BEST COUPLE

Sabtu, 11 Juni 2011

ALL ABOUT LOVE: Sinopsis Paradise Ranch Episode 5


Yun Ho dan Da Ji tampak begitu kaget melihat Dong Joo keluar yang berteriak sambil memegang pakaian dalamnya. Da Ji terlihat kebingungan.



Lalu dengan  ekpresi yang masih setengah kaget, Yun Ho menyapa Dong Joo, “Lama tidak bertemu. Aku dengar kau tidak tinggal di resort tapi aku tidak menyangka kau tinggal di sini”.  Da Ji setengah panik dan mencoba menjelaskannya, “Ohh.. itu...”. Namun Dong Joo segera memotongnya,”Aku akan tinggal di sini sampai memdapatkan surat persetujuan dari masyarakat”. Dan Da Ji pun cepat-cepat membenarkannya,” Benar, ini saling menguntungkan”. Yun Ho bertanya pada Da Ji,” Begitu ya, jadi kau membantunya mendapatkan surat persetujuan itu?” Da Ji pun mengangguk. Dong Jo kembali menjelaskan pada Yun Ho,” Aku sudah berjanji padanya jika surat persetujuan itu sudah didapat, saya akan memberikan saham peternakan kepadanya. Jadi selain surat persetujuan itu, saya tidak akan mencampuri urusannya.” ”Maaf”, ucap Da Ji. Yun Ho berkata”, Aku mengerti. Kau berusaha keraslah.” Da Ji begitu kesal pada Dong Joo dan memberi isyarat agar Dong joo meninggalkan mereka. Dong Jo menatap kesal pada mereka dan kembali masuk ke dalam rumah.

Da Ji dan Yun Ho berjalan-jalan di peternakan sambil bergandengan tangan. Mereka mengobrol bersama. Yun Ho berkata, "Han Dong Joo membutuhkan surat persetujuan dari masyarakat dan kau ingin melindungi peternakan ini. Bukankah itu saling menguntungkan? Apakah itu sebuah masalah?" Da Ji menjawab lemas, "Tidak... Itu bukan masalah." Yun Ho kembali berkata, "Sebenarnya, pasti ada alasan yang memaksa jadi begini. Benar tidak? Bagaimanapun juga rasanya tidak nyaman. Apakah kalian tinggal di kamar yang sama?" Da Ji dengan cepat menjawab, "Tentu saja tidak." Yun Ho kembali tersenyum dan membelai-belai rambut Da Ji, kemudian meninggalkan Da Ji yang masih tersenyum bahagia.
  

Da Ji masuk ke dalam rumah sambil berlari-lari. Ia nampak begitu bahagia. Tapi senyum di bibirnya langsung hilang ketika mendapatkan Dong Joo di ruang tengah. Dong Joo berkata dengan dingin, "Bukankah kalian sudah berakhir? Hanya mimpi ya? Orang itu mengatakan apa padamu sehingga membuat otakmu tidak bisa berpikir dengan jelas?Seberapa besar kau mengenal dia? Kau masih saja menyukainya? Kau sangat menyukainya?" Da Ji balas bertanya dengan kesal, "Seberapa besar kau mengetahui Ajusshi hingga kau mengatakan ini?" Dong Joo menjawab dengan kasar, "Aku mengenalnya lebih baik dari pada kau! Mempunyai uang dan menggoda wanita..."


Da Ji berteriak kesal, "Apakah kau akan senang jika aku menghina wanita yang kau suka? Kenapa? Kau bilang kau tidak ada hubungan dengan dia. Tapi dia datang ke kamar hotelmu. Memelukmu dan mengatakan merindukanmu. Bukankah rasanya itu juga tidak enak dan membuatmu marah hah? Aku juga merasa seperti itu!!!" Dong Joo sangat emosi mendengar kata-kata Da Ji itu, "Aku seharusnya tidak tinggal disini". Da Ji menjawab, "Aku tidak pernah meminta kau untuk datang!" Dong Joo membentak, "Baiklah, aku akan keluar dari rumah ini! Walaupun jika aku tidak punya tempat untuk pergi, aku seharunya tidak pernah tinggal di rumah mantan istriku lagi! Apalagi kalau dia berpacaran dengan seseorang yang bekerja sama dalam perusahaan. Bukankah begitu?" Dong Joo pergi begitu saja meninggalkan rumah Da Ji.


Tiba-tiba terdengar suara Da Eun dari lantai atas, "Aku sungguh terkejut. Tapi apakah kau benar-benar berpacaran dengan Ajusshi? Aku pikir itu cintamu akan bertepuk sebelah tangan. Apakah Ajusshi juga menyukaimu? Apakah Ajusshi juga tau bahwa kau pernah menikah dan bercerai? Jika dia mengetahui bahwa mantan suamimu adalah Han Dong Joo, maka itu akan menjadi masalah besar." Da Ji terdiam memikirkan kata-kata adiknya, Da Eun.

Dong Joo sedang berada di ruangannya dan Asistennya berlari kearahnya, "Kepala Seo Yun Ho meminta bertemu dengan anda sekarang juga." Dong Joo menatap kesal asistennya itu, "Jika orang itu memintaku untuk menemuinya, haruskah aku melakukannya?" Asisten Dong Joo hanya terdiam.

Tapi akhirnya Dong Joo menemui Yun Ho. Dong Joo bertanya, "Apa ada sesuatu yang harus diganti? Pohon jeruk dan batu ini harus diganti, bukankah sudah ditentukan?" Asistennya menjawab, "Ya. Tapi ini adalah ciri khas pemandangan desa ini. Jadi kita  tidak harus menggantinya”. Yun Ho berkata, "Aku lah yang meminta untuk melakukan semua ini. Hal ini lumayan bagus. Dapat menghemat biaya. Mengapa harus merubah pepohonan dan batu yang masih dalam kondisi baik hanya untuk merubahnya dengan pohon yang lebih mahal? Lagi pula inilah pemandangan asli Pulau Jeju." Dong Joo menatap kesal, "Kami sudah menentukannya sejak awal, sepertinya kami tidak bisa membantu Kepala Seo." Yun Ho tersenyum, "Sejak awal kau sudah banyak membantu dengan memberikan banyak informasi".
Dong Joo berkata pada Asistennya, "Baguslah. Lain kali jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk merubah sesuatu. Dan kau juga harus memikirkan referensi dan keuntungannya. Agar Kepala Seo juga mengerti semua ini." Asisen Dong Joo menjawab, "Ya baiklah." Dong Joo kemudian pergi begitu saja meninggalkan Yun Ho.

Dong Joo berjalan pergi dan dia bertemu dengan Jin Young. Mereka terlihat canggung. Jin Young memberikan sebuah berkas pada Dong Joo, "Ini proposal untuk pembangunan. Ah jadi canggung begini...”, ucap Jin young. Dong Joo tersenyum, "Mm.... Kemarin aku mabuk. Ini salahku. Jangan simpan dalam hati." Jin Young balas tersenyum "Terima kasih. Kata-katamu pada saat itu memberikan aku keberanian." Dong Joo berkata, "Jika itu karena aku maka jangan lah berpura-pura." Jin Young terlihat kecewa, "Apakah aku terlihat seperti sedang berpura-pura? Aku ingin mencoba yang terbaik. Jika kau bisa.... Mmm aku merindukanmu... Apakah kau merindukanku juga? Kenapa kau bisa menyukaiku? Seberapa besar perasaanmu itu padaku? Apakah kau selalu sibuk? Lalu bagaimana kita bisa bertemu? Apakah kau makan dengan baik? Aku ingin sekali mengatakan kata-kata itu padamu. Aku pikir kau akan mengerti mengapa ini begitu sulit. Tapi bagiku untuk mengatakan kata-kata ini akan menjadi aneh. Maafkan aku."
Jin Young berbalik dan berniat berjalan pergi, namun Dong Joo segera meraih tangannya. Dong Joo bertanya, "Apakah kau sibuk hari ini?" Jin Young menjawab, "Ya." Dong Joo kembali bertanya, "Lalu kapan kita bisa bertemu? Aku punya waktu malam ini dan besok. Kau bisa memutuskan apa yang akan kita makan. Aku bukan pemilih makanan." Jin Young menangguk senang. Dong Joo mendekatinya dan memeluk Jin Young. Dong Joo lalu berkata pada Jin Young, "Aku tidak mau aku yang menghubungimu lebih dulu." Jin Young tersenyum mendengarnya.

Da Ji berjalan keluar dari Resort dan terkejut saat melihat Dong Joo yang sedang berpelukan dengan Jin Young.

Da Ji pergi ke peternakan dan mulai mengomel kesal, "Sebagai manajer tidak seharusnya dia berpelukan dengan seorang di lingkungan perusahaan". Da Ji lalu tersenyum saat melihat Yun Ho yang berjalan meninggalkan peternakan bersama dengan beberapa orang dari perusahaan. Dia tiba-tiba teringat kata-kata adiknya, "Apakah kau sudah memberitahukan mengenai perceraianmu itu? Jika Dong Joo bertemu dengan Ahjusshi di kantor maka suasananya akan terlihat canggung. Ah bukankah Dong Joo akan segera pergi? Kalau begitu berpura-puralah kau tidak tau apa-apa dulu. Kau hanya perlu memberitahu masalah perceraian ini saat Ahjusshi benar-benar mencintaimu hingga dia tidak bisa melepaskanmu." Da Ji bergumam pelan, "Huh.... aku sungguh tidak tau harus bagaimana”. Tiba-tiba HP Da Ji berbunyi dan Da Ji mengangkatnya dengan kasar.

Da Ji bertemu dengan Dong Joo di tempat pembuatan surat tanah. Dong Joo berkata pada Da Ji, "Walaupun aku sudah mengatakannya sebelumnya bahwa aku harus mendapatkan  surat persetujuan masyarakat terlebih dulu baru memberikan surat peternakan padamu, tapi aku sudah mengambil keputusan untuk memberikan peternakan dulu padamu. Setelah surat persetujuan itu di dapatkan maka saya akan memberikannya kepada direktur." Da Ji berkata, "Aku akan membayar 30.000.000 won bulan ini." Dengan dinginnya Dong Joo berkomentar, "Aku tidak butuh uang. Bagaimanapun juga jangan katakan apapun padaku dalam 24 jam kedepan. Kau ambil saja itu." Da Ji kesal, "Kau pikir aku ini pengemis hah? Tidak bisa, pokoknya aku akan memberikan uang itu padamu”. Dong Joo lalu berkata kembali, "Yang paling penting, mulai hari ini kita jangan bertemu lagi". Da Ji lalu bertanya dengan nada setengah mengejek, "Kenapa? Kau takut kalau pacarmu tau bahwa kau tinggal di rumah mantan istrimu?" Dong Joo marah, "YA! Kau harus segera menyelesaikan ini! 80% dari tanah peternakan ini adalah milikku!" Da Ji balas marah, "Hanya tanahnya yang milikmu!" Tiba-tiba saja orang yang membuat surat tanah itu berkata, "Surat jual-beli tanah ini tidak bisa di lakukan." Da Ji dan Dong Joo kaget mendengarnya.

Da Ji dan Dong Joo pun keluar dari tempat itu dengan penuh kekesalan. Dong Joo marah, "Hal ini benar-benar membuatku marah!!" Da Ji bertanya pada Dong Joo, "Apakah kita bisa mendapatkan tanah peternakan itu dalam waktu 2 bulan?" Dong Joo menatap kesal pada Da Ji dan menjawab, "Tentu saja bisa, tanah itu milikku!" Da Ji berteriak kesal, "Hanya tanahnya yang milikmu!! Kau bahkan tidak akan bisa mendapatkannya tanpa usahamu itu!!" Dong Joo bertanya, "Harga tanah itu bukan masalah? Hey bukankah kau sudah mengatakan bahwa kau akan membantuku?" Da Ji menjelaskan, "Ini bukan masalah uang. Bukankah ini sangat aneh? Jelas-jelas kau manajer yang di usir dari resort dan kau hanya bisa tinggal di rumah kami dan peternakan itu." Dong Joo kembali membentak marah, "Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak akan tinggal di rumahmu lagi hah?" Dong Joo masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja.

Da Ji sedang mengangkat jemuran di rumahnya dan mengomel kesal saat melihat pakaian Dong Joo yang ada di jemuran. ”Lihat, pakaian dalam hanya satu. Jorok sekali!”. Tiba-tiba dari kejauhan Dong Joo berjalan pulang ke rumah Da Ji. Da Ji menyindirnya, "Huh bukankah kau bilang bahwa kita tidak akan bertemu lagi?" Dong Joo menjawab, "Aku kemari untuk mengambil barangku”. ”Pergi saja, aku tidak akan menghentikanmu”, ucap Da Ji kesal. Dong Joo langsung masuk kedalam rumah dan semakin membuat Da Ji kesal.

"Da Ji Ah!!", Tiba-tiba Da Ji mendengar seseorang memanggil namanya. Da Ji menoleh ke arah jalan masuk peternakan dan dari kejauhan Da Ji melihat Ayahnya sedang berjalan sambil melambaikan tangan. Da Ji begitu panik, cepat-cepat ia menyimpan jemuran dan berlari masuk ke dalam rumah. Ayah Da Ji kebingungan melihatnya.

Da Ji segera masuk ke kamar Dong Joo tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Dong Joo yang saat itu sedang mengganti baju pun sangat kaget dan kesal melihat Da Ji. Da Ji berkata dengan panik, "Ayah... Ayahku datang." Dong Joo ikut panik mendengar hal itu. Dong Joo dan Da Ji pun segera membereskan semua pakaian Dong Joo di dalam kamarnya(sebenarnya sih kamar itu milik kamar ayah Da Ji)  dan di pindahkan ke kamar Da Ji yang ada di lantai 2 (hahahaha... lucu banget liat mereka berdua kelabakan beresin barang-barang Dong Joo). Sementara Ayah Da Ji terus menerus mengetuk pintu rumah yang di kunci oleh Da Ji.
Da Ji merapikan dirinya dan membukan pintu sambil berusaha untuk tersenyum saat kepada Ayahnya. Ayah Da Ji masuk kedalam rumah sambil membawa pakaian jemuran yang tadi di tinggalkan Da Ji di luar rumah. Ayah Da Ji bertanya, "Kenapa kau mengunci pintu? Bukankah tadi kau melihat Ayah datang?" Da Ji kebingungan menjawab, "Itu... Ah tadi aku sakit perut”, Da Ji berpura-pura sakit sambil memegangi perutnya. Ayah Da Ji tertawa, "Ah pantas saja kau lari begitu tergesa-gesa." Da Ji panik melihat pakain dalam Dong Joo terlihat di antara jemuran yang di bawa ayahnya. Kemudian masih begitu panaik, Da Ji bertanya, "Mengapa ayah tidak mengatakan padaku bahwa ayah akan pulang?" Ayah Da Ji menjawab, "Aku ada pekejaan di dekat sini. Kenapa? Apakah kau tidak senang melihat ayah pulang?" Dengan cepat Da Ji menjawab, "Tidak. Jika ayah menelponku terlebih dahulu tentu aku akan memasakan sup ayam kesukaan ayah”. “Wajahmu begitu merah, apa kau tidak enak badan?”Da Ji menjawab sambil memegang kepalanya,” Benar, sedikit masuk angin. Aku akan makan obat.”

Ayah Da Ji berkata, "Ah di lantai 2 ada kotak obat." Ayah Da Ji berniat pergi kelantai 2 untuk mengambil obat namun Da Ji segera menghentikannya, "Tidak.. tidak perlu. Barusan aku minum obat. Ayah  sebaiknya kau mengganti pakaianmu dulu saja." Ayah Da Ji terlihat agak bingung melihat tingkah Da Ji. Dia berdiri namun tiba-tiba terdengar suara HP berbunyi dari lantai 2. HP Dong Joo berbunyi dan Dong Joo dengan cepat  keluar dari persembunyiannya dalam lemari dan segera melepaskan baterai Hpnya (hahahahahahaha...) 

Da Ji berkomentar, "Ah telponnya sudah tidak berdering lagi. Itu pasti Da Eun." Ayah Da Ji bertanya, "Mengenai Resort... Apakah Tuan Yang mengatakan sesuatu padamu?" Da Ji menjawab, "Tunggu... Gantilah pakaian ayah terlebih dahulu. Biar aku yang merapikan pakain ini". Ayah Da Ji melihat pakaian laki-laki di tumpukan baju dan dia bertanya, "Tunggu, pakaian siapa ini?" Da Ji kaget dan menjawab, "Ah... aku membeli pakaian itu untuk Ayah." Ayah Da Ji tertawa, "Baju ini seperti baju yang dipakai anak-anak muda. " Da Ji berkomentar, "Aku juga ingin agar ayah terlihat lebih muda." Ayah Da Ji tersenyum, "Kalau begitu nanti kita pergi makan bersama Da Eun." Da Ji mengangguk. Ayah Da Ji kemudian pergi ke kamarnya.

Da Ji segera berlari ke kamarnya dan menemui Dong Joo, "Cepatlah keluar!!!"

Da Ji segera berlari ke kamarnya dan menemui Dong Joo, "Kau cepatlah keluar!!!"
Di depan rumah Da Ji tampak Yun Ho sedang keluar dari mobil bersama Asistennya. Yun Ho tersenyum saat melihat ada mobil Dong Joo di depan rumah Da Ji. Yun Ho berkata pada Asistennya, "Aku akan pulang sendiri, jadi Hyung pulanglah duluan." Da Eun pulang ke rumah dan melihat Yun Ho, "Kita bertemu lagi paman. Benarkah Ajusshi berpacaran dengan kakakku?" Yun Ho tersenyum, "Kenapa? Apakah kau tidak menyukai aku? " Da Eun menjawab, " Aku suka atau tidak padamu itu tidak penting, yang penting kakakku suka padamu. Walaupun kau tidak masalah dengan penampilan fisik, tapi apakah kau telah memikirkannyaa hah?" Yun Ho hanya tersenyum mendengarnya.Yun Ho lalu berkata pada Asistennya, "Hyung kau pulanglah lebih dulu." Da Eun melihat asisten Yun Ho dan terpana karena sangat tampan. Da Eun dengan cepat berkata, "Ahjusshi, Kakakku ada di rumah. Makanlah dulu baru pulang. Ah Ahjusshi (asissten Yun Ho)itu juga ikutlah makan bersama".

Ayah Da Ji melihat dirinya sambil tersenyum di cermin setelah memakai pakaian Dong Joo yang di kira dibelikan Da Ji untuknya. Tiba-tiba mata ayah Da Ji tertuju pada celana training dan kemeja laki-laki yang tercecer di bawah lemari kamarnya. Dia begitu kebingungan. Da Ji dan Dong Joo dengan mengendap-endap hendak keluar dari kamar Da Ji. Namun mereka gagal keluar karena mendengar suara ayah Da Ji.
Ayah Da Ji mengiterogasi Da Ji sambil menunjukkan barang-barang laki-laki di depan Da Ji, "Di mana pemilik barang-barang ini?" Da Ji kaget dan kebingungan menjelaskan pada ayahnya, ”Ayah...”,,  Ayah Da Ji kembali berkata, "Ayah benar-benar marah kali ini. Bagaimana ayah harus mempercayaimu?" Dong Joo berniat keluar menemui Ayah Da Ji untuk menjelaskan semuanya namun tiba-tiba Da Eun dan Yun Ho masuk, "Unni, Ahjusshi datang kemari." Da Ji yang melihat kedatangan Yun Ho pun terlihat sangat terkejut. Da Eun yang tidak tau apa yang sedang terjadi pun dengan santainya menyapa ayahnya, ”Ayah, kapan datang?” Ahjusshi, Ini adalah Ayah kami. Ayah, ini adalah pacarnya Kakak”, katanya memperkenalkan mereka. Yun Ho pun menunduk dan memberikan salam pada Ayah Da Ji.


Ayah Da Ji langsung bertanya pada Yun Ho, "Apakah barang-barang ini milikmu? Yun Ho tampak kebingungan. ”Aku sedang bertanya padamu!", lanjut ayah Da Ji menahan amarahnya. Da Ji semakin panik. Yun Ho tiba-tiba menjawab, "Iya benar, ini milikku." Da Ji kaget mendengarnya. Dong Joo yang diam-diam menguping pembicaraan itu pun begitu kaget mendengarnya. Yun Ho berkata kembali, "Tempat tinggalku belum disiapkan sehingga beberapa hari ini aku tinggal. Maaf membuat anda cemas." Da Ji mencoba menjelaskan yang sebenarnya namun Da Eun segera mengalihkan pembicaraan, "Ayah, Pacar Kakak ini bukankah dia tampan? Hey apakah kita terus membuat tamu kita berdiri seperti ini?"

Akhirnya mereka pun duduk di ruang tengah. Da Eun melihat kartu nama Yun Ho yang di berikan pada Ayah Da Ji dan dia berkomentar, "Bukankah perusahaan Friends ini sangat terkenal? Jabatanmu adalah seorang CEO, wow bukankah itu jabatan yang sangat tinggi." Ayah Da Ji berkomentar, "Lalu kenapa jika dia memiliki jabatan yang tinggi? Harusnya dia memiliki sopan santun! Mengapa kau tinggal disini? Di tempat ini ada 2 orang anak perempuan yang tinggal." Yun Ho meminta maaf pada Ayah Da Ji. Da Ji berusaha menjelaskan yang sebenarnya namun lagi-lagi Da Eun memotong ucapannya, "Ayah kau tidak boleh seperti ini. Ahjusshi ini sudah banyak membantu kakak saat di Australia. Saat Tuan Yang marah juga paman juga sangat membantu kami.Tidak bisakah dia tinggal di sini untuk beberapa hari saja?" Da Ji berkata pelan pada Ayahnya, "Ayah, setelah Ahjusshi pergi maka aku akan menjelaskan semuanya padamu."


Ayah Da Ji meminum sojunya dan Yun Ho dengan cepat menuangkan kembali soju pada gelas Ayah Da Ji. Ayah Da Ji berkata, "Anakkku ini bukanlah tipe orang yang dengan sembarangan membiarkan seorang laki-laki tinggal di rumah. Apa hubunganmu dengan Da Ji?" Yun Ho menjawab, "Walaupun kami belum lama berpacaran tapi kami saling menyukai." Da Eun langsung tersenyum ke arah Da Ji. Sementara Dong Joo yang mendengar semua dari kamar  hanya terdiam. Ayah Da Ji berkata, "Bagaimanapun juga di rumah ini ada 2 orang anak perempuan. Dan ada tetangga, juga ada seorang adik disiini." Da Eun berkomentar, "Lalu, jika tidak ada aku dan tetangga maka mereka bisa tinggal bersama?" Ayah Da Ji pun memarahi Da Eun, "Kau naiklah ke atas dulu." Da Eun terlihat cemberut mendengarnya.

Da Ji berkata, "Ayah, dalam keadaan perut kosong jangan terlalu banyak minum." Sepertinya Ayah Da Ji tidak mempedulikan ucapan Da Ji dan dia bertanya pada Yun Ho, "Apa yang kau suka dari Da Ji sehingga kau ingin berpacaran dengan dia?" Yun Ho menjawab, "Saat aku melihatnya tanpa disadari aku merasa bahagia." Dong Joo yang mendengar hal itu berkomentar sendiri, "Bahagia apanya? Bahkan aku tidak bisa bernafas jika ada di dekatnya..." Ayah Da Ji bertanya pada Da Ji, "Da Ji apakah kau pikir dia orang yang baik?" Da Ji mengangguk sambil tersenyum. Ayah Da Ji lalu berkata kembali, "Karena anakku bilang bahwa kau adalah orang baik maka kau pasti orang baik. Walaupun aku adalah Ayahnya, jika dia mengatakan kau baik dan dia suka padamu maka aku tidak bisa melarangnya." Dong Joo lagi-lagi terlihat tidak senang mendengar hal ini.
Ayah Da Ji kembali berkata pada Yun Ho, "Dia ini anak yang jenius dan memenangkan beberapa kompetisi di korea dalam bidang matematika." Da Ji terlihat malu, "Ayah untuk apa mengungkit masa lalu?" Da Eun ikut bergumam, "Itu hanya sejarah lama." Ayah Da Ji berkata lagi, "Jika dia tidak mempunyai ayah seperti saya ini, mungkin saja dia bisa memiliki karir yang bagus, namun sayangnya dia memiliki Ayah sepertiku sehingga dia menderita. Karena kami di kejar-kejar penagih hutang dia memutuskan untuk tidak kuliah. Anak ini seharusnya bekerja di ruang penelitian, tidak disangka harus menderita selama 6 tahun ini". Dong Joo di dalam kamar terdiam mendengar kata-kata Ayah Da Ji itu. Da Ji berkata pada Ayahnya, "Ayah, jangan minum lagi. Ayah sudah berbicara yang tidak-tidak lagi”. ”Anak ini......,”ucap ayahnya namun segera dipotong oleh Da Ji,” Ayah mulai lagi....Lalu bagaimana dengan peternakan ini? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa peternakan ini adalah mimpiku."



Da Ji berjalan keluar rumah bersama dengan Yun Ho. Da Ji berkata, "Ahjusshi maafkan aku." Yun Ho balas tersenyum dan berkata, "3495 dikalikan 2834 berapa hasilnya?" Da Ji bingung dengan pertanyaan Yun Ho, Yun Ho kemudian berkata kembali, "Apakah ini yang dinamakan orang yang jenius dalam matematika?" Da Ji berfikir sesaat dan menjawab, "9904830." Yun Ho kaget mendengarnya, "Benarkah? Tunggu sebentar" Yun Ho mengeluarkan HPnya dan berniat memeriksa jawaban Da Ji di kalkulator HPnya, namun Da Ji segera menghentikannya dan berkata, "Maaf. Ini benar-benar memalukan." Yun Ho tersenyum dan menjawab, "Ini hal bagus yang dikatakan ayahmu untuk mengetahui banyak hal tentangmu. Hah sepertinya aku harus berterima kasih pada Han Dong Joo karena hal ini, karena dia jadi mendapatkan kesan yang baik tentangmu" Da Ji terdiam dan ingin menjelaskan hubungan dia yang sebenarnya dengan Dong Joo namun dia tidak berani mengatakannya.
Yun Ho berkata, "Ekspresimu itu tidak cocok denganmu, seperti ekpresi orang yang bersalah. Jika kau ingin meminta maaf maka besok ayo kita makan malam bersama. Aku akan membuatkanmu masakan yang lezat." Da Ji tersenyum, "Baiklah kalau begitu aku akan makan yang banyak." Yun Ho berkata, "Wajahmu ini terlihat tidak jenius?" Da Ji tertawa, "Banyak orang yang mengatakan hal seperti itu." Yun Ho ikut tertawa mendengarnya.


Da Ji masuk kedalam kamarnya dan dia kebingungan saat melihat tidak ada Dong Joo di dalam kamarnya itu. Da Ji berusaha menelpon HP Dong Joo namun tidak aktif. Da Ji pun kebingungan, "Dia pergi kemana??"  Ternyata Dong Joo sudah berhasil keluar dari Rumah Da Ji. Dong Joo menatap Rumah Da Ji dan ingat kata-kata Ayah Da Ji dan Da Ji tadi, "Anak ini tidak seharusnya bekerja disini." ”Lalu kenapa dengan peternakan. Ini adalah impianku”, kata-kata Da Ji terngiang-ngiang di ingatannya.

Dong Joo pulang ke rumahnya di Seoul dan terkejut saat melihat Ibunya di dalam rumah, "Ibu sudah berbaikan dengan Ayah??" Ibu Dong Joo menjawab, "Bukankah kau datang karena menerima telpon? Kakek sakit. Ayo masuklah kekamarnya." Dong Joo kaget mendengarnya.

Kakek Dong Joo berbaring di tempat tidur dan ada dokter di sampingnya. Ayah Dong Joo berkata, "Bagaimana bisa dia terkena serangan jantung? Kemarin dia masih bisa berteriak padaku. Aigooo... Ayah!!" Dong Joo berkata pada Dokter, "Bukankah sebaiknya dia segera di operasi? Cepatlah bawa dia ke rumah sakit." Kakek mencubit Dokter sehingga Dokter dengan cepat berkata, "Karena usianya yang sudah tua, tidak baik melakukan  operasi”. Ibu Dong Joo berkata,”Tapi lebih baik tinggal di rumah sakit”. Dokter cepat-cepat menjawab, ”Dan dari pada di rawat di rumah sakit.... Di rawat di rumah oleh anggota keluarganya adalah hal yang lebih baik. Keluarganya harus memperhatikan dia dan jangan membuatnya stress." Kakek berkata pelan, "Sudahlah.... Siapa yang akan merawatku di rumah? Sebaiknya cari saja rumah sakit perawatan untukku." Ayah Dong Joo kaget mendengarnya, "Ayah.... jangan berkata seperti itu. Aku tidak bisa tenang kalau ayah tinggal di tempat yang seperti itu". Kakek menjawab, ”Kamu saja tidak becus mengurus perusahaan, bagaimana mau menjaga aku”.

Dong Joo berkata pada Kakek, "Aku akan tinggal disini. Aku akan kembali dari Pulau Jeju itu untuk merawatmu." Kakek setengah marah mendengar ucapan Dong Joo, "Huh apa yang bisa kau lakukan? Aigoo... Aku seharusnya mati saja karena tidak ingin membebani anak-anak." Ibu Dong Joo berkata, "Ayah mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku akan kembali." Kakek berkata, "Bagaimana mungkin aku boleh merepotkanmu lagi? Suamimu ini dan Dong Joo sudah sangat menyusahkanmu." Ibu Dong Jo berkata kembali, "Jangan berkata seperti itu. Aku akan merawat Ayah." Kakek berkata kembali, "Bok Shim ah, jika kau kembali maka kau harus tetap mendapatkan permintaan maaf dari putraku itu." (Kakek mengerlingkan matanya pada dokter. Hehehehe.. sepertinya kakek pura-pura sakit untuk menyatukan ayah dan ibu Dong Joo lagi deh).

Dong Joo dan ayahnya pergi keluar dari kamar Kakeknya. Ayahnya berkata, ” Sudah mendengarnya berbicara membuatku sedikit tenang”. Dong Joo bertanya pada Ayahnya, "Apakah Kakek akan baik-baik saja?" Ayah Dong Joo menjawab, "Jangan khawatir. Dia akan segera sembuh. Jika Kakek meninggal maka kita bisa menjadi orang miskin. Jadi kita harus mendapatkan wasiatnya dulu". Dong Joo marah mendengar ucapan ayahnya, "Apa yang kau bicarakan? Kakek tidak akan meninggal! Lagi pula kita sedang membangun di Pulau Jeju (Peternakan Da Ji)." Ayah Dong Joo berkomentar, "Aigoo kau berteriak apa. Apa yang kau maksud dengan pembangunan?” Dong Joo bingung lalu bertanya, ”Bukankah kau yang melakukannya”. Tapi ayah Dong Joo berkomentar lain, ”Huh tidak mudah mengatur wanita itu(Ibu Doong Joo)." Dong Joo bertanya kebingungan, "Apakah aku tidak perlu mengurus surat persetujuan masyarakat itu?" Ayah Dong Joo berkata, "Huh surat persetujuan itu hanya membuang-buang waktu saja. Aku akan bisa mendapatkan itu bulan depan. Kau hanya cukup tetap tinggal di sana hingga waktu yang ditentukan."
Ibu Dong Joo datang dan bilang bahwa Kakek mencari Dong Joo. Dong Joo dan Ayahnya pun langsung masuk kedalam kamar Kakek kembali.


BERALIH KE SCENE LAIN

Da Ji kaget saat mendengar bahwa Tuan Yang ingin memasukan Paulist kedalam sebuah kompetisi kuda.Da Ji bertanya, "Kau mau dia berkompetisi?" Tuan Yang menjawab "Tentu saja. Apalagi hadiah yang di tawarkan mereka sangat besar. Aku akan menyerahkan masalah ini padamu karena kaulah yang membuat aku membeli kuda seharga 20.000.000 won ini." Da Ji kebingungan, "Tapi untuk membuat kuda ini berkompetisi ini sangat sulit." Tuan Yang berkata, "Apakah kau lupa bahwa aku yang mengeluarkan banyak uang untuk membeli kuda ini?? Huh kuda ini benar-benar payah. Pokoknya kau harus membuat dia juara 1, aku tidak menerima juara 2!!"


Dong Joo berbicara pada Kakek, "Aku berencana untuk fokus pada tanah itu. Aku akan mencari tempat tinggal sementara di sana". Kakek tampak kaget. Ayah Dong Joo pun kaget mendengarnya, "YA!! Bukankah dokter sudah bilang kau tidak boleh membuat kakek stress?" Kakek bertanya pada Dong Joo, "Jadi kau kembali kemari untuk membicarakan masalah ini?" Dong Joo menjawab, "Tidak. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama. Memikirkan jika Kakek kehilangan sebagian tanah itu dan masalah lainnya. Kakek, aku sudah mendapatkan 2 buah surat persetujuan masyarakat." Kakek kaget, "Kau sudah mendapatkan 2 buah surat? Cepat sekali." Dong Joo tersenyum, "Bulan depan aku yakin aku bisa mendapatkan surat persetujuan itu. Bagaimanapun juga jangan menjual tanah itu. Itu yang ingin aku katakan padamu." Ayah Dong Joo terlihat kesal dengan ucapan Dong Joo.

Sementara itu Kakek Dong Joo terlihat senang melihat perubahan sikap Dong Joo, "Walaupun kau (Ayah Dong Joo) berusaha merubah dia namun pada akhirnya tetap saja Dong Joo ini mirip denganku. Kau tidak perlu khawatir cucuku, aku tentu saja tidak akan menjual tempat itu”. Ayah Dong joo tampak begitu kesal.


Ayah Dong Joo masuk kedalam kamar dan melihat Ibu Dong Joo sedang melipat baju. Ayah Dong Joo berkata, "Kau sepertinya sudah membawa semua bajumu untuk kembali kemari." Ayah Dong Joo membuka pintu lemari dan kaget saat melihat pakaiannya tidak ada. Ibu Dong Joo berkata, "Semua barangmu sudah di pindahkan ke kamar Dong Joo." Ayah Dong Joo kesal, "Kenapa aku harus pindah ke kamar Dong Joo?? Ini adalah kamarku!" Ibu Dong Joo berkata, "Lalu kau ingin tidur sekamar denganku hah?" Ayah Dong Joo menjawab, "Siapa yang bilang bahwa aku ingin berbagi kamar denganmu? Melihat bayanganmu saja aku tidak mau!” Ibu Dong Joo dengan menjawab, "Makanya aku sudah membantu memindahkan barang-barangmu."

Dong Joo kembali pulang ke rumah Da Ji. Da Ji sedang berbicara pada Paulist kuda peliharaannya. Begitu melihat Dong Joo datang, ia pun berberkomentar, "Kau ini bukan anak kecil lagi, apakah sudah terbiasa kabur dari rumah?" Dong Joo bertanya, "Apakah ini rumahku?" Da Ji kesal, "Apakah kau tau berapa kali aku mencoba menelponmu? Bukankah kau tidak pergi bekerja?" Dong Joo berkata pelan, "Apakah kau sedang mengintrogasiku? Saat aku mendapatkan surat persetujuan masyarakat maka aku akan mengembalikan peternakan ini padamu. Jadi mulai besok harus lebih serius agar mendapatkan surat persetujuan itu. Aku kemari untuk mengambil barang-barangku. Tinggal disini tidak baik untukmu dan aku". Da Ji bertanya, "Kenapa? Apakah pacarmu tidak senang? Jika tidak, maka tinggalah di sini”.  Dong Joo berkata, "Kau tidak khawatir dengan Yun Ho? Jika kita terus seperti ini, apakah dia senang jika kita begini? Da Ji mengatakan menjawab bahwa Yun Ho tidak apa-apa. Lalu Dong Joo menyela, ”Kau dan aku.... Hmm jika aku pindah maka dia justru akan senang sekali dan bisa membantumu." Da Ji terdiam dan berkomentar, "Kau melakukan hal ini untuk peternakan kami juga... Kau tidak bisa tinggal di Resort dan kau juga harus mendapatkan surat persetujuan itu. Walaupun kau tidak nyaman tinggal di rumahku, tapi hanya inilah yang aku bisa lakukan. Kau istirahatlah."

Dong Joo pergi ke kamarnya dan kaget saat melihat semua pakaian di kopernya sudah tersusun rapi di dalam lemari. Da Ji datang dan berkata, "Aku harus pergi ke luar sebentar. Makan malam sudah aku siapkan, makanlah. Dan itu... Apakah tidak apa-apa jika aku memberi tahu Yun Ho mengenai hubungan kita? Da Eun mengatakan padaku agar tidak mengatakan hal ini." Dong Joo berkata, "Ya terkadang kejujuran itu bisa menyakitkan. Dia tidak tau itu akan jauh lebih baik." Da Ji mengerti, "Ya aku tau. Aku akan segera pulang nanti."

Dong Joo lalu berkata, "Jika kau mau pergi ke Restaurant(Milik Ahjusshi dan Ahjumma) maka ayo pergi bersama." Da Ji tersenyum bingung dan menjawab, "Aku tidak pergi kesana." Dong Joo langsung bertanya, "Kau pergi bertemu dengan Seo Yun Ho?" Da Ji mengangguk ketakutan, "Ahjusshi bilang bahwa dia akan menyiapkan makan malam. Dong Joo menghela nafas lemah, ”Aku malah menanyakan urusan pribadimu. Pergilah...”


Da Ji pergi ke Resort tempat Yun Ho menginap dan dia sempat memikirkan masalah Dong Joo namun dengan cepat menghapus pikiran itu. Yun Ho membukakan pintu untuk Da Ji dan tersenyum, "Apakah kau sudah mencuci rambutmu?" Da Ji menajawab, "Tentu saja." Yun Ho melihat Da Ji membawa sesuatu dan dia pun bertanya, "Apa yang kau bawa?" Da Ji berkata, "Ini bir.Perkebunan kami memiliki kualitas bir yang terbaik. Ini sangat enak. Aku dengar paman sangat menyukai bir." Yun Ho bertanya, "Itu ada 2 botol. Apakah kau bisa minum bir juga? Ayo kau masuklah kedalam." Da Ji tersenyum dan masuk kedalam tempat tinggal Yun Ho.

Dong Joo bekerja di Restaurant Ahjusshi itu sendirian karena tidak ada Da Ji yang membantu. Dong Joo terlihat sangat kesusahan bekerja sendirian. Ahjumma bertanya padanya, "Sangat sibuk disini. Mengapa Da Ji tidak ada disini?" Dong Joo mengeluarkan jam-nya dan terlihat kesal karena sudah sangat malam namun Da Ji belum juga pulang.
Da Ji masih berada di tempat Yun Ho dan Yun Ho sedang menggambarnya. Da Ji bertanya, "Kau sangat sibuk namun kau tetap meluangkan waktu untuk makan bersamaku dan melukis aku, Apakah itu baik-baik saja?" Yun Ho tetap fokus menggambar dan menjawab, "Tentu itu tidak baik-baik saja." Da Ji cemberut dan kembali bertanya, "Apakah ini benar-benar membuat masalah untukmu?" Yun Ho menjawab, "Walaupun ini masalah, tapi kita harus tetap bertemu, Meluangkan waktu untuk bertemu dan menyempatkan waktu special. Karena kau sangat special." Da Ji tersenyum mendengarnya dan berkomentar, "Aku tidak begitu menyukai kata 'special'.... Apakah kau begitu menyukaiku? Ahjusshi, sejak kapan kau menyukaiku?" Yun Ho berfikir sambil terus melukis, "Hmm mulai kapan ya? Aku tidak begitu ingat dengan jelas." Da Ji cemberut dan bertanya kembali, "Kalau begitu, apa yang kau suka tentang aku?" Yun Ho menatap Da Ji dan balas bertanya, "Kalau kau apa yang kau suka tentang aku?" Da Ji menjawab, "Itu rahasia...."

Da Ji berusaha melihat hasil lukisan Yun Ho namun Yun Ho melarangnya, "Jika kau tidak mengatakan alasannya padaku maka aku tidak akan memperlihatkan hasil lukisannya padamu." Da Ji diam cemberut dan berkomentar, "Hmm dadamu. Aku bisa melihatnya karena kemejamu terbuka. Ini menggodaku. Itu sebabnya aku tidak mengatakan hal itu." Yun Ho tersenyum dan menjahili Da Ji dengan sengaja membuka kancing bajunya, "Berapa banyak kancing? Apa 2 kancing di buka sudah cukup? Atau tiga? " Da Ji tertawa dan menjawab, “Empat”.
Da Ji pulang ke rumah dengan perasaan begitu bahagia sambil membawa hasil lukisan Yun Ho. Dong Joo yang melihat kertas gambar itu pun merebutnya dan berkomentar bahwa lukisan itu sangat kuno dan kaki Da Ji terlihat sangat pendek.  Da Ji dengan sangat kesal dan merebut kembali lukisan itu dan menatap Dong Joo, "Huh mengapa kau mencari masalah??" Dong Joo berkomentar, "Kau pulang terlambat. Seorang gadis sepertimu pergi begitu larut malam ke rumah laki-laki". Da Ji berkata marah pada Dong Joo, "Bukankah kau sudah bilang bahwa kita tidak usah saling mencampuri urusan pribadi kita?" Dong Joo menjawab, "Ini sudah larut malam. Dan lagi kau meninggalkan adikmu sendirian di dalam rumah. Apakah kau ini masuk akal? Adikmu itu bisa belajar banyak hal tidak baik darimu. Dan lagi aku harus bekerja sendirian di Restaurant. Kau tau kan bahwa bekerja sendiri itu sangat melelahkan?"
Da Ji terlihat bener-benar sangat kesal dengan omelan Dong Joo. Dong Joo kembali mengomel, "Dengan kau makan bersama Yun Ho itu apakah kau bisa mendapatkan surat persetujuan masyarakat?" Dong Joo masih saja terus mengomel kemudian berjalan pergi kedalam rumah begitu saja.


Pagi harinya Da Ji sedang melatih Paulist agar bisa mengikuti kompetisi. Dong Joo keluar dari rumah dan Da Ji pun meminta bantuan Dong Joo, "Kau bantulah aku!!" Dong Joo bertanya, "Mengapa aku harus membantumu?"
Da Ji terus saja memohon bantuan dari Dong Joo. Namun Dong Jo tetap tidak mau.
Da Ji berkata, ” Padahal kau dulu sangat menyanyangi dan merawat Da Dong kita (Da Dong tuh nama kuda yang diberikan oleh kakek sebagai hadiah pernikahan mereka.
Dong Joo kaget dan berkata kesal, "Apakah bagimu membahas masa lalu itu begitu mudah hah?" Da Ji terdiam mendengarnya.

Dong Joo pergi ke toko kue dan tersenyum saat memilih kue yang akan di berikan pada Jin Young. Dong Joo lalu melihat sebuah kue dan meminta pelayan toko untuk membungkus kue itu juga.

Jin Young sedang berada di Resort dan mendesign, Jin Young berdiskusi dengan temannya itu dan mereka membahas banyak hal mengenai pencahayaan, perabotan dan biaya untuk project ini. Saat Jin Young akan pergi, dia bertemu dengan Yun Ho yang sedang berdiri di depan pintu. Jin Young dan Yun Ho pun pergi ke cafe bersama untuk berbincang-bincang. Setelah cukup lama berbincang-bincang, Jin Young kembali ke ruangannya dan melihat ada kue kiriman dari Dong Joo. Jin Young tersenyum melihat surat yang ditinggalkan oleh Dong Joo itu.
Da Ji pergi ke pantai bersama Paulist dan berniat melatihnya. Da Ji menatap Paulist dan berkata, "Baiklah ayo kita lakukan ini. Kau harus mempercayai aku dan membawaku ya." Da Ji menunggangi Paulist dan ternyata Paulist tetap tidak mau jalan. Da Ji kecewa melihatnya. Lalu Yun Ho datang dan berkomentar, "Sepertinya Paulist gugup karena mambawa seorang wanita." Da Ji senang melihat kedatangan Yun Ho. Yun Ho bertanya, "Apakah keadaan Paulist masih sama?" Da Ji menjawab, "Ya. Pertandinagan tinggal 2 minggu lagi dan Paulist tetap tidak mau berjalan." Yun Ho berkata, "Aku yang membeli kuda ini dan sepertinya aku harus bertanggung jawab. Bukankah aku ini pelatih kuda yang cukup baik? Baiklah aku akan mencoba melatihnya." Da Ji berkata, "Jika kau tidak bisa melatihnya maka aku bisa memecatmu." Yun Ho bertanya, "Bagaimana jika aku bisa melakukannya?" Da Ji menjawab, "Mmm aku akan meneraktirmu segelas bir." Yun Ho tersenyum dan memnggiring Paulist untuk berjalan.


Dan ternyata dari kejauhan terlihat Dong Joo yang membawa sekotak kue. Dong Joo terlihat kecewa saat melihat Da Ji sedang bersama Yun Ho. Ternyata Dong Joo membelikan kue juga untuk Da Ji...

Malamnya Dong Joo pergi ke kandang kuda dan dia terdiam lama menatap Paulist. Dong Joo tiba-tiba mengingat masa lalunya...

FLASHBACK..


Kakek berjalan sambil mengiring satu ekor kuda pada Dong Joo dan Da Ji. Kakek berkata, "Ini hadiah pernikahan untuk kalian. Mulai sekarang kau harus menjaganya." Dong Joo tersenyum senang dan bertanya, "Tapi mengapa hanya satu?" Kakek menjawab, "Bila kau memiliki anak, maka aku akan memberikan satu ekor kuda lagi untuk anak kalian." Dong Joo berkata, "Itu tidak bisa, Da Ji baru 19 tahun." Kakek berkata, "Kenapa tidak? Bukankah yang penting sudah menikah?" Dong Joo menjawab, "Melahirkan itu menyakitkan." Kakek betanya, "Apa kau pernah merasakan melahirkan hah?" Dong Joo menjawab, "Aku tidak ingin Da Ji kesakitan karena dia ini sungguh berharga. Da Ji ayo kita tunggangi kuda ini." Dong Joo menganggam tangan Da Ji dan pergi menunggangi kuda itu berdua. Dan akhirnya mereka memberikan nama kuda mereka itu Da Dong ( Da dari nama Da Ji dan Dong dari nama Dong Joo).

FLASHBACK selesai...




Dong Joo membuka kandang Paulist dan masuk kedalamnya. Dong Joo ingin menyentuh Paulist namun dia mengurungkan niatnya dan segera pergi meninggalkan kandang kuda tanpa mengunci kandang kuda itu.

Pagi harinya Da Ji pergi ke kandang dan sangat kaget saat melihat bahwa Paulist tidak ada di dalam kandang. Da Ji begitu panik dan memanggil-manggil paulist. Da Ji berlari ke rumah dan berpapasan dengan Dong Joo. Da Ji memberi tau Dong Joo bahwa Paulist telah hilang. Dong Joo pun panik. Dia ingat bahwa kemarin malam dia lupa mengunci kandang paulist.

Da Ji, Da Eun, Jong Dae Dan Dong Joo pulang ke rumah dengan lesu karena tidak berhasil menemukan Paulist. Da Ji berkata, "Dia tidak bisa ikut kompetisi ini. Bagaimana?" Da Ji sangat panik. Dia takut Tuan Yang tau kalau paulist menghilang. Dong Joo merasa bersalah dan mengatakan kalau terjadi sesuatu pada paulist maka dia yang akan bertanggung jawab. Da Ji berkata, "Sebelum terjadi masalah kita harus mencarinya terlebih dahulu! Paulist bahkan tidak berani berjalan jauh, dan kita tidak tau apa yang terjadi. Ini sangat mencemaskanku. Apakah kemampuanmu itu hanya bisa membuat orang cemas? Bukankah kau bilang tidak suka kuda dan tidak ingin dekat kuda? Lalu mengapa kau pergi ke kandang kuda itu?" Dong Joo bingung menjawabnya dan tiba-tiba dia berkata, "Berikan aku foto Paulist”.
Dong Joo pergi ke tempat kuda dan berniat mencari Paulist. Namun dimatanya Dong Joo semua kuda itu mirip semuanya. Da Ji kesal mendengar ucapan Dong Joo.
 ***********************************************
Yun Ho datang ke Restaurant milik Ahjumma dan Ahjusshi sambil terus mencoba menghubungi Da Ji namun Da Ji tidak mengangkat HP nya. Ahjumma dan Ahjusshi sedang membicarakan masalah Da Ji dan Yun Ho mendengar pembicaraan itu. Ahjumma berkomentar, "Sudahlah biarkan mereka berdua. Biarkan dua orang itu pergi bersama dan mungkin bisa menumbuhkan kembali perasaan di antara mereka. Mungkin dia akan merasa bahwa dia sedang bersama suami sendiri, jadi apa yang harus di cemaskan?" Yun Ho sangat kaget mendengar pembicaraan mereka. ”Walaupun mereka sudah bercerai, tapi kalian tau kan betapa Dong Joo sangat menyukai Da Ji sejak kecil? Lagipula sekarang mereka tinggal satu rumah. Mereka berdua selalu bersama. Bagaimana mungkin mereka bisa di pisahkan?" Yun Ho sangat kaget dan ingatannya melayang pada saat pertemuannya dengan Jin Young, Dong Joo dan Da Ji. pada saat itu Jin Young bilang bahwa dia bertemu dengan Da Ji di kamar hotelnya Dong Joo. Yun Ho sangat kecewa mengetahui hal ini.


Dong Joo melihat seekor kuda dan dia berteriak senang pada Da Ji, "Hey aku menemukannya." Da Ji berlari dengan cepat ke arah Dong Joo dan memperhatikan kuda yang di temukan Dong Joo, "Bukan. Ini bukan paulist”. Dong Joo kesal, "Apanya yang berbeda? Warnanya benar-benar sama..." Da Ji menjawab, "Paulist itu memiliki tanda, tapi kuda ini tidak memiliki tanda". Tiba-tiba pemilik peternakan kuda itu datang dan berteriak pada Dong Joo dan Da Ji. Dong Joo dan Da Ji panik dan langsung melarikan diri. Dan saat berlari kaki Da Ji terkilir.

Setelah jauh berlari, Da Ji dan Dong Joo pun duduk untuk beristirahat. Saat Da Ji mau minum, Dong Joo merebut minumannya dan menghabiskannya. Hal ini membuat Da Ji sangat kesal. Dong Joo melihat seekor kuda di dalam sebuah mobil dan dia berkata pada Da Ji, "Hey bukankah itu dia. Warnanya sangat mirip?" Da Ji datang mendekati mobil itu dan memperhatikan kuda itu dengan baik, "Hmm bukan. Paulist tidak memiliki perban dikakinya." Dong Joo berkomentar, "Mungkin saja dia terluka sehingga di perban." Da Ji menjawab, "Bukan. Kuda ini terlihat Choi Kang. Tunggu........”  Da Ji melihat nama mobil yang mengangkut kuda itu dan kaget saat mengetahui bahwa mobil itu adalah mobil dari tempat pemotongan daging kuda.Mereka segera menghentikan mobil itu.

Da Ji bertemu dengan Paman pemilik itu itu dan berkata, "Paman, mereka ini mau mencuri Choi Kang." Paman itu menjawab, "Tidak... Bukan begitu. Akulah yang menjualnya. Kuda itu tidak bisa berlari. Lalu untuk apa aku memeliharanya? Setidaknya aku bisa mendapatkan uang dari dagingnya itu." Da Ji berkata, "Paman, tapi ini adalah Choi Kang. Dia sudah bersama dengan keluargamu selama 5 tahun. Hanya karena dia terluka dan tidak bisa berlari maka kau ingin menjualnya?" Paman itu menjadi marah, "Sudah kalian pergi saja." Dong Joo berkata, "Paman, jika dia terluka lalu kenapa tidak di berikan perawatan saja agar dia lebih baik? Setelah perawatan maka dia mungkin bisa berlari."Paman itu kembali marah, "Kau pikir berapa ongkos perawatan itu hah? Untuk memberi makan saja menghabiskan 1.000.000 won per bulannya. Lalu harus berapa banyak lagi uang yang aku harus keluarkan?"

Dong Joo berkata, "Kalau begitu jual padaku." Paman itu bertanya, "Untuk apa membeli kuda yang tidak bisa berjalan?" Dong Joo menjawab, "Simpanlah kuda itu di peternakan untuk dilatih. Dia tidak berlari karena mungkin lelah. Dan seharusnya peternakan yang dijadikan tempat penyimpanannya itu harus di tumbuhi rumput yang luas. Biarkan kuda itu hidup dengan tenang." Da Ji terdiam mendengar kata-kata Dong Joo karena ternyata Dong Joo masih tau banyak hal mengenai kuda.


Da Ji dan Dong Joo berjalan pulang ke peternakan. Dong Joo berkata, "Huh masalah besar. Uangku di potong untuk membayar gandum itu, dan juga untuk membeli kuda”. Da Ji beristirahat di pinggir jalan dan Dong Joo mengomel, "Sudah kukatakan sebaiknya kita naik taxi." Da Ji berkomentar, "Hanya perlu waktu 10 menit untuk ke rumah. Untuk apa membuang-buang uang? Tadi kau sangat keren." Da Ji mengikuti ucapan Dong Joo pada Paman tadi dan Dong Joo tersenyum mendengarnya. Da Ji lalu bertanya, "Jika kau begitu menyukai kuda, Mengapa mengatakan tidak mau dekat-dekat dengan kuda? Kau hanya tidak suka membantuku saja kan?" Dong Joo salah tingkah dan segera mengalihkan pembicaraan, "Ayo cepatlah pulang. Apa kau mau pulang setelah matahari terbenam?"

Da Ji tiba-tiba menanyakan kabar Da Dong. Dia mengatakan kalau dia sangat memikirkan Da Dong. Dong Joo menjawab, "Dia sudah meninggal." Da Ji kaget mendengarnya. Dong Joo melanjutkan ucapannya, "Selama beberapa hari, aku terus mengunggang kuda itu. Aku tidak sadar bahwa dia sedang hamil. Akhirnya dia meninggal saat melahirkan. Dan anaknya pun mati. Aku telah membunuhnya". Mata Da Ji berkaca-kaca, "Kapan hal itu terjadi?" Dong Joo terdiam tidak menjawab. Da Ji kembali bertanya, "Apakah setelah aku pergi? Itu pasti masa yang menyulitkan bagimu. Aku sangat tau bahwa kau menyukai kuda." Dong Joo berkomentar, "Sudahlah. Jangan bahas kuda lagi dan aku sudah tidak mau menunggangi kuda lagi." Da Ji menunduk meminta maaf, "Maafkan aku Dong Joo. Aku tidak tau bahwa hal ini sangat berat bagimu." Dong Joo berkata, "Sudah ayo jalan”.



Dong Joo berjalan didepan dan Da Ji berjalan di belakangnya. Da Ji berjalan agak pincang karena kakinya terkilir. Dong Joo sadar bahwa Da Ji berjalan dengan sangat pelan dan dia bertanya, "Kenapa dengan kakimu?" Da Ji menjawab, "Aku sedikit terluka tadi." Dong Joo berjalan menghampiri Da Ji dan berjongkok di depan Da Ji agar Da Ji bisa naik ke punggungnya. Da Ji kaget dan berkata, "Tidak usah. Aku bisa berjalan." Dong Joo berkomentar, "Tapi jalanmu itu sangat lambat. Aku ingin segera pulang untuk beristirahat. Sudah naik saja, saat kau mabuk juga aku yang menggendongmu." Da Ji pun akhirnya memeluk leher Dong Joo dan naik ke punggung Dong Joo.”Maaf merepotkanmu”, ucap da Ji malu-malu.Mereka terus mengobrol sepanjang perjalanan.



BERSAMBUNG..........................

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan jadi Silent Reader ya...Please kasih commentnya, tapi yang positive-positive aja ya. And Jangan Lupa Follow me. Terima Kasih.