitu senang melihat itu, ”Ahjussi, apakah kau yang membuatnya sendiri?” Yun Ho tersenyum karena Da Ji begitu menyukai kursi itu (M..mmm... Kalo gak salah kursi itu yang dilukis Yun Ho waktu dia menelpon Da Ji ya....,, Tebakan aku aja sih... hehehe...)
”Pohon membuat hati senang. Dan kursi biru ini membuat perasaan jadi jauh lebih baik. Ahjussi.... Bagaimana jika aku punya sayap ya...” Da Ji berkata dengan wajah bahagia sekali. Yun Ho hanya tersenyum melihat tingkah Da Ji itu, lalu berkata, ”Kita sama-sama sibuk. Bagaimana kalau setiap jam 7 pagi kita bertemu di sini?” Da Ji tersenyum lalu menjawab, ”Baiklah.. Kita bertemu saja tiap hari di sini”. Yun Ho tersenyum saja.
Da Ji melihat tangan Yun Ho dan ia melihat bekas-bekas luka di tangan Yun Ho. Ia pun bertanya, ”Tanganmu terluka?” Yun Ho tersenyum lalu menjawab, ”Ah... aku tidak ingin kau melihat ini. Luka ini aku dapat ketika aku pertama kali bekerja saat itu aku berusia 14 tahun (Yun Ho memperlihatkan lukanya pada Da Ji). Dan yang ini terluka saat membantu ibu di dapur di Chinesse Town, Los Angeles”. Da Ji bertanya, ”Chinesse Town?” Yun Ho menjawab, ”Iya, ibuku pernah bekerja di sana dan kadang-kadang aku membantunya”. Kemudia Da Ji berkata lagi, ”Ahjussi pasti sangat lelah pada saat itu”. Yun Ho tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya tersenyum. Kemudian ia membaringkan diri di pangkuan Da Ji. Tentu saja Da Ji kaget. Ketika berbaring di pangkuan Da Ji, sinar matahari yang terik mengenai wajah Yun Ho. Da Ji menghalangi sinar matahari itu dengan tangannya sehingga wajah Yun Ho pun tidak terkena panas matahari. Yun Ho lalu berkata, ”Kau seperti malaikat”. Mereka pun menghabiskan waktu berdua di tempat itu.
Da Ji pulang ke rumah dengan sangat bahagia. Di depan rumah ia melihat paman yang menjual kuda pada Dong Joo sedang mengobrol dengan Ahjussi pemilik restoran tempatnya bekerja. Paman penjual kuda itu bertanya pada Da Ji apakah pemilik resort (Dong Joo) tinggal di rumah Da Ji. Da Ji mengangguk. Kemudian paman itu memberikan sesuatu pada Da Ji dan ia menyuruh Da Ji menyerahkan itu pada Dong Joo.
Dong Joo di rumah Da Ji sedang menerima telpon dari ayahnya. Ayahnya setuju kalau pesta pembukaan resort diadakan di resort saja. Tentu saja Dong Joo heran mendengarnya. Namun ia kecewa ternyata ayahnya setuju agar pesta itu diadakan di resort atas saran dari Yun Ho. Karena menurut Yun Ho jika pesta itu dilaksanakan di resort maka itu akan mempromosikan image Resort. Ia sangat kesal karena seolah-olah ayahnya tidak pernah mempercayai kemampuannya. Da Ji masuk ke rumah dan berencana memberikan titipan paman penjual kuda itu pada Dong Joo, namun tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan Dong Joo dan ayahnya sehingga ia mengurungkan niatnya itu. Dong Joo dengan kesal memutuskan telpon ayahnya. Ketika Dong Joo membalikkan badan ia mendapati Da Ji. Ia masih terlihat kesal dan tanpa sepatah kata pun ia pergi begitu saja.
Da Ji dan Dong Joo sedang bekerja di restoran Ahjumma. Da Ji memperhatikan Dong Joo yang sedang bekerja membereskan meja. Ia berniat memberikan titipan dari paman penjual kuda pada Dong Joo, tapi gagal karena Ahjumma datang menyuruh Da Ji untuk membereskan dapur.
Sementara itu, Asisten Dong Joo sibuk mempersiapkan ruangan yang akan digunakan sebagai tempat pesta pembukaan resort.
Di restoran Ahjumma, Dong Joo masih bekerja membereskan meja. Da Ji datang memghampirinya. Belum sempat mengatakan apa-apa, Dong Joo sudah mendahuluinya berkata, "Jangan katakan apapun padaku." Da Ji mengeluarkan titipan itu dan memberikannya pada Dong Joo, ”Ahjusshi penjual kuda memberikan ini untukmu”.
Dong Joo menerimanya dan langsung membuka titipan surat itu. Dia terkejut karena surat itu adalah surat persetujuan masyarakat. Da Ji berkata, "Sepertinya paman tau bahwa kau tulus membantu peternakan ini. Kau juga telah membantu para Ahjumma nelayan. Mereka mempercayai dan menghargaimu makanya memberikan surat itu padamu. Maaf.... Terima kasih.. Larangan untuk tidak mengatakan kata-kata itu kau batalkan saja. Aku selalu saja menyusahkanmu, maaf..., Mengenai peternakan, lokasi pesta pembukaan, membantu para Ahjumma nelayan dan juga setiap hari harus bekerja sambilan di restoran ini, terima kasih....”. Dong Joo memotong, ”Larangan masih belum dibatalkan. Apa kau sudah selesai berbicara?” Da Ji berkata lagi sambil tersenyum, ”Biasanya..., orang-orang dari Resort D.I selalu menyuap masyarakat dengan uang agar mau menandatangani surat persetujuan itu. Namun tidak ada yang mau menandatanganinya. Dan masih ada lagi, ketika ada orang-orang dari perusahaan D.I datang ke peternakan kami, mereka tidak pernah masuk karena kami mengusir mereka. Namun kau sudah merubah pemikiran masyarakat. Han Dong Joo, Kau bukan tidak mempunyai kemampuan. Kau sudah melakukan yang terbaik. M..mm kau adalah laki-laki berusia 27 tahun yang menarik dan beruntung”. Dong Joo bertanya, ”M..m kenapa kau bisa mengatakan sesuatu yang puitis? Kau tidak merasa aneh?” Da Ji tersenyum kemudian menjawab, ”Sebelum aku berusia 19 tahun aku tidaklah seperti ini. Aku menjalani hidupku dan mendapatkan banyak pengalaman sehingga aku menjadi wanita berusia 25 tahun yang bermuka tebal”. Dong Joo berkata lagi, ”Aku benar-benar tidak tau harus mengatakan apa padamu”.
Dong Joo menerimanya dan langsung membuka titipan surat itu. Dia terkejut karena surat itu adalah surat persetujuan masyarakat. Da Ji berkata, "Sepertinya paman tau bahwa kau tulus membantu peternakan ini. Kau juga telah membantu para Ahjumma nelayan. Mereka mempercayai dan menghargaimu makanya memberikan surat itu padamu. Maaf.... Terima kasih.. Larangan untuk tidak mengatakan kata-kata itu kau batalkan saja. Aku selalu saja menyusahkanmu, maaf..., Mengenai peternakan, lokasi pesta pembukaan, membantu para Ahjumma nelayan dan juga setiap hari harus bekerja sambilan di restoran ini, terima kasih....”. Dong Joo memotong, ”Larangan masih belum dibatalkan. Apa kau sudah selesai berbicara?” Da Ji berkata lagi sambil tersenyum, ”Biasanya..., orang-orang dari Resort D.I selalu menyuap masyarakat dengan uang agar mau menandatangani surat persetujuan itu. Namun tidak ada yang mau menandatanganinya. Dan masih ada lagi, ketika ada orang-orang dari perusahaan D.I datang ke peternakan kami, mereka tidak pernah masuk karena kami mengusir mereka. Namun kau sudah merubah pemikiran masyarakat. Han Dong Joo, Kau bukan tidak mempunyai kemampuan. Kau sudah melakukan yang terbaik. M..mm kau adalah laki-laki berusia 27 tahun yang menarik dan beruntung”. Dong Joo bertanya, ”M..m kenapa kau bisa mengatakan sesuatu yang puitis? Kau tidak merasa aneh?” Da Ji tersenyum kemudian menjawab, ”Sebelum aku berusia 19 tahun aku tidaklah seperti ini. Aku menjalani hidupku dan mendapatkan banyak pengalaman sehingga aku menjadi wanita berusia 25 tahun yang bermuka tebal”. Dong Joo berkata lagi, ”Aku benar-benar tidak tau harus mengatakan apa padamu”.
Da Ji dengan semangat berkata, ”Kau tidak perlu berkata apa-apa. Ah...sekarang bernyanyi saja!” Da Ji segera mengambil gitar dan memberikannya pada Dong Joo. Dong Joo menolak karena ia harus membereskan meja dulu. Tapi Da Ji membujuknya dengan menyanyikan sebuah lagu yang lucu dan itu membuat Dong Joo tertawa. Akhirnya Dong Joo pun memainkan gitar itu di depan Da Ji.
Yun Ho di kamar hotelnya sedang membuka-buka sebuah buku. Kemudian ia mengambil HP nya dan berniat menghubungi Da Ji.
Jin Young sendiri masih sibuk bekerja di ruangannya. Ia melihat foto Dong Joo dan tersenyum bahagia.
Jin Young sendiri masih sibuk bekerja di ruangannya. Ia melihat foto Dong Joo dan tersenyum bahagia.
Sementara itu Da Ji dan Dong Joo masih merayakan surat persetujuan masyarakat yang diberikan Ahjussi penjual kuda kepada Dong Joo dengan meminum bir. Mereka terlihat agak mabuk. Dong Joo mengajari Da Ji bermain bergitar. Dan bernyanyi bersama-sama. Mereka tampak bahagia sekali.
Pagi harinya, Da Ji dan Dong Joo ternyata tertidur bersama di ruang penyimpanan bir itu. Da Ji merasa kedinginan dan ia pun merapatkan badannya pada Dong Joo. Tanpa sadar Dong Joo pun memeluk Da Ji. Namun selang beberapa detik, mereka menyadari bahwa mereka tidur bersama dan saling memeluk. Mereka tampak jaim sehingga mereka berpura-pura tidur padahal sama-sama sudah bangun tuh (wkwkwkwkkkkk....). Kemudian pelan-pelan Da Ji menjauhkan tubuhnya dari Dong Joo, begitu pula Dong Joo ia menarik tangannya dari tubuh Da Ji. Tiba-tiba HP Da Ji berbunyi, dengan cepat Da Ji mengangkat. Tapi karena grogi (hehehehe..) HP itu terlempar ke sisi Dong Joo. Ketika Da Ji berusaha mengambil HP itu, tanpa sengaja ia menimpa tubuh Dong Joo yang pura-pura tidur sehingga Dong Joo yang kesakitan pun langsung bangun dan duduk. Mereka terlihat malu satu sama lain. Dan ternyata suara HP itu adalah bunyi alarm di HP Da Ji. Kemudian Da Ji pergi meninggalkan Dong Joo dan lupa mengambil HP nya.
***************************************************
Yun Ho sedang menunggu Da Ji di bawah pohon. Ternyata ia membawa beberapa makanan untuk sarapan bersama Da Ji. Ia berusaha menelpon Da Ji tetapi tidak diangkat. Lalu Yun Ho berkata sendiri, “Janji pertama sudah ia ingkari”.
Ayah Dong Joo datang ke tempat Ayah Da Ji bekerja yaitu perawatan kuda. Dan tempat itu merupakan milik keluarga mereka. Ayah Dong Joo memanggil Ayah Da Ji namun karena masih sibuk mengurus kuda, Ayah Da Ji meminta agar ia menunggu 5 menit lagi. Kemudian Ayah Dong Joo menaiki timbangan untuk kuda dan melihat angka timbangan lalu berkata, “Uuu....Karena akhir-akhir ini sering makan di rumah jadi agak gemuk”. Kemudia Ayah Dong Joo dan Ayah Da Ji bertemu. Sepertinya mereka silang pendapat akan kuda milik keluarga Dong Joo yang sedang terluka. Ayah Dong Joo ingin menjualnya. Namun Ayah Da Ji bersikukuh untuk merawatnya selama satu bulan. Dan walaupun dengan kesal Ayah Dong Joo pun setuju agar kuda itu dirawat oleh Ayah Da Ji selama sebulan. Lalu Ayah Da Ji mengajak Ayah Dong Joo untuk makan bersama namun Ayah Dong Joo menolak dengan angkuh. Ia mengatakan bahwa ia terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Kemudian ia pergi begitu saja. Ayah Da Ji berkata pada kuda itu, “Tuanmu tidak berubah sama sekali. Masih tetap seperti itu...”
Dong Joo menggerutu di dalam ruang kantornya. Ia menyesal mengapa ia minum bir terlalu banyak sehingga mabuk. “Mengapa aku minum bir terlalu banyak? Harus bagaimana nanti bila bertemu Da Ji? Aishhh (sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal hahahaha...) Kemudian Dong Joo melihat 3 lembar surat persetujuan masyarakat yang sudah ia dapatkan dan ia pun tersenyum senang.
Asisten Lee (Assisten Dong Joo) masuk ke dalam ruangan Dong joo dengan tergesa-gesa.. Kemudian Dong Joo menyerahkan 3 lembar surat persetujuan masyarakat itu pada assistennya. Assistennya senang melihat surat itu. Dong Joo bertanya pada assistennya apakah orang-orang Resort mereka dulu mendapatkan kesulitan untuk mendapat surat persetujuan masyarakat. Assistennya membenarkan dan mengatakan kalau masyarakat itu sangat keras kepala dan tidak mengizinkan pihak Resort menginjakkan kakinya di peternakan mereka. Dong Joo tersenyum bangga mendengar itu.
Dong Joo lalu bertanya, "Ah ada masalah apa kau datang kemari?" Asisten Lee menjawab, "HP mu tidak aktif. Direktur menelponku dan bilang bahwa dia sudah ada di pulau Jeju. Dia bilang dia akan langsung ke peternakan itu." Dong Joo kontan saja sangat kaget mendengarnya, "Apa!!! Mengapa kau baru memberitahukan ini kepadaku hah?" Assisten Lee membela diri, ”Aku juga baru tadi tau”.
Dong Joo segera mengaktifkan HP nya dan menelpon Ayahnya. Ayahnya mengatakan bahwa ia dan Ibu Dong Joo sudah berada di pulau Jeju dan langsung ke peternakan. Kemudian ayahnya menutup telpon Dong Joo karena ada orang yang menelpon kepadanya. Dong Joo sangat panik. Ia berusaha menlpon Da Ji namun tidak diangkat (HP Da Ji masih terjatuh di tempat penyimapan bir). Dong Joo berkata pada assistennya, “Halangi Direktur Han. Aku tidak ingin dia pergi ke peternakan itu. Jadi, bagaimanapun caranya kau harus menahannya untuk tidak ke peternakan”. Lalu Dong Joo pergi tergesa-gesa. Asisten Lee terlihat kebingungan.
*************************************************
Di dalam mobil, diam-diam Ayah Dong Joo memperhatikan Ibu Dong Joo. Ia tersenyum melihat istrinya itu. Ibu Dong Joo tampak kurang senang dengan cara Ayah Dong Joo melihatnya (hehehehe.. sepertinya Ayah Dong Joo jatuh cinta lagi ni ma Ibu Dong Joo). Ayah Dong Joo terlihat salah tingkah, “Mengapa kita harus ke peternakan dulu?” Ibu Dong Joo menjawab, “Aku ingin melihat bagaimana makanannya di sana. Makanya kita harus pergi ke sana dulu. Kau terhadap Dong Joo, kalau dia melakukan hal yang baik setidaknya hargailah sedikit”. Ayah Dong Joo mengeluh, "Menghargainya? Anak itu harus lebih bekerja keras sendiri. Ini hanya permulaan saja". Ibu Dong Joo membela Dong Joo, ”Tapi melihat dia begitu berusaha, bukankah itu bagus? Setelah berpisah dengan Da Ji, dia terlihat sangat kacau”. Ayah Dong Joo sangat kesal saat Ibu Dong Joo mengungkit nama Da Ji, "Setelah berpisah dengan gadis itu, Dong Joo tidak ada semangat hidup lagi. Apa yang bisa kita banggakan dengan membicarakan hal ini? Bahkan keluarganya sudah membuatku malu! Jangan pernah mengungkit masalah ini di depanku lagi!" Ibu Dong Joo hanya diam melihat sikap suaminya itu.
Sementara Da Ji di rumahnya sedang menjemur pakaian. Dia menggerutu sendiri menyesali kejadian tadi malam minum Bir sampai mabuk hingga tidak sadarkan tidur bersama Dong Joo di penyimpanan Bir.
*****************************************************
Dong Joo mencoba berlari keluar kantornya dan mencoba menghubungi Da Ji namun karena HP Da Ji tertinggal di tempat penyimpanan bir sehingga Da Ji tidak mengangkat telpon itu. Dong Joo segera masuk ke mobilnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat beberapa mobil lain menghalangi mobilnya. Ia kesal dan bertambah panik karena mobilnya sulit keluar.
***************************************************
Kembali ke scene dimana Da Ji yang masih di tempat penjemuran pakaian di depan rumahnya bernyanyi dengan senang (wkwkwkwkwk....).Tiba-tiba Dong Joo dengan berlari menghampiri Da Ji. Da Ji bingung melihat Dong Joo berlari menghampirinya. Dengan nafas terengah-engah Dong Joo berkata, “Kenapa kau tidak mengangkat telponku?” Da Ji yang masih kebingungan menjawab, “Mungkin HP ku ada dalam rumah, kenapa hah?” Dong Joo berkata, “Cepat kau mencari tempat untuk bersembunyi!” Da Ji heran, “Tapi aku masih harus mencuci pakaian”. Dong Jo berkata kesal, “Ini bukan saatnya mencuci pakaian. Ayahku sedang dalam perjalanan menuju ke sini!” Tentu saja Da Ji kaget dan panic mendengar itu, “Apa...!Ayah?!” Dong Joo yang masih dengan nafas tersengal-sengal menjelaskan pada Da Ji, “Iya, Ayahku tidak tau kalau kau ada di peternakan ini. Masuklah dan kunci pintu. Jangan membukakan pintu!!” Da Ji yang ikut panik mengangguk saja. Tapi sudah terlambat untuk masuk ke rumah karena mobil orang tua Dong Joo sudah datang dan mereka keluar dari mobil itu. Da Ji dan Dong Joo bertambah panik. Da Ji berusaha bersembunyi di balik tubuh Dong Joo. Mereka semakin bingung. Dong Joo segera menyuruh Da Ji bersembunyi dalam ember besar yang digunakannya untuk mencuci pakaian padahal ember itu berisi air. Da Ji bertanya, “Bagaimana aku bisa bernafas?” Dong Joo menjawab, “Sebentar saja, jangan perlihatkan kepalamu!” Kemudia Dong Joo mengambil selimut besar lalu menutup ember itu dengan selimut.
Ibu dan Ayah Dong Joo menghampiri Dong Joo. Ibu Dong Joo bertanya, “Mengapa kau berkeringat? Apa kau sakit?” Dong Joo bertambah gugup, ”Ah.... berkeringat ya. Mungkin karena tadi berlari sehingga sekarang terasa panas. Kenapa datang jauh-jauh ke sini. Bertemu di Resort sudah bisa”.
Ayah Dong Joo berkata dengan kesal pada Ibu Dong Joo, ”Iya... itulah yang ingin aku katakan. Mengapa datang-datang jauh harus ke sini dulu”. Ibu Dong Joo pun berkata, ”Aku ingin datang ke sini dulu karena aku ingin melihat tempat tinggal anakku dan melihat pemilik rumah ini. Apakah pemilik rumah ini ada?” Da Ji yang mendengar dari dalam ember pun makin panik. Dong Joo berusaha berbohong, ”Ah.. Pemilik rumah ini sedang pergi bekerja. Jadi tidak ada siapa-siapa di rumah”. Ibu Dong Joo bingung lalu bertanya kembali, ”Lalu tadi siapa yang berbicara denganmu?” Dong Joo mencari akal, lalu menjawab, ”Ah.... Tadi aku berbicara dengan bibi tetangga sebelah. Dia bertanya sesuatu padaku. Tapi sekarang dia telah pergi”. Da Ji terus berada dalam ember dan mendengar pembicaraan mereka. Ibu Dong Joo berkata kembali, ”Benarkah... Aku pikir tadi itu pemilik rumah ini. Oh iya, Ibu membawakanmu makanan yang paling kamu sukai. Ayo kita masuk ke rumah”. Dong Joo bingung, kemudian berusaha menghalangi orangtuanya masuk ke dalam rumah itu, ”Pemilik rumah sedang keluar, jadi buat apa kita masuk ke dalam? Makanan ini biar aku yang menyimpannya. Ayo kita pergi”. Orang tua Dong Joo bingung melihat sikap Dong Joo itu.
Ayah Dong Joo berkata dengan kesal pada Ibu Dong Joo, ”Iya... itulah yang ingin aku katakan. Mengapa datang-datang jauh harus ke sini dulu”. Ibu Dong Joo pun berkata, ”Aku ingin datang ke sini dulu karena aku ingin melihat tempat tinggal anakku dan melihat pemilik rumah ini. Apakah pemilik rumah ini ada?” Da Ji yang mendengar dari dalam ember pun makin panik. Dong Joo berusaha berbohong, ”Ah.. Pemilik rumah ini sedang pergi bekerja. Jadi tidak ada siapa-siapa di rumah”. Ibu Dong Joo bingung lalu bertanya kembali, ”Lalu tadi siapa yang berbicara denganmu?” Dong Joo mencari akal, lalu menjawab, ”Ah.... Tadi aku berbicara dengan bibi tetangga sebelah. Dia bertanya sesuatu padaku. Tapi sekarang dia telah pergi”. Da Ji terus berada dalam ember dan mendengar pembicaraan mereka. Ibu Dong Joo berkata kembali, ”Benarkah... Aku pikir tadi itu pemilik rumah ini. Oh iya, Ibu membawakanmu makanan yang paling kamu sukai. Ayo kita masuk ke rumah”. Dong Joo bingung, kemudian berusaha menghalangi orangtuanya masuk ke dalam rumah itu, ”Pemilik rumah sedang keluar, jadi buat apa kita masuk ke dalam? Makanan ini biar aku yang menyimpannya. Ayo kita pergi”. Orang tua Dong Joo bingung melihat sikap Dong Joo itu.
Ibu Dong Joo melihat tumpukan pakaian dalam ember(tempat Da Ji bersembunyi) lalu berkata, ”Ah.. Banyak sekali cucian?” Dong Joo berusaha menjelasan, ”Ah iya, bibi pemilik rumah sedang sibuk, dia tidak sempat mencuci”. Ayah Dong Joo sudah tidak sabar untuk pergi dari tempat itu. Tapi Ibu Dong Joo ingin mencuci pakaian itu sehingga ia menyuruh suaminya pergi dulu. Ibu Dong Joo segera membuka sweater dan meletakkan tasnya lalu pergi menuju ember pakaian tempat Da Ji bersembunyi. Namun dengan cepat Dong Joo menghalanginya. Ketika ibunya hampir saja meraih selimut yang ada di atas ember itu spontan Dong Joo menendang ember itu agar tidak terjangkau oleh ibunya. Ibunya hampir saja jatuh karena ulah Dong Joo itu. Ibu Dong Joo heran, ”Kenapa kau seperti ini?” Dong Joo yang semakin gugup mencoba menjawab, ”Itu karena.......”. Belum habis Dong Joo menjawab tiba-tiba Ahjumma pemilik restoran datang dan menyapa kedua orang tua Dong Joo dengan gembira (dewi penyelamat ni Ahjumma hehehehe...)
Kemudian Ahjumma, Ibu Dong Joo, Ayah Dong Joo dan juga Dong Joo pergi ke restoran Ahjumma. Ahjumma berkata pada Ibu Dong Joo, “Unnie, apakah Oppa(Ayah Dong Joo) baik terhadapmu? Unnie terlihat semakin cantik. Dilihat dari wajah Unnie, sepertinya Oppa menjaga Unnie dengan baik. Unnie beruntung. Apakah masih ingat waktu Unnie akan menikah dengannya kami berpikir bahwa Unnie sudah gila. Tapi sekarang dia sudah menjadi seorang Direktur. Waktu itu dia bukanlah siapa-siapa”. Ayah Dong Joo kesal mendengar itu. Kemudian Ayah Dong Joo berkata, “Ah.. Di mana para pemilik peternakan ini?” Ahjumma pun menjawab, “O... Paman yang duduk di pojok itu(Ahjussi pemilik restoran) adalah salah satu pemiliknya, masih ada satu Ahjussi lagi, tapi sekarang dia bekerja di Seoul (yang dimaksud Ahjumma adalah Ayah Da Ji) dan seorang Ahjumma lagi (Da Ji) yang sekarang tinggal di rumah peternakan. Dong Joo senang karena Ahjumma tidak menyebutkan nama-nama pemilik peternakan itu. Sepertinya Ahjumma sengaja tidak mengatakannya. Tetapi ketika Ibu Dong Joo mengatakan bahwa mereka ingin sekali bertemu dengan Ahjumma tempat Dong Joo tinggal, Ahjumma pemilik restoran itu bingung menjawabnya. Dengan cepat Ahjussi menjawab, “Ahjumma itu sangat sibuk sekali. Malam baru pulang ke rumah”. “Iya, aku akan menyampaikan salammu padanya. Aku berharap kita akan bertemu lagi”, timpal Ahjumma sambil tersenyum.
Di Resort, diadakan penandatanganan kontrak pihak Resort dan para Ahjumma nelayan. Dan ternyata Ayah Dong Joo mengundang wartawan untuk meliput itu. Dong Joo kesal melihat sikap ayahnya yang sedang sok baik terhadap para Ahjumma di depan wartawan itu. Yun Ho datang dan dia heran melihat ada wartawan datang di Resort mereka, “Ada apa ini?” Assisten Lee menjawab, “Direktur Han bilang jika ini berita baik maka harus di sebarluaskan”. Ketika Ayah Dong Joo melihat Yun Ho datang, ia menyapanya dan mengajaknya berfoto bersama. Dong Joo semakin kesal. Dong Joo memarahi Assisten Lee karena dia tidak bisa menghalangi ayahnya untuk datang ke peternakan. Assisten Lee malah bertanya dengan santai, ”Kenapa Direktur Han tidak boleh bertemu dengan Da Ji?” Dong Joo menjawab dengan kesal, ”Kau tidak perlu tau!!”Kemudian Dong Joo berusaha menelpon Da Ji tapi HP Da Ji tida aktif.
Sementara di rumahnya, Da Ji terserang flu karena bersembunyi dalam ember yang berisi air. Da Eun yang baru pulang sekolah memberikan Da Ji selimut lalu bertanya dengan kesal, “Kenapa sampai bersembunyi? Emang salah kakak apa?!” Da Ji menjawab, “Aku takut mereka kaget jika melihat aku”. Da Eun bertanya lagi, ”Kau melakukan ini agar dia tidak di marahi kan? Untuk sementara waktu ini kau jangan dulu bekerja di peternakan Resort itu!” Tiba-tiba saja Da Ji teringat bahwa ia masih ada pekerjaan yang belum dikerjakan di peternakan Resort itu.
Dong Joo masuk ke ruangan yang akan dijadikan tempat pesta pembukaan Resort. Ia kaget ketika melihat Jin Young sedang sibuk membantu mendekorasi ruangan itu. Jin Young mengatakan pada Dong Joo bahwa ia memang sibuk tapi untuk kekasihnya ia pasti meluangkan waktu untuk membantu karena dulunya Dong Joo juga banyak membantunya. Ayah Dong Joo dan Yun Hoo masuk ke ruangan itu. Ayah Dong Joo senang melihat Jin Young dan lansung menyapanya.
Da Ji datang ke peternakan Resort dengan tergesa-gesa, tapi ketika dia melewati ruangan itu, ia mendengar pembicaraan Ayah Dong Joo yang dengan bangga mengatakan bahwa Dong Joo dan Jin Young adalah pasangan yang sangat serasi. Da Ji diam mendengar kata-kata itu, ia terlihat sedikit kecewa (wah kayaknya Da Ji mulai cemburu ni....). Dong Joo menyarankan kepada ayahnya untuk menyuruh para wartawan pulang. Namun Ayah Dong Joo menjelaskan bahwa ini merupakan taktik untuk mempromosikan Resort mereka. Yun Ho pun membenarkan hal itu.
Saat Da Ji membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba ia melihat Ibu Dong Joo yang sedang berjalan ke arah ruangan itu. Tentu saja mereka sama-sama kaget dalam pertemuan yang tidak terduga itu.
Ibu Dong Joo dan Da Ji pun berbincang-bincang. Ibu Dong Joo bertanya, “Jadi kau dokter hewan? Bagaimana dengan sekolahmu?” Da Ji menjawab, “Dulu keluarga ada sedikit masalah. Tapi aku sekarang senang dengan pekerjaanku di sini”. Ibu Dong Joo kembali bertanya, “Kau bekerja di Resort D.I ini juga?” Da Ji menjawab agak gugup, “Bukan begitu...Aku hanya bekerja sambilan di sini”. Ibu Dong Joo bertanya lagi, “Dong Joo juga bekerja di sini. Apakah kau sudah tau?” Da Ji menjawab sambil tersenyum, Iya.., Karena dia telah melakukan pekerjaan yang bagus maka banyak orang-orang yang memujinya”. “Kau sudah bertemu dengannya”, Tanya Ibu Dong Joo lagi. Da Ji hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian berkata, “Tapi pekerjaanku di sini tidak ada hubungannya dengan Dong Joo”. Ibu Dong Joo mengangguk lalu berkata, “Oh begitu”.
Kemudian Ibu Dong Joo mengatakan bahwa ia telah bertemu dengan Ayah Da Ji yang bekerja di peternakan keluarga mereka. Da Ji meminta kepada Ibu Dong Joo agar jangan mengatakan kepda Ayahnya bahwa ia sekarang kerja sambilan di peternakan Resort. Da Ji batuk karena demam yang sedang ia alami. Ibu Dong Joo segera melepaskan syal miliknya dan mengenakannya di leher Da Ji, lalu berkat, “Kamu demam. Aku berikan syal ini untukmu dan kau pakailah. Waktu itu kami hanya memikirkan kesulitan Dong Joo sehingga kami tidak peduli padamu. Jadi, aku minta maaf karena bersalah padamu”. Da Ji terharu mendengar itu, “Tidak apa-apa”. Ibu Dong Joo kembali berkata, “Tidak disangka kita bertemu lagi”.
Di ruangan kantor Dong Joo, Ibu Dong Joo membelai-belai rambut Dong Joo yang sedang berbaring di pangkuannya. Dong Joo berkata, ”Aku suka sekali wangi ibu”. Ibu Dong Joo berkata, “Da Ji bekerja sambilan di sini. Ibu harap kau bisa membantunya”. Dong Joo duduk lalu berkata dengan lembut, “Tolong jangan bilang hal ini pada Ayah”. Ibu Dong Joo bertanya, “Apa kau baik-baik saja?” Dong Joo tersenyum kemudian menjawab, “Itu hanya masa lalu. Aku baik-baik saja”. Ibu Dong bertanya lagi, “Apakah hubunganmu dengan Jin Young baik-baik saja?” Dong Joo hanya mengangguk sambil tersenyum. Ibu Dong Joo kembali berkata, “Ibu tidak ingin kau terlalu lelah”. “Ibuku sudah tua, kenapa terlalu mengkhawatirkan aku. Aku bisa mengurus masalahku sendiri”, Ujar Dong Joo lembut. Ibu Dong Joo hanya tersenyum mendengar itu.
Jin Young datang ke ruangan Dong Joo dan menyapa mereka. Ibu Dong Joo berkata, “Sudah lama tidak bertemu. Kau terlihat semakin cantik”. Jin Young berkata, ”Bibi juga terlihat semakin cantik. Oh iya, aku ingin mengajak paman dan bibi makan bersama. Aku sudah memesan restoran. Apakah manajer(Dong Joo) juga ingin ikut?”. Dong Joo hanya tersenyum dan mengangguk. Ibu Dong Joo berkata, ”Wah, bagaimana ini. Aku dan Ayah Dong Joo harus pulang malam ini”. Dong Joo tentu saja kaget mendengar itu, ”Apa? Besok adalah pesta pembukaan Resort, kenapa pulang malam ini?” Ibu Dong Joo tersenyum lalu berkata, ”Kakekmu menyuruh kami cepat pulang”.
Kakek sedang menelpon Ayah Dong Joo yang sedang berbincang dengan Yun Ho. Kakek menyuruh Ayah Dong Joo cepat pulang dan tidak ikut dalam pesta pembukaan Resort. Tentu saja ini membuat Ayah Dong Joo kesal. Setelah menutup telpon, Ayah Dong Joo berkata kepada Yun Ho, "Bagaimana ini... sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya rundingkan dengan anda. Tapi karena ada masalah lain yang harus diurus sehingga harus cepat kembali ke Seoul”. Yun Hoo menjawab, “Tidak apa-apa. Setelah semua selesai, aku akan mengunjungimu”.
Da Ji kembali ke rumahnya dan duduk di tempat penyucian pakaian depan rumah. Dia terlihat masih memikirkan pertemuannya dengan Ibu Dong Joo. Ia mencium syal pemberian Ibu Dong Joo lalu bergumam sendiri, “Sangat wangi...”
**************************************************
Da Ji selesai mandi dan dia kaget saat melihat Dong Joo sudah berdiri di ruang tengah.Dong Joo berkata kesal, "Apa kau tau berapa kali aku menelponmu hah? Mengapa tidak mengangkatnya?" Da Ji menjawab, "Sepertinya HPku tertinggal di Restaurant. Hei..!! Mengapa kau membentakku hah?!"
Dong Joo bertanya dengan nada kesal, “Aku membentakmu? Apa kau tau betapa paniknya aku tadi hah?” Da Ji terdiam sejenak, kemudian bertanya dengan nada pelan, “Kenapa Ayahmu tidak boleh tau aku di sini?” Dong Joo menjawab, “Itu...Jika dia tau maka pasti akan menjadi masalah besar”. Da Ji kembali berkata, “Aku sudah bertemu Ibumu. Sangat memyenangkan bisa kembali bertemu dengannya setelah sekian lama tidak bertemu. Ku dengar dia akan segera pulang ke Seoul?” Dong Joo bertanya, "Mengapa kau bisa tau?" Da Ji menjawab, "Aku mengetahuinya dari Yun Ho Ahjussi. Aku ingin sekali mengucapakan salam perpisahan padanya." Dong Joo terlihat tidak senang ketika Da Ji menyebut nama Yun Ho. Ia pun kembali membentak Da Ji, ”Atas dasar apa kau ingin berpamitan dengan ibuku?!” Kemudian Dong Joo pergi begitu saja meninggalkan Da Ji.
Pagi hari Da Ji sedang bersiap pergi bekerja. Dong Joo keluar dari rumah bersiap pergi ke pesta pembukaan Resort dan dia mengenakan jas berwarna hitam. Da Ji terlihat kagum melihat penampilan Dong Joo, ”Kau terlihat baik dengan jas warna hitam ini. Kau sangat cocok mengenakan baju yang berwarna hitam”. Dong Joo berkata dengan dingin, ”Aku pergi dulu, sudah hampir terlambat...” Dong Joo pergi dan Da Ji berteriak menyemangati Dong Joo, ”Bekerja keraslah...Pengorbanan pasti ada balasannya.., Jangan lupa bawakan makanan untukku!” Dong Joo menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Da Ji dengan tersenyum, ”Sudahlah..”
Di ruangannya, Dong Joo melihat undangan pesta pembukaan itu dengan bangga. Kakek menelpon Dong Joo. Kakek mengatakan bahwa Dong Joo adalah orang terpenting dalam pesta itu. Karena Ayah Dong Joo tidak ikut dalam pesta itu maka Dong Joo harus menggantikan Ayahnya berbicara di depan para tamu. Dong Joo dan Seo Yun Ho akan menyambut para tamu. Mendengar itu, Dong Joo tentu saja kaget. Ia merasa belum siap dan tidak percaya diri untuk melakukan itu di depan para tamu undangan. Kakek memberinya semangat, ”Berusahalah...Kakek sangat senang. Tubuh kakek terasa membaik...” Setelah menutup telpon Dong Joo terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum karena ia yakin bahwa ia bisa melakukan itu.
Jin Young merapikan peralatan makanan di meja dalam ruangan pesta itu. Yun Ho datang dan berkomentar pada Jin Young, "Demi kekasihmu itu, kau bekerja sangat keras. Dia tidak melakukan apa-apa, tapi karyawan sangat sibuk". Jin Young menjawab, "Aku hanya membantunya." Dong Joo datang dan dia terlihat tidak suka melihat keakraban diantara Yun Ho dan Jin Young. Jin Young menyambut kedatangan Dong Joo dengan sangat gembira. Mereka bertiga mengobrol sebentar namun Jin Young kemudian permisi pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.
Dong Joo dan Yun Ho terlihat sama-sama canggung karena ditinggal hanya berdua saja. Yun Ho berkomentar, "Aku yakin pesta ini akan sangat sukses." Dong Joo berkata, "Banyak orang yang bekerja keras demi pesta ini." Yun Ho tersenyum kemudian berkata, ”Walaupun di antara aku dan manajer Han ada sedikit masalah, tapi aku berharap di antara kita bisa ada sedikit rasa nyaman.....” Dong Joo memotong ucapan Yun Ho dengan dingin, ”Tapi aku tidak berharap Tuan Seo dan aku menjadi teman baik. Jika tidak nyaman ya tidak nyaman. Inil adalah bisnis maka kau tidak perlu mengkhawatirkannya”. Setelah berkata seperti itu, Dong Joo pergi meninggalkan Yun Ho. Yun Ho hanya terdiam mendengar ucapan Dong Joo .
Da Ji dengan menggunakan sepeda pergi ke pohon yang biasa ia dan Yun Ho datangi. Da Ji menyusun batu dan berkata, "Hmm Dong Joo pasti sedang bekerja keras. Semoga pesta pembukaan itu berjalan dengan lancar..."
Da Eun pergi ke rumah Tuan Yang dan dia mengomentari tempat Tuan Yang karena sangat kotor. Ia heran kenapa Tuan Yang bisa tahan tinggal di tempat seperti itu. Tuan Yang berkata, "Huh kau tidak akan mengerti arti semua ini. " Da Eun bertanya, "Paman, aku dengar kau tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Apakah itu benar?" Tuan Yang kesal, "Huh bocah ini. Sudahlah jangan berdiri lagi di sini. Cepat pergi saja." Da Eun berkata dengan santai, "Aku juga tidak suka berdiri disini (Da Eun mengeluarkan kertas dari sakunya). Namun kau harus menandatangani kertas ini dulu, sebelum kau menandatanganinya aku tidak akan beranjak selangkahpun dari tempat ini. Kau tau sendiri kan aku ini Li Da Eun". Tuan Yang kembali menggerutu kesal, "Untuk apa aku menandatangani itu? Jika kau butuh uang maka minta saja pada Kakakmu, bukankah itu lebih mudah. Dan masalah Paulist..." Da Eun menghentikan ucapan Tuan Yang, "Stop! Ah Ahjussi, bolehkah aku meminta benda yang tidak dipakai itu?"
Da Eun pergi ke Restaurant dan membawa banyak barang yang dimintanya dari Tuan Yang. Dalam restoran Da Eun meminta Jong Dae sebagai modelnya untuk difoto bersama barang-barang itu. Da Eun memotretnya. Ahjushi datang dan melihat barang-barang bertumpuk dalam restoran, ia pun bertanya, "Untuk apa barang-barang ini?" Da Eun menjawab, "Aku berencana menjualnya di Internet." Ahjushi hanya tersenyum melihat sikap Da Eun itu.
Pesta pembukaan Resort dimulai. Yun Ho dan Dong Joo berdiri di pintu masuk untuk menyambut tamu. Dong Joo naik keatas panggung dan memperkenalkan diri sebagai Kepala Bagian Resort D.I di Pulau Jeju itu. Yun Ho juga naik ke atas panggung untuk menjelaskan proyek Resort. Dong Joo berbincang-bincang dengan para tamu penting.
Pesta pembukaan telah selesai. Dong Joo tampak kelelahan. Jin Young dtang menghampirinya. Jin Young memuji Dong Joo karena ia sudah melakukan yang terbaik. Namun Dong Joo tidak yakin apakah pesta tersebut sukses. Ia juga mengatakan bahwa ia sudah memasuki dunia nyata yang sangat sulit untuk dikatakan. Jin Young terus membesarkan hati Dong Joo, “Kakek pasti sangat senang”. Dong Joo berterima kasih kepada Jin Young atas bantuannya. Jin Young tersenyum dan berkata, “Jika kau mau berterima kasih... maka kita berkencanlah”. Tentu saja Dong Joo setuju. Jin Young menunjukkan kartu undangan pada Dong Joo, lalu berkata, “Temanku saat di Amerika mengundangku untuk datang ke acaranya. Maukah kau pergi ke sana bersamaku?” Dong Joo hanya mengangguk sambil tersenyum. Jin Young kembali berkata, “Cepatlah kau pulang, mandilah dengan air hangat.., minum bir yang segar kemudian istirahatlah...”
Dong Joo pulang ke rumah dan masuk kedalam kamarnya. Dong Joo kaget saat melihat ada sebuah bungkusan di dalam kamarnya itu. Dia melihat ada kartu ucapan selamat di bungkusan itu. Ternyata itu dari Da Ji. Kartu itu tertulis ’Dong Joo kau sudah bekerja keras. Walaupun aku tidak melihat namun aku yakin bahwa pesta itu sangat luar biasa. Aku memakai uang yang aku dapat dari bekerja sambilan di peternakan untuk membelikanmu hadiah. Walaupun tidak mahal, namun dibanding warnah putih, kau lebih cocok menggunakan baju berarna hitam’. <Dong Joo membuka bungkusan itu dan ternyata isinya kaus berwarna hitam. Dong Joo berkomentar sambil tersenyum, "Huh seleranya kampungan sekali".
Walaupun Dong Joo berkomentar bahwa baju pilihan Da Ji itu sangat kampungan, namun dia memakainya dan pergi ke restoran untuk bertemu Da Ji. Ahjusshi yang melihat kedatangan Dong Joo pun tersenyum apalagi melihat baju yang dikenakan Dong Joo. Ia pun berkata, "Kau kenapa datang kemari? Apakah semua sudah selesai?" Dong Joo menganggukan kepala dan bertanya, "Da Ji di mana?" Da Eun yang baru keluar dari dapur langsung menjawab, "Kakak pergi kencan." Raut wajah Dong Joo langsung berubah kesal saat mendengar ucapan Da Eun itu.
Da Ji pergi ke hotel Yun Ho dan dia pun membelikan hadiah untuk Yun Ho. Hadiah itu berupa kemeja dengan motif bunga. Yun Ho yang melihat hadiah itu sedikit heran dengan selera Da Ji, "Mm apakah ini bunga? Bunga apa ini?" Da Ji terdiam sejenak kemudian bertanya, "Apakah kau tidak menyukainya?" Yun Ho menjawab dengan cepat, "Bukan begitu... Aku menyukainya. Ini benar-benar tipe yang aku suka." Da Ji tersenyum senang mendengar hal itu, "Aku tau itu. Saat melihat baju itu, aku langsung berpikir bahwa baju itu akan sangat cocok untukmu. Di pulau Jeju harusnya memakai kemeja seperti ini karena in khas daerah Jeju". Yun Ho tersenyum.
Yun Ho lalu berkata, "Apakah ada yang mau kau tanyakan padaku mengenai diriku?" Da Ji terdiam sesaat dan bertanya, "Mm.. Sudah berapa kali kau pacaran?" Yun Ho terdiam sejenak kemudian ia menghitung menggunakan jari tangannya dan menjawab, "1...2....3...4...5...6..." Da Ji kaget, " 6 kali?" Tapi Yun Ho melanjutkan menghitung, "7...8..." Da Ji segera menghentikan Yun Ho yang masih akan menghitung dan bertanya, "Kapan cinta pertamamu?" Yun Ho menjawab, "Saat aku berusia 15 tahun. Dengan gadis yang usianya 3 tahun lebih tua dariku". Da Ji kembali terkejut mendengarnya, "Kau mendapatkan cinta pertama secepat itu?" Yun Ho menjawab, "Di Amerika, usia seperti itu tidak bisa di bilang cepat".
Da Ji terus bertanya, "Jadi pada usia itu Ahjussi bahkan sudah..." Yun Ho menganggukan kepalanya. Da Ji terlihat kecewa, "Huh ya aku pikir juga begitu. Kau pasti tidak akan membiarkan gadis itu pergi begitu saja." Yun Ho tertawa lalu mengenggam tangan Da Ji dengan lembut, "Sungguh disesalkan karena aku tidak melakukannya. Selama di Amerika, aku hanya bisa belajar... bekerja... tidak ada waktu seperti itu." Da Ji tersenyum, "Oh... Walaupun kau telah melakukannya itu tidak apa-apa. Karena orang yang Ahjusshi suka sekarang adalah Aku, iya kan?" Yun Ho tersenyum dan membelai lembut rambut Da Ji.
Da Ji terus bertanya, "Jadi pada usia itu Ahjussi bahkan sudah..." Yun Ho menganggukan kepalanya. Da Ji terlihat kecewa, "Huh ya aku pikir juga begitu. Kau pasti tidak akan membiarkan gadis itu pergi begitu saja." Yun Ho tertawa lalu mengenggam tangan Da Ji dengan lembut, "Sungguh disesalkan karena aku tidak melakukannya. Selama di Amerika, aku hanya bisa belajar... bekerja... tidak ada waktu seperti itu." Da Ji tersenyum, "Oh... Walaupun kau telah melakukannya itu tidak apa-apa. Karena orang yang Ahjusshi suka sekarang adalah Aku, iya kan?" Yun Ho tersenyum dan membelai lembut rambut Da Ji.
Lama-lama Yun Ho mendekati wajah Da Ji dan berniat untuk menciumnya (wah....................,,,)
Wow... ceritanya makin seru aja tuh.... Lanjut ya eps berikutnya... semangat n good luck for ur thesis..
BalasHapusSeru,,,, jadi ciuman gak ya Yun Ho Ahjussi sama Unnie... Dong Joo gmn??? makin penasaran aja..
BalasHapus